Part 12

473 70 0
                                    

Perayaan singkat garis miring liburan itu berakhir terlalu cepat. Jaehyun mengantar anggota Garnet ke bandara dan mengucapkan salam perpisahan.

Fort mengharapkan Taeyong untuk menyusulnya secepat mungkin, untuk mendiskusikan beberapa hal dan meyakinkan Jaehyun bahwa ia kecewa dengan tidak adanya Taeyong di Prancis. Jaehyun berjanji akan menyampaikannya pada Taeyong, namun diam-diam dalam hati ia berharap kekasihnya itu akan tinggal lebih lama dari yang direncanakan. Sebuah bisikan di kepalanya menyadarkannya, mengingatkannya bahwa ini salahnya sendiri sehingga Taeyong tidak bisa sering bersama dengannya seperti yang ia inginkan. Sebagian dari dirinya ingin si rambut karamel tidak kembali ke Prancis, dan sebagian lagi yang lebih besar mengkhawatirkan pergerakan bisnis Invictus di sana.

Ketika pesawat sudah terbang dan Jaehyun kembali ke mobilnya, ia tersadar ia tidak melihat Kim Myungsoo bersama gerombolan Garnet.

Tiba-tiba, khayalannya yang ingin bermesraan bersama kekasihnya berubah menjadi destruktif. Ia rasa ia tidak bisa menghabiskan waktu berdua saja dengan tenang.

*

"Selamat pa—"

"Diam." Dengan nada tajam ia mengabaikan seorang karyawan, berjalan lurus menuju ruang rapat. Taeyong tidak repot-repot menyapa, bukannya ia pernah menyapa, seraya memindai telapak tangannya untuk masuk ke dalam ruangan. Saat ia masuk, seluruh squad ada di sana kecuali Jaehyun. Doyoung berhenti di tengah-tengah presentasinya, alisnya terangkat penuh tanya.

"Ya?" Doyoung menekan sebuah tombol di laptop dan slide berganti. "Kalau kau mencari Jaehyun, dia ada di gym."

Mata biru membaca laporan di layar besar sebelum memandangi seisi ruangan sekali lagi seakan ingin meyakinkan dirinya bahwa ia tidak berhalusinasi — atau tidak melihat apa-apa sama sekali. "Kenapa ada rapat tanpa bos?"

"Kita tidak tahu dan juga ingin tahu kenapa," Kali ini, Yutalah yang menjawab, terlihat sangat bosan sambil membaca laporannya. Dua kursi setelahnya diduduki Sicheng yang terlihat muram. Taeyong tahu ada sesuatu yang terjadi di antara dua orang itu. Persetan dengan agenda gosip. "Dia meminta kita untuk meninjau laporan ini sendiri dan menyampaikan intinya langsung padanya nanti." Pria Jepang itu menghembuskan napas, melirik ke arah penasihat lainnya. Kecuali Sicheng. "Pasti ada sesuatu yang mengganggunya dan kau harus pergi mencarinya, 'kan?" Matanya bertemu dengan Taeyong. "Kurasa kau tidak ingin ada di sini tanpa Kingpin satunya."

Bagai sakelar, ekspresi sang pelempar pisau berubah menjadi kagum. "Aku terkejut kau tahu hal itu, Nakamoto. Akan kuberitahu Jaehyun untuk belajar satu-dua hal darimu." Sambil mendecakkan lidahnya, Taeyong keluar dari ruang rapat begitu saja.

Johnny bersandar di meja bundar. "Apa maksudnya itu?"

"Entah," Merasa bosan dan ingin acara ini cepat selesai, Yuta menggerutu dan menyuruh Doyoung untuk melanjutkan presentasinya. "Tolong, lanjutkan saja, ini bukanlah yang kuinginkan terjadi setelah kita liburan singkat."

"Memangnya apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak tahu," Yuta mendengus sambil menegakkan tubuhnya. Ten menggeliat di kursinya, ia sudah merasakan aura yang tidak nyaman. "Mungkin bicara tentang sesuatu yang lebih penting dibanding dengan sengaja menghindari topik itu entah dengan mengalihkan pikiranku dengan seks yang tergesa-gesa atau mengabaikanku dengan bermain ponsel."

Doyoung terhenyak akan suara benda yang dibanting dengan keras di atas meja. Ia tidak bisa melihatnya namun ia yakin itu adalah suara layar ponsel Sicheng yang pecah. "Hei, ini bukanlah saatnya untuk—"

Mengabaikan peringatan itu, sang pembakar terlihat bagai mulutnya berbuih seraya melirik Yuta tajam, ekspresi paling mencolok yang pernah ia tampilkan di luar medan pertempuran dan di sekitar keberadaan teman-temannya. "Tolong dewasalah dan simpan masalah pribadimu sampai kita keluar dari ruangan ini."

[4] What Lies Ahead: Fated (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang