Part 23

507 75 0
                                    

Resepsi diadakan di restoran mahal yang disewa khusus untuk undangan yakni anggota Garnet dan Invictus. Ketika kedua mempelai tiba, mereka dihujani ucapan selamat dan juga pelukan, dengan lolongan yang datang dari Yukhei, yang langsung dibungkamkan oleh lirikan sadis Taeyong. Seperti pesta pernikahan pada umumnya, beberapa orang penting akan naik ke panggung untuk menyampaikan pesan pada pasangan itu.

Johnnylah yang pertama, saat semua makanan sudah disantap dan para hadirin menghangatkan tubuh mereka dengan segelas sampanye. Jaehyun dan Taeyong duduk di tengah-tengah ruangan, dengan yang lebih muda terlihat terlalu bersemangat akan pesan milik Johnny.

"Jangan permalukan aku di depan orang-orangku," Jaehyun memperingatkannya dengan kilat jenaka, memutar gelasnya. "Aku akan memotong gajimu."

"Serahkan padaku; aku hanya punya pesan berkualitas tinggi untukmu," Johnny menjawab dengan kedipan mata sebelum mengetuk mikrofon pelan. "Ah, Jaehyun... aku mendekatinya pertama kali saat dia baru saja bergabung dengan Red Phoenix," squad bereaksi seraya mengenang masa-masa itu, "Dia terlihat mengintimidasi, seperti dia tidak ingin bicara dengan siapa pun. Tapi segera setelah dia duduk bersama kami, boom, voila, kami sangat cocok. Terkadang dia sangat serius tapi itulah sifat seorang calon Kingpin — yang mana waktu itu kita belum tahu. Aku sudah melihat sosoknya yang pekerja keras. Aku hanya ingin bilang padamu, Kawan," mata mereka bertemu lagi saat Johnny tersenyum padanya. "Pekerjaan bukanlah segalanya. Dan kau akan menaiki roller coaster untuk hal-hal itu dimulai dari sekarang."

Sorak-sorai memenuhi gedung setelah pidato dari Johnny, dan kembali bisu ketika Ten maju ke depan, membuat Taeyong menahan tawa melihat pria pendek itu menurunkan mikrofon yang begitu tinggi. Ten memicingkan matanya.

"Oke, jadi aku bertemu Jaehyun pertama kali ketika kami berkumpul di klinik. Dia sedang mengobrol dengan Yuta," pria Thailand itu mengerling pada teman Jepangnya, "tentang sesuatu yang aku tidak tahu apakah aku boleh bilang di sini? Ah, tidak, biarkan yang sudah mati tenang di alam sana." Tawa terdengar dari lingkaran teman-temannya dan meski hadirin yang lain tidak mengerti, tawa dari Ten ternyata bersifat menular. "Sejujurnya, menurutku dia terlihat lembut, berbanding terbalik dengan yang Johnny katakan. Temanku yang satu ini memang tidak banyak bicara di group chat, hanya membalas jika ada janji untuk bertemu di klinik dan saat itulah dia akan menjadi penggosip sepertiku."

Jaehyun menyangkalnya, menggeleng dan melambaikan tangannya pada Ten. "Tidak benar, tidak benar!"

"Tapi kini," Ten bersenandung, "Dia akan menjadi orang yang memberikan gosip tentang kehidupan rumah tangganya. Tolong terus kabari kami karena kau tahu aku tidak bisa hidup tanpa gosip panas. Aku mendoakan kalian berdua yang terbaik. Dan Taeyong," pemilik nama tersebut berhenti menenggak milkshake pesanannya. "Aku masih dendam tentang buttplug itu tapi sekarang kita sudah baik-baik saja. Kuharap begitu."

Seseorang menyembur di meja sebelahnya. Saat Taeyong menoleh, ia mendapati jas Johnny yang basah kuyup akibat sampanye yang sedang diminumnya.

"Aku akan menghadiahkanmu yang baru, Chitta. Akan kustempelkan namaku di sana jadi kau tidak akan bisa melupakan kemurahan hati sekali seumur hidup dariku ini."

Mengabaikan tanggapan yang beragam dari para undangan, Winwin mencuri perhatian sambil berdeham dan menyentil kepala mikrofon, menimbulkan suara dentuman. "Tolong dengarkan aku dan biarkan pasangan kekasih yang kacau itu mengurus masalahnya. Omong-omong, aku akan bicara tentang Taeyong karena aku sudah bosan memihak Jaehyun selama ini."

Taeyong menegakkan tubuhnya, kini terlihat tertarik. "Oke, Winwin, aku mendengarkan."

Tersenyum menampilkan giginya, pembakar dari Cina itu memulainya. "Jadi Taeyong punya semacam reputasi di organisasi kami sebelumnya dan tentu saja, semua orang sebisa mungkin tidak mau terlibat dengan seseorang yang busuk, kata mereka, bukan kataku. Dan saat di mana aku menyadari kalau dia bukan orang yang seburuk itu, adalah saat dia bilang bahwa memikirkan mata Jaehyun membantunya menjadi tenang."

[4] What Lies Ahead: Fated (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang