[34] Kemah

236 22 5
                                    

Disebuah balkon sebuah rumah yang bertema American classic, seorang cewek berambut dark brown tengah berdiri menikmati langit malam yang dihiasi taburan bintang. Angin berhembus cukup kencang malam itu. Membuat cewek itu memeluk lengannya sendiri.

"Vean? What are you doing there?"

Suara itu mengintrupsi Vean yang sedang asik melamun di tengah heningnya malam. Vean menoleh dan tersenyum ketika melihat ibundanya masuk ke dalam kamarnya dengan nampan berisi segelas air mineral dan beberapa botol obat-obatan.

"Nothing, mom." Jawabnya sembari berjalan menuju tempat tidurnya lalu mengambil posisi duduk di tepian ranjang.

Kinara, ibunda Vean meletakkan nampan yang dibawanya di atas mini nakas yang terletak di samping tempat tidur Vean dan mengambil posisi duduk di samping putrinya itu.

Kinara mengusap kepala Vean penuh kasih sayang sembari menampilkan senyumnya. "Jangan terlalu sering keluar balkon malam-malam. The wind isn't good for you, my dear."

Vean balas tersenyum pada Kinara. Hanya sebentar. Ia lalu menundukkan kepalanya, membuat Kinara mengerutkan keningnya. Ia menangkap perbedaan di raut wajah Vean.

"What's wrong, Vean? Are you okay? Kamu kelihatan murung dari kemarin sore." Tanya Kinara dengan lembut.

Vean tersenyum tipis dan menggeleng menanggapi pertanyaan Kinara.

"Hey." Kinara menggenggam tangan putri semata wayangnya itu. "If you need to talk, I'm here. Mama nggak suka ngelihat kamu kayak gini. Kamu tau,'kan, mama nggak bisa ngelihat kamu murung?"

Vean menghela napasnya dan menggengam tangan Kinara. "Ma, it's not a big problem. It's just.." Vean menaikan kedua bahunya. "I don't know how to tell." Lanjutnya pelan.

Wanita berusia 42 tahun itu tersenyum dan mengusap pelan pipi Vean. "Darel, isn't it?" Tanyanya yang hanya dibalas senyum tipis oleh Vean.

Kinara menyadari bahwa ada yang berubah sejak Vean mengunjungi Darel beberapa hari yang lalu. Saat pertama mereka kembali ke Indonesia, anak gadisnya itu terlihat begitu senang dan bersemangat karena putrinya itu mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Darel kembali, setelah dua tahun mereka berpisah tanpa saling memberi kabar.

Kinara tau bahwa Vean begitu merindukan Darel dan berharap bahwa dirinya masih bisa bersama dengan cowok itu. Bahkan putrinya begitu excited ketika akan berkunjung ke rumah Darel tempo hari. Vean yang biasanya enggan untuk bepergian, berubah menjadi Vean yang sibuk berpenampilan anggun hanya untuk bertemu dengan masa lalunya itu.

Namun, begitu dirinya menjemput Vean kala itu, ia langsung menyadari bahwa Vean sedang tidak baik-baik saja dengan Darel. Terlihat dari sikap Darel yang canggung kepadanya dan juga putrinya, juga Vean yang terlihat diam dan sedih.

Kinara tak tau apa yang keduanya bicarakan sebelum kehadirannya tempo hari. Tapi dari ekspresi keduanya, ia mengetahui bahwa hubungan antara Darel dan Vean tak sebaik dulu. Mungkin, karena keduanya sudah lama tidak bertemu. Juga, karena Vean yang tidak berpamitan pada Darel saat dirinya meninggalkan Indonesia dua tahun yang lalu.

Vean kembali menghela napasnya yang terasa berat tanpa berniat menjawab pertanyaan ibundanya. Mengingat ucapan Darel ketika keduanya bertemu tempo hari yang lalu untuk pertama kalinya setelah dua tahun, juga ucapan Darel kemarin, membuat dadanya terasa sesak seketika.

"Vean? Are you okay?"

Vean menatap Kinara dengan senyuman yang ia paksakan. "I'm ok, mom. There's nothing you need to worry about." Jawabnya yang jelas Kinara tau bahwa itu adalah sebuah kebohongan.

Cassiopeia [Slow Update]Where stories live. Discover now