SHAQERS 01 | AZALEA

1.7K 100 0
                                    

"AZEL SADAR, NAK!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"AZEL SADAR, NAK!"

Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk pipi putrinya sedikit keras kala putrinya tak kunjung membuka mata. Di luar tengah hujan lebat di iringi gemuruh petir. Raut khawatirnya tidak bisa lagi di sembunyikan saat racauan milik Azel terdengar.

"Azel kenapa?" Lyta yang duduk pinggiran kasur itu menatap raut ketakutan milik Azel. "Mimpi buruk?" tanyanya lagi tetapi tak kunjung mendapat jawaban.

Azel tak langsung menjawab. Dadanya masih terasa berdetak kencang, nafasnya terdengar ngos-ngosan seperti di kejar sesuatu yang menakutkan. Keringat pun ikut membanjiri kening. Mata bulat itu menatap Ibunya yang mengusap surai panjangnya.

"Bu ...," lirih Azel pelan.

Lyta langsung paham hanya dengan melihat raut wajah putrinya. Tangannya yang terbalut baju tidur itu memeluk tubuh ringkih putrinya. Mencium puncak kepala Azel pelan di barengi air mata yang menetes tanpa di ketahui.

"Azel tidur lagi ya. Kali ini jangan lupa baca do'a," pesan Lyta di iringi senyum tipis mencoba menenangkan sang putri.

"Tapi Ibu tidurnya di sini."

Azel menatap penuh harap pada sang Ibu. Setelah mimpi buruk yang berulang kali mampir dalam tidurnya, Azel selalu bangun dalam kondisi ketakutan apalagi hujan deras tengah mengguyur sebagian kota Jakarta di iringi gemuruh petir.

"Iya Ibu tidur di sini sama Azel."

Lyta membalas pelukan Azel yang perlahan sudah kembali menutup mata. Hatinya berdenyut nyeri saat ia tidak bisa melakukan apapun kala Azel mengalami seperti ini lagi. Ini bukan kejadian yang pertama, sudah tak terhitung Azel memimpikan mimpi yang sama akibat traumanya di masa kecil.

"Maafin Ibu ya Zel gak bisa berbuat apa-apa sampai kamu mengalami semua ini."

---o0o---

"AZEL!"

Mendengar namanya di panggil, Azel menengokkan kepalanya. Menyimpan tas terlebih dahulu kemudian memincingkan mata kearah gadis berambut pendek yang menatapnya dengan senyum lebar.

Ia patut curiga dengan teman sebangkunya yang menampilkan senyum aneh di pagi hari.

"Tugas fisika udah, kan? Nyontek dong!"

Kan, pasti ada maunya.

Azel berdecak malas. Bukan tidak mau memberikan contekan hasil kerjanya semalam. Semua pasti bisa mengerjakan asal berusaha tetapi penyakit gadis yang menjadi teman sebangkunya seperti sudah mendarah daging. Pemalas.

Azel mengeluarkan buku bersampul coklat dari tas punggung yang sudah ia simpan di atas kursi.

Nayara. Gadis itu makin tersenyum lebar dan segera duduk di sebelah Azel. Mengulurkan tangannya untuk menyambut penantiannya pagi ini.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang