[7] Terlambat

1.4K 59 2
                                    

People only knows how we look. Not how we feel.
-Agatha Valerie-
○○○

Alceo meletakkan tumpukan buku tulis milik tiga puluh dua siswa di kelasnya ke atas meja milik Bu Wanda, guru fisikanya.

"Terimakasih, Alceo. Kamu silahkan istirahat." Ujar Bu Wanda ramah.

Alceo tersenyum tipis. "Kalo gitu saya permisi." Cowok itu menyalami punggung tangan Bu Wanda lalu keluar dari ruang guru.

Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, cowok itu menelusuri koridor, menebarkan aura coolnya ke setiap siswi yang ia lewati. Bukan dengan menggoda seperti Darel.

Alceo cukup berjalan dengan tatapan lurus dan wajah tanpa ekspresi saja sudah bisa membuat mata para siswi yang dilewatinya langsung menatapnya seraya memohon agar Alceo kelak menjadi suami mereka.

Alceo dapat mendengar dengan jelas apa yang dibisikkan oleh setiap siswi yang memandangnya. Namun tanpa sedikitpun hasrat untuk membalas, cowok itu tetap melangkahkan kakinya menuju kantin dimana ketiga temannya sudah duduk dengan seenak jidatnya di salah satu kursi.

"Lama amat lo, Al."

Alceo duduk di hadapan Raga, mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan kantin.

Avenue memang memiliki kantin dengan fasilitas pelayanan layaknya sebuah restaurant. Mereka memiliki pelayan untuk memesan meskipun yang berjualan di kantin tetap ada penjual dari luar seperti Mak Entin, penjual makanan di kantin favorite Darel dan kawan-kawannya.

"Mau pesan apa, Mas Al?" Tanya pelayan lelaki dengan sebuah kertas dan bulpoin di tangannya.

"Lemon tea sama batagor aja, Ger. Di Mak Entin ya tapi." Ujar Alceo pada pelayan bernama Geri.

Geri menganggukkan kepala dan kembali untuk menyampaikan pesanan Alceo.

"Eh, Rel. Kemaren lo belom cerita soal Valerie. Lo ngapain nganterin doi balik? Kok dia mau?" Tanya Kennan lalu memasukkam tusukan bakso ke dalam mulutnya.

Darel menyesap es teh manisnya sebelum menjawab pertanyaan Kennan. "Cuma nganterin doang."

"Halah. Nganterin doang tapi kok lama?" Sahut Raga.

"Lah emang ngapa?"

"Lo nggak macem-macem sama Valerie,'kan?" Tanya Kennan dengan mata menyipit.

Alceo berdecak menarik perhatian mereka. "Lo pada kenapa, deh? Darel bilang cuma nganterin Valerie. Nggak mungkin Darel macem-macemin cewek model Valerie. Bisa mati duluan si Darel."

"Kok lo yang sewot?" Ujar Raga.

"Berisik lagian."

Kennan menghela napas. Lebih baik ia diam daripada adu mulut dengan Alceo. Otaknya akan kalah jika melawan lelaki jenius seperti Alceo. "Eh, panjang umur si Valerie."

Darel dan yang lainnya otomatis memutar kepala, mengikuti arah pandang Kennan yang tertuju pada Valerie yang sedang berjalan memasuki kantin bersama dengan Kenya.

"Heran gue. Si Valerie itu kenapa selalu cantik, ya?" Ujar Raga seraya menggelengkan kepala.

Darel mengalihkan pandangannya sejenak. Mengapa Valerie masuk sekolah? Cewek itu kan sedang sakit. Meskipun wajahnya sudah tidak sepucat kemarin, tetapi Darel yakin Valerie pasti masih belum pulih betul.

Darel memang baru melihat Valerie sekarang, karena hari ini cowok itu kembali datang terlambat seperti biasa. Jadi ia tak sempat melihat apakah Valerie hadir di kelas atau tidak.

"Eh gue denger, bokapnya Valerie itu yang punya sekolah musik depan cafe tongkrongan."

"Serius lo?!" Ujar Zero sedikit terkejut.

Cassiopeia [Slow Update]Where stories live. Discover now