WARBIN 70 | TERBONGKAR

73 6 2
                                    


Azel menatap Nayara curiga. Ini bukan kedua kalinya Nayara bertingkah aneh. Selama hampir tiga tahun bersahabat Nayara tidak pernah memberikan makanan secara percuma apalagi dalam waktu yang intens.

"Lo aneh tahu, Nay."

Azel memicingkan matanya kepada gadis sebangkunya. Sedangkan yang di tatap mencoba mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Aneh apa sih, Zel. Salah ya gue beli buat lo. Lo bawa aja ke rumah mumpung si Feli gak masuk hari ini."

Melihat Azel yang masih diam. Nayara kembali menyaut. "Tadi kan lo bilang pengen dimsum. Tuh udah ada di depan. Apa mau di makan sekarang?"

"Ini pake duit lo kan?"

"Lo pikir gue maling?!" Nayara tak terima saat Azel meragukannya.

"Siapa tahu lo pake pay later." Azel membuka plastik yang berisi dimsum. Walau penuh curiga Azel tetap memakannya. Ia menggeser dimsum hingga berada di tengah-tengah antara mereka. Menyuapkan dimsum dengan sumpit ke arah Nayara.

"Gila kali ya gue buat makan aja pake pay later. Apalagi makanannya buat lo. Ogah banget," cakapnya sambil mengunyah.

"Hampir tiap hari lo ngasih gue makanan apalagi makanan yang lo beli gak murah. Gue bisa beli sendiri kok Nay. Ini harusnya lo makan sendiri aja. Jangan sering-sering ngasih apapun yang gue mau. Gue gak mau ketergantungan sama siapapun."

Nayara menghentikan aksi makannya. Ia menatap Azel sedih. Sahabatnya banyak berubah sekarang dan perubahan itu yang membuat Nayara tak suka. Azel terlihat tidak menikmati hidupnya. Ekspresi gadis itu terlihat sangat flat. Dan yang paling Nayara tidak suka Azel selalu menolak apapun yang Nayara beri jika tidak di paksa dengan alasan yang sama seperti sekarang. Azel tidak mau bergantung kepada orang lain.

"Zel, kita kan sahabat. Gak ada kata ketergantungan, gak ada kata balas budi atau gak enakan. Azel yang gue kenal gak gini kok." Nayara memperhatikan Azel yang masih menatap ke depan.

"Lo berubah Zel. Lo gak pernah ikut main lagi sama kita kayak dulu. Lo juga selalu nolak kalau di ajak ke kantin. Gue sama Feli ngerasain hal yang sama. Mungkin kalau gue tanya satu per satu sama anak kelas sini pasti bilang gitu juga."

Azel menundukkan pandangannya. Ia pikir ini cara yang paling tepat menjalani hidup. Ia tidak mau berutang apapun kepada siapapun. Azel tidak mau bergantung lagi kepada siapa pun.

"Gue pernah punya dua orang yang segalanya bagi gue. Mereka menjadi tempat gue bergantung, mereka yang menuruti semua kemauan gue, mereka yang selalu ada di samping gue. Mereka yang selalu peduli sama apa yang gue rasain dan mereka selalu ngerti apa yang gue butuhin." Azel mengembuskan nafasnya yang terasa berat. Air matanya mengenang di pelupuk mata. Namun, sekuat tenaga Azel tidak meneteskannya.

Mereka masih ada di lingkungan sekolah. Walaupun taman sekolah terlihat sepi Azel tetap tidak mau lagi menangisi hidupnya.

"Tapi gue lupa Nay bahwa semua yang gue miliki, semua orang yang ada sama gue kala itu ataupun sekarang itu gak abadi. Semuanya datang dan pergi." Pertahanan Azel akhirnya runtuh. Gadis itu terisak pelan dengan bahu bergetar. Ia mengingkari janjinya untuk tidak lagi menangis.

"G-gue cuma mau berdiri di atas kaki gue sendiri. Gue gak mau mengandalkan hidup gue kepada siapapun. Rasanya sakit Nay ... hiks ... dan gue gak mau terjadi lagi."

Menghapus air matanya yang ikut mengalir. Nayara mendekat dan mendekap Azel ke dalam pelukannya.

"Gue gak munafik ketika ada yang peduli sama hidup gue. Gue seneng banget lo sama Felicia berusaha menghibur gue. Gue hanya mempersiapkan diri agar rasanya gak sesakit ini di tinggalin orang lain. Gue harus sadar diri bahwa gue gak bisa di jadikan prioritas terus. Siapa yang tahu mungkin gue yang akan pergi."

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Dec 25, 2022 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

The Strait of GibraltarDove le storie prendono vita. Scoprilo ora