TSOG 39 | ALERGI BUAYA DARAT

259 39 1
                                    

Sebagai pemanis, aku kasih dulu nih pacarnya Azel. Takut udah pada lupa sama pangerannya shaqers.

 Takut udah pada lupa sama pangerannya shaqers

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tiba di pekarangan rumah yang di khiasi beberapa pot bunga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiba di pekarangan rumah yang di khiasi beberapa pot bunga. Azel segera turun dari boncengan Akhtar. Headlamp menyorot belakang tubuhnya yang berasal dari sepeda motor milik Nayara yang baru sampai.

"Maaf Tante kemaleman nganterin Azel," tutur Akhtar di sertai cium tangan pada Lyta.

"Gak papa. Asal jangan sering-sering ya." Akhtar mulai bisa menghilangkan rasa tak enak hatinya setelah melihat senyuman dari Ibu pacarnya yang teduh.

"Nayara sama Felicia mau nginep di sini. Boleh kan, Bu?"

Nayara dan Felicia memekik senang saat Lyta mengangguk. "Udah izin orang tua kan?"

Keduanya kompak mengangguk.

"Yaudah masuk yuk udah malem. Akhtar mau masuk dulu?" Tawar Lyta.

"Eh gak usah Tante. Makasih." Ia tersenyum tipis.

Jemarinya segera mencekal pergelangan tangan Azel yang akan ikut masuk mengikuti Lyta dan sahabatnya itu.

"Akhtar pinjem Azel bentar ya, Tan. Mau ada yang di omongin."

Lyta menoleh ke belakang. Tatapannya beralih pada raut anaknya yang terlihat murung, ia mengangguk yang di sambut senyum lebar dari Akhtar.

Akhtar memastikan terlebih dahulu kedua sahabat Azel dan Lyta masuk ke dalam rumah dan tidak mendengar pembicaraan mereka saat ini.

Ia kembali menahan lengan Azel di rasa Azel akan kembali masuk. "Bentar dulu. Aku mau ngomong."

Dahinya mengerut mendengar panggilan Akhtar padanya. "Sejak kapan manggil aku kamu?" Memutar bola matanya. "Gak usah sok lembut. Aneh tahu gak?!"

Mengabaikan cibiran Azel. "Tadi nangis?"

"Nangis kan?" tanya Akhtar lagi mendapat respon Azel yang hanya diam.

Menghembuskan nafasnya, menggiring Azel untuk duduk di kursi yang berada di depan mereka.

"Zel. Sorry deh. Gue gak sadar bentak lo dan gue ... gue cuma boongin lo tentang kunti tadi," bebernya. Ada keraguan dalam ucapannya.

The Strait of GibraltarWhere stories live. Discover now