WARBIN 63 | KEPUTUSAN

55 10 0
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi tetapi Azel sudah sibuk dengan kompor dan penggorengan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi tetapi Azel sudah sibuk dengan kompor dan penggorengan. Jam masuk sekolah hanya tinggal satu jam lagi, itu waktu yang cukup lama bagi Azel yang rumahnya kurang dari satu kilo.

Dua hari kemarin ia sudah menghabiskan tiga mie instan. Dan Azel tidak mau lagi hari ini harus makan mie instan pagi dan malam hari. Ia memutuskan untuk meluangkan waktunya sedikit untuk memasak.

Jika di artikan memasak, Azel tidak benar-benar memasak. Ia hanya perlu menggoreng ayam yang sudah Bibinya beri bumbu.

Ponselnya berdering bersamaan dengan suara minyak yang bergemuruh.

"Hallo, Bi?"

"Azel udah bangun kan?"

"Iya ini Azel lagi buat sarapan. Sekalian buat bekal juga." Ponselnya masih di simpan di dekat telinga.

"Itu kemarin kan Bibi udah masak. Kamu tinggal angetin aja ya. Jangan keseringan makan mie."

"Itu juga ada ayam goreng udah bibi ungkep. Kamu tinggal goreng aja."

"Makasih ya, Bi. Ini Azel lagi goreng ayamnya."

"Iya, Zel. Kalau ada apa-apa bilang sama Bibi."

"Uangnya juga kalau habis bilang aja gak usah sungkan sama Bibi yah."

Sehari sebelum Bibinya pulang ke Jogja. Wanita itu memasak lumayan banyak untuk stok Azel beberapa hari. Tidak mungkin juga Azel hanya makan mie dan telur. Lebih tidak mungkin untuk gadis itu beli makan setiap hari di warteg.

"Bi," panggil Azel. Tangganya sibuk membalikan dua potong ayam.

"Kenapa Zel?"

"Kemarin om itu kesini lagi dan bilang dia mau Azel pindah ke rumahnya. Bibi bisa kan yang jadi wali Azel. Azel janji gak akan ngerepotin Bibi. Azel cuma butuh wali doang. Azel juga bakal tetep tinggal di sini kok. Azel usahain gak akan minta uang dari Bibi."

"Zel, bibi sama om juga udah diskusi masalah ini. Jika ayah kamu gak ada, udah pasti Bibi sama Om yang akan jadi wali kamu kedepannya. Ayah kamu waktu itu bilang sama Bibi, dia izin mau mengambil perwalian kamu. Bagaimana pun dia ayah kamu. Dia yang lebih berhak dari Bibi."

"Maaf ya sayang. Bukan bibi gak peduli. Bibi juga mau kamu di sini. Tinggal bareng sama kita."

Azel mencoba menarik senyumnya walaupun ia sedikit kecewa dengan jawaban Bibinya itu. Mau bagaimana lagi semua yang di katakan Bibinya memang benar. Azel hanya perlu menerima suka dan dukanya.

Satu potong ayam goreng beserta nasi sudah tersimpan rapi dalam kotak bekal. Azel memasukannya ke dalam tas dan bergegas ke kamar guna mengganti pakaiannya. Ia harus sedikit cepat jika tidak mau terlambat.

🍑🍑🍑


Delapan dari dua belas meja makan itu terisi orang-orang yang sibuk dengan makanannya. Tidak ada kata yang terucap hanya terdengar dentingan alat makan. Sebelum makanan habis mereka semua urung membuka suara.

The Strait of GibraltarWhere stories live. Discover now