[10] Pesta

1.3K 56 7
                                    

It feels weird when i'm touching you. Like i'm so damn addicted to do it again, and again.
-Darel Miliano Avegas-
○○○

Di depan cermin meja riasnya, Valerie memoleskan lip cream pada bibirnya, lalu menyisir rambut panjangnya yang digerai.

Valerie menghela napas. Jika bukan karena Gerald yang mengancam akan membatalkan band Quadrant untuk partisipasi acara bazar, mungkin Valerie tidak perlu repot untuk datang ke acara ulang tahun lelaki itu. Apalagi acara yang diadakan oleh Gerald itu bertempat di sebuah club. Valerie bahkan enggan membayangkan bagaimana suasana disana nanti.

Bunyi dering ponsel membuat Valerie bangkit dari duduknya, meraih ponselnya yang terletak diatas tempat tidur.

Kenya

Valerie menggeser slide answer dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Halo?"

"Va, gue udah mau sampe di apart lo, nih. Buruan ke lobby."

Valerie bergumam lalu memutuskan sambungan telfonnya. Ia memang akan berangkat bersama Kenya malam ini, karena Valerie benar-benar sedang tidak berniat untuk mengendarai mobil atau semacamnya. Lebih baik ia nebeng dengan Kenya karena kebetulan gadis itu juga menawarkannya untuk pergi bersama.

Valerie menyampirkan tas selempangnya ke pundak kiri. Berkaca sekali lagi untuk memastikan penampilannya, Valerie lalu keluar dari kamar apartmentnya menuju lobby, dimana merchedes benz milik Kenya sudah menunggunya disana.

"Nah, gini, kek, lo dandan. Kan cantik." Ujar Kenya saat Valerie sudah masuk ke dalam mobilnya.

Valerie memutar bola matanya. "Gue bener-bener males banget deh, Nya."

Kenya terkekeh, membelokkan stirnya ke kanan. "Daripada lo disalahin gara-gara Quadrant batal partisipasi?"

Lagi, Valerie menghela napasnya. Ia menyandarkan punggungnya pada jok, memerhatikan jalanan padat Ibukota Jakarta di malam hari.

"Gue denger, Darel dateng."

Valerie menaikkan satu alisnya. Tanpa repot memandang Kenya, cewek itu bertanya, "Terus kenapa?"

Kenya tersenyum singkat. "Nanti lo balik sama dia aja, ya? Gue mau sama Kennan dulu, Va."

Valerie langsung menoleh, memandang Kenya tak terima. "Lah, terus gue gimana?!"

"Kan gue udah bilang, sama Darel aja. Gue juga udah line dia biar dia anterin lo balik."

"Lo gila, Nya?!"

"Nggak, Va. Darel juga mau ko, anterin lo. Malah dia seneng."

Valerie menggeram. Tau begini, ia tidak akan menebeng dengan Kenya. Lebih baik Valerie mengendarai mobil sendiri daripada harus satu mobil dengan Darel nantinya.

Kenya melirik Valerie sejenak lalu kembali fokus pada kemudinya. "Tenang aja, sih, Va. Emangnya kenapa kalo balik sama Darel?"

"Mending gue balik sendiri, Nya."

Kenya menggelengkan kepala. "Lo itu aneh, deh, Va. Darel itu paling diincer sama cewek-cewek di sekolah. Lo dikejar sama dia itu harusnya seneng atau ngerasa beruntung, gitu."

"Seneng darimana sih, Nya? Playboy kayak dia apa yang bisa gue banggain?"

"Jangan gitu, Va. Lagian, Darel itu pasti punya alesan kenapa dia jadi playboy. Toh selama ini gue liat-liat, Darel keliatan tulus ko ngedeketin lo."

"Tulus darimana?" Ujar Valerie sinis.

"Eh serius, tau. Nih, ya, udah berapa bulan Darel ngejar lo, coba? Setengah tahun,'kan, Va? Dia tetep berusaha buat ngeluluhin hati lo padahal lo selalu nolak dia. Itu artinya dia emang tulus sama lo."

Cassiopeia [Slow Update]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora