[14] Cemburu?

1.3K 47 6
                                    

Love doesn't have to be spoken but love must be proven.
-Stevan Rexa Dimitri-
○○○

Satu minggu berlalu. Kini anggota OSIS SMA Avenue tengah disibukkan dengan kegiatan penyebaran poster untuk acara bazar. Stevan membagi tugas keduapuluh tiga anggota OSIS dengan membentuk kelompok masing-masing tiga orang untuk pemasangan tujuh poster permasing-masing kelompok agar mempercepat kerjanya.

"Masing-masing gue lebihin dua poster buat pasang di tempat strategis. Sisanya, kasih ke masing-masing sekolah. Penyebaran harus kelar sebelum jam tiga, karena kita masih harus rapat buat persiapan yang lainnya. Ngerti semua?"

Mereka menjawab pertanyaan Stevan secara serempak.

"Kalo gitu, silahkan dimulai."

Mereka dengan segera meninggalkan ruang OSIS menuju parkiran untuk melakukan perintah Stevan. Sedangkan Stevan, Valerie, dan Delon masih berada disana. Valerie sibuk mem-posting PDF poster ke sosial media dan blog milik sekolah. Stevan dan Delon berdiskusi singkat mengenai tujuan pertama yang akan mereka kunjungi untuk penyebaran poster.

"Va, ayo! Kok lo yang posting? Kan itu tugasnya seksi pubdok." Ujar Delon seraya mengenakan tasnya.

Valerie mengetik beberapa kata disana lalu menutup laptopnya. "Gapapa. Kasian Jean udah lembur buat perbanyak poster." Ujarnya sembari memasukkan laptopnya ke dalam tas ransel.

"Lagian si Fera kenapa harus ngundurin diri pas lagi dibutuhin, sih?"

Stevan menepuk bahu Delon dua kali. "Santai, Del. Gue usahain lo nggak dapet double job biar nggak lembur kayak Jean."

Delon berdesis. "Bukan gitu. Tapi kan kita jadi repot kalo gini caranya."

"Ngedumel mulu. Ayo jalan." Ujar Valerie lalu berjalan mendahului Stevan dan Delon menuju parkiran.

Stevan dan Delon saling tatap sebelum akhirnya mengikuti di belakang Valerie.

"Stev, lo sama Valerie, gimana?" Tanya Delon sambil memerhatikan rambut panjang Valerie yang digerai dari belakang.

Stevan menaikkan satu alisnya. "Gimana apanya?"

"Ya gimana? Lo jadian, ttm, apa masih pdkt?"

Stevan terkekeh dengan menggelengkan kepala. "Cuma temen biasa."

Delon berdecak. "Lo cupu banget, dah. Kenapa nggak langsung nembak aja? Keburu Valerie diembat sama yang lain."

"Emangnya siapa yang mau ngembat Valerie? Lagian, Valerie mana mau pacaran. Tau sendiri itu orang kayak gimana."

Delon menoyor kepala Stevan membuat sang mpunya mengaduh. "Lo kalo cinta, ungkapin. Sekarang mungkin Valerie nggak terpikat sama cowok. Gimana kalo besok? Lo masih bisa jamin hati Valerie itu masih ketutup? Lagian, ini kesempatan bagus. Disaat yang lain pada nyerah karena Valerie susah di deketin, lo harusnya berjuang. Buat Valerie yakin sama perasaan lo. Emangnya lo nggak empet, empat tahun nyimpen perasaan lo buat dia?"

Stevan tak membuka mulutnya sama sekali. Memikirkan apa yang Delon katakan. Delon benar. Stevan sudah empat tahun menyimpan perasaannya untuk Valerie. Tepatnya, saat Stevan dan Valerie duduk di bangku kelas delapan. Stevan masih ingat. Pertama kali Stevan merasakan hal yang berbeda dari Valerie adalah saat para gadis histeris karenanya, Valerie malah justru terlihat sangat acuh padanya. Bahkan dari tiga ratus lebih siswi di SMP-nya, hanya Valerie yang tak pernah memuji ketampanannya, bahkan sampai saat ini.

Cassiopeia [Slow Update]Where stories live. Discover now