[44] Meminta Untuk Sebuah Kesempatan

51 4 0
                                    

Akhir pekan telah tiba. Besok, para murid SMA Avenue akan dihadapkan dengan ujian akhir semester. Beberapa dari mereka menghabiskan akhir pekannya dengan berkutat pada buku pelajarannya guna mempersiapkan bekal ujian. Namun, tak sedikit juga dari mereka yang lebih memilih untuk menikmati akhir pekan mereka di luar rumah, tanpa mau repot memikirkan ujian yang akan mereka hadapi.

Darel dan gang-nya menjadi salah satu dari mereka yang menggunakan kata refreshing untuk memanfaatkan waktu bermain mereka. Keempatnya memilih cafe sebagai tempat mereka menghabiskan waktu.

Sejak jam dua sore hingga pukul tujuh malam, mereka telah berada di sebuah cafe milik orang tua Raga yang memiliki ruang khusus untuk keempatnya berkumpul. Di ruangan itu, terdapat sofa panjang yang terlihat sangat nyaman lengkap dengan satu set tv dan speaker, komputer, beberapa alat musik, kulkas lengkap dengan berbagai jenis minuman, beberapa alat permainan, juga meja biliard di tengah ruangan.

Raga dan Alceo sibuk mengadu taktik mereka dalam bermain biliard. Walaupun sudah kalah dua kali, Raga tak menyerah untuk meraih kemenangannya. Pasalnya, tiap kali bermain dengan Alceo, cowok itu selalu saja kalah.

"Nyerah aja, njing. Lo itu payah main ginian." Ujar Alceo setelah melihat Raga gagal menembak bola pilihannya.

Raga berdecak sebal. "Gue penasaran. Soalnya cuma sama lo doang gue nggak pernah menang, anjir." Ujarnya yang hanya dibalas gelengan oleh Alceo.

Kennan terlihat sibuk bermain dengan game pertarungannya di komputer. Lelaki itu sama sekali tidak beranjak padahal sudah empat jam lebih dirinya memandang layar tersebut.

Sedangkan Darel, cowok itu memilih untuk menggunakan hobinya dalam bermusik untuk mengisi waktunya. Dengan pensil yang ia selipkan di daun telinganya, Darel menggerakkan jarinya untuk menekan tuts piano, mencoba mencari nada yang pas di telinganya.

Darel mengambil pensilnya, kemudian menuliskan nada yang telah dicobanya di bawah tulisan indah yang telah ia rangkai sejak seminggu belakangan.

Ya, Darel sedang mencoba untuk menulis sebuah lagu yang akan mengutarakan isi hatinya. Lagu yang sedang ditulisnya ini, akan ia nyanyikan di acara petas seni setelah ujian berakhir.

"I will love you either way.." Senandungnya, dengan tangan sembari bermain di atas tuts piano.

Alceo memandang sejenak ke arah Darel. Ia tidak mengerti, mengapa Darel memilih untuk meninggalkan Valerie jika cowok itu terlihat jelas masih menyimpan rasa untuk cewek itu. Darel mungkin bisa saja mengatakan pada orang lain bahwa dia sudah bosan dengan Valerie. Tapi, sahabat-sahabatnya itu jelas tahu bahwa cowok itu berbohong.

Memang Darel terlihat tidak lagi memedulikan Valerie. Cowok itu juga tidak pernah mengatakan apapun lagi yang berkaitan dengan Valerie. Namun, perubahan sikap cowok itu setelah hubungannya dikabarkan berakhir, justru membuat ketiganya sadar jika Darel tidak mengakhiri perasaannya untuk Valerie.

Darel tidak pernah lagi menggoda wanita di sekolahnya, ataupun di club. Cowok itu juga hanya akan menghabiskan waktunya di club untuk minum. Jika sudah cukup mabuk, ia akan meminta Alceo atau temannya yang lain untuk mengantarnya pulang. Tidak ada lagi flirting ataupun kenakalan berlebih seperti yang sering Darel lakukan sebelumnya. Cowok itu jadi lebih pendiam, sekarang.

Namun, ketiganya telah menghargai keputusan Darel. Mereka memang tidak mendukung tindakan Darel. Tapi, apapun yang Darel putuskan, pasti lebih baik bagi cowok itu.

"Al! Sodok, anjir! Malah bengong."

Alceo kembali ke dunianya dan menghela napas sebelum melanjutkan permainannya dengan Raga.

Di tempat lain, seorang gadis duduk di kursi meja belajarnya. Dengan wajah seriusnya, ia mengerjakan soal latihan yang ada di buku paket biologinya. Huh. Biologi bukanlah hal yang mudah untuk Valerie. Materi ini cukup membuat otaknya terkuras karena bahasa ilmiah tidaklah mudah untuk dihafal.

Cassiopeia [Slow Update]Where stories live. Discover now