Part 13

453 76 0
                                    

Sesuai ucapan anggota squad yang mirip kelinci, Jaehyun benar sedang berada di gym, terlihat berkeringat dan terpompa adrenalin dalam balutan baju tak berlengan dan celana olahraga, tampak seperti orang yang sudah entah berapa lama berlari di atas mesin treadmill.

Gym sedang kosong karena sudah mendekati jam makan siang, jadi Taeyong tidak punya masalah bersandar di jalan masuknya, menatap pria yang tidak menyadari keberadaannya. "Ini terlalu siang untuk berolahraga. Kau biasanya ke sini jam 5 pagi. Dan semua orang ada di ruang rapat kecuali kau. Itu bukan contoh Kingpin yang baik, Jaehyun. Tidak kusangka."

Masih, yang lebih muda masih tidak berhenti. Ia bahkan tampak tidak mendengar ucapan Taeyong. Saat itulah yang lebih tua menyadari telinganya tersumbat AirPods. Mata Taeyong berputar seraya mendorong dirinya untuk berjalan mendekat, bersamaan dengan Jaehyun yang turun dari mesin lari tersebut dan menabrak tubuh sang pelempar pisau. Mata hitamnya melebar ketika mendapati kehadiran Lee Taeyong, tentunya tidak menduga akan bertemu dengannya di sana.

Sebelum ia bisa berbicara, Taeyong mendahuluinya. "Well, bukankah ini familier?" Ia melirik ke bawah, berhenti di area selangkangan Jaehyun. "Kurasa ini adalah saatnya aku menepuk-nepuk tubuhmu untuk mencari kartu Gold milikmu. Tapi kau tidak membawanya karena kau ceroboh. Tapi kali ini," Mata mereka bertemu — sebuah koneksi tak terbantahkan mengalir di antara mereka, namun mereka menolak untuk tunduk. "Kau adalah seroang Kingpin dan kau tidak mengikuti rapat."

Bibir terlipat kaku, Jaehyun memutus adu tatap mereka untuk mengambil handuk di bangku terdekat. "Kenapa kau ada di sini, Taeyong? Kau seharusnya berada di hotel tempat kau menginap. Sebenarnya," Mengelap lengannya, ia melanjutkan. "Karena kau menolak menginap di tempatku kali ini, untuk sebuah alasan yang aku tidak ketahui padahal kau masih punya waktu beberapa hari sebelum kembali ke Prancis, aku bahkan tidak menduga kau akan mampir ke Markas Besar."

Sedikit heran dengan perlakuan dingin tersebut, Taeyong melangkah mundur, matanya masih terpaku pada Jaehyun. "Aku tidak boleh ada di sini? Aku tidak boleh berkeliling? Seperti yang kau katakan, aku masih punya waktu beberapa hari. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau di Markas Besar organisasi yang kupimpin juga. Kuharap kau tidak melupakan itu."

Jaehyun menghembuskan napas sambil menggeleng, melempar handuknya ke atas bangku. Sekilas ia melirik ke arah pintu masuk. "Tentu saja boleh. Bertingkah seperti pemimpin yang begitu produktif dan berjalan-jalan. Meski," Ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang sedang merengut, mengingat bagaimana Taeyong, tiba-tiba berkata padanya bahwa ia tidak akan menginap di apartemennya saat mereka dalam perjalanan kembali. Dan hingga kini, ia masih sangat kesal hingga ia tidak mencoba untuk bertanya mengapa, karena Taeyong akan selalu berpikir dengan cara yang berbeda. "Mengejutkan kau datang sendiri ke sini."

"Apa aku harus bersama seseorang?"

"Ck," Jaehyun memasukkan AirPodsnya kembali ke dalam tas, dengan kasar menutupnya. "Kau mengajak lintah ke mana-mana. Jangan bilang dia sedang tidak ingin mengikutimu bagai ekor hewan peliharaan? Atau mungkin," Ia menyeringai, merapikan jas Taeyong yang berwarna aprikot. "Majikannya sedang tidak ingin mengajaknya ke sini? Dia bahkan tidak perlu tinggal beberapa hari di Korea bersamamu, sangat tidak berguna."

Wajah datar sang pelempar pisau lenyap, digantikan dengan wajah yang seolah menunjukkan ia paham dan pasrah. "Jadi ini tentang Myungsoo. Seharusnya aku sudah bisa menebaknya. Hei, Jaehyun." Ia menyentil tangan yang lebih muda yang masih ada di jasnya sebelum menepuk-nepuk kain itu. "Aku tidak tahu kau adalah tipe pria yang mudah cemburu. Kau sudah menyangkalnya waktu itu, bukan? Jadi apa yang membuatmu begini?"

"Hah. Memang kenapa kalau aku cemburu? Apa masalahmu?" Jaehyun menyilangkan lengannya dan ototnya mengejang, lapisan keringat tipis itu sedikit menggoda Taeyong. Namun ia membuang pikiran itu jauh-jauh karena sekarang bukanlah saatnya untuk mengalihkan pikirannya.

[4] What Lies Ahead: Fated (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang