SHAQERS 18 | PERMEN KAKI GAJAH

338 36 9
                                    

Akhtar menghentikan motornya di pinggir jalan kala dering ponsel terus berbunyi dan menganggu perjalanannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhtar menghentikan motornya di pinggir jalan kala dering ponsel terus berbunyi dan menganggu perjalanannya. 

Lelaki itu mengangkatnya dengan malas.

Suara ceria milik Elvin yang pertama kali Akhtar dengar. "Thar, sini dong. Si Aska bawa makanan banyak nih. Semua udah pada ngumpul, tinggal lo doang yang gak ada."

"Gue males."

"Yaelah, Thar. Buruan ke Warbin. Gue tungguin lo. Kita belom kumpul-kumpul lagi sehabis liburan."

Akhtar hanya berdehem, mengubah tujuannya menuju Warung Bini. Ia kembali mengendarai motornya bergabung dengan pengendara lain.

Cuaca siang ini masih terasa panas seperti sebelumnya. Gulungan awan putih di langit yang biru cerah menghiasi angkasa.

Suara berisik teman-temannya terdengar dari jarak dua meter. Suaranya semakin terdengar jelas, Akhtar memarkirkan motornya terlebih dahulu di sebelah ducati milik Ghifar.

"Lama banget lo, Thar. Gue udah lapar nih." Elvin mengeluh dengan tangannya yang terampil memasukan pizza ke dalam mulut. Akhtar mendengus melihat tingkah temannya itu.

Tiga meja yang di jadikan satu baris menampung berbagai makanan yang di hidangkan. Hasil oleh-oleh liburan kemarin yang tidak ikut ke Sumba.

Akhtar ikut bergabung bersama mereka mengelilingi meja. Jangan memandang mereka aneh, kumpul di Warung tetapi membawa makanan sendiri.

"Bi, gabung sini dong."

"Iya, Bi. Mau ngambil apa aja terserah deh, gratis. Mau di jual lagi juga boleh," celetuk Elvin.

"Boro-boro di jual paling bentar lagi juga abis," sahut Eezar yang hanya di balas cengiran oleh Elvin.

Empat orang di pojok ruangan dekat dengan jendela besar tengah bermain game. Di tengah-tengah sibuk mengobrol, dan di luar sekitar tiga orang yang sedang meroko.

"Menurut lo pada Pajero sama Mercy Suv Gla 200 bagusan mana?" Pertanyaan Fergie mengalihkan atensi mereka semua.

"Kalau kata gue bagusan Pajero, Bang," jawab Haiden yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Buat offroad enakan mana kira-kira?" Fergie bertanya kembali. Wajahnya terlihat bimbang.

"Tumben-tumbenan lo, Bang. Nanyain mobil," sahut Aska menatap seniornya dengan kening berkerut. Kembali menyeruput es kopi.

"Kalo yang paling mahal yang mana, Thar?"

Akhtar beralih tatapannya kearah Fergie. Ia bersahut, "Kalau Mercy urban line sekitar delapan ratus juta kurang. Pajero sih kalau gak salah lima ratus udah dapet."

"Kenapa Bang, mau beli?" Ghifar menatap seniornya penasaran. Semuanya pun menatap Fergie dengan tatapan yang sama.

"Kagak. Gue bingung milih diantara dua mobil itu buat Wallpaper hp gue." Fergie menampilkan deretan giginya yang berkawat. Ia meringis menatap para teman-temannya yang menampilkan ekspresi berbeda.

The Strait of GibraltarWhere stories live. Discover now