TSOG 44 | UWWU

265 36 2
                                    

Support cerita ini dengan vote dan komentar. Tengkyuu 🖤

Segaris senyuman Azel menjadi sambutan Akhtar setelah menyelesaikan permainannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Segaris senyuman Azel menjadi sambutan Akhtar setelah menyelesaikan permainannya. Bulir-bulir keringat tercetak jelas di dahi dan leher pria berkaos oblong itu.

"Capek?"

"Lumayan."

Mengulurkan air mineral yang sudah Azel buka tutupnya kearah Akhtar yang sudah duduk di sebelahnya. Lelaki itu tengah mengelap keringat dengan tisu.

"Kok gak dingin? Tadi kan beli yang dingin," protesnya.

"Abis olahraga gak boleh minum air dingin. Udah ini sama aja." Azel tetap menyodorkan air mineral. Mau tak mau Akhtar tetap mengambilnya.

Melihat sebotol teh dingin di sebelah kiri gadis itu membuat ia berdecak. "Lo kok minum es teh?"

"Ya gak papa. Gue kan gak olahraga."

Mendengus mendengar jawaban yang terlontar. "Alesan."

Tak mau menggubris omongan Akhtar yang berujung dirinya juga yang keki. Jemarinya meraba skateboard hitam polos yang berada di hadapannya. Ia jadi penasaran untuk mencobanya. Apalagi melihat Akhtar yang begitu lihai memainkan papan seluncur ini.

Tanpa mengalihkan perhatiannya dan menghapus rasa penasaran. Ia pun bertanya. "Lo udah lama main skateboard?"

"Dari smp. Kelas ... dua keknya."

"Kenapa suka skateboard? Kebanyakan cowok-cowok sukanya basket kalau gak futsal."

Menyerahkan botol minum yang tersisa setengah pada Azel sebelum menjawab.

"Gak ada alasan sih. Awalnya suka liat skateboard pas di ajak si Kevlar tiba-tiba pengen beli terus jadi hobi gue ampe sekarang."

Matanya melotot tetapi tak urung tetap mengambil botol. "Heh! Gak sopan banget. Itu abang lo ya."

"Lo juga gak sopan sama gue. Gue lebih tua setaun dari lo."

"Yaelah cuma setaun doang."

"Cepetan ganti baju. Harusnya kita langsung belajar bukan main skateboard dulu."

"Tuh temen lo udah pada buka buku." Tunjuknya pada teman-teman Akhtar.

"Kesurupan apa mereka?" tanya Akhtar bingung.

"Gak boleh gitu. Bagus dong kalau mereka mau belajar."

Azel bangkit dari posisi duduknya. "Udah buruan ganti baju!"

"Santai aja kali."

"Gak ada santai-santai. Lo udah kelas tiga. Bentar lagi ujian. Maen mulu kerjaannya."

Jiwa ibu-ibu dalam diri Azel perlahan nampak. Seperti mengomel kepada anaknya yang main hp terus.

"Bawel,"celetuknya pelan.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang