[1] Agatha Valerie Cassiopeia

6.2K 128 3
                                    

Beautiful is not about what you wear. It's about how you really are.
-Agatha Valerie-

○○○○

"I'll be wait you from dask till down.. baby i'm right here.." Valerie mengakhiri nyanyiannya dengan petikan gitar.

"Good job, Valerie. Kamu sudah mahir dalam membagi fokusmu, ya."

Gadis berambut hitam itu hanya tersenyum tipis menanggapi komentar dari guru les vokalnya. Ia menyandarkan gitar accoustic di pelukannya ke tembok.

"Saya boleh pulang,'kan?"

"Boleh. Tapi jangan lupakan jadwal latihanmu besok. Saya tunggu di jam yang sama."

Tanpa menanggapi ucapan wanita berpakaian kemeja pink soft dan rok span hitam ketat itu, Valerie langsung bangkit dari duduknya untuk meraih tas ranselnya, lalu pergi meninggalkan ruangan dengan berbagai alat musik di dalamnya.

Sementara guru les vokalnya itu hanya bisa menghela napas seraya menggelengkan kepala melihat sikap Valerie. "What a sad girl."

Valerie mengikat rambutnya menjadi satu ke belakang dan mengenakan helm fullface hitam sebelum menaiki motor sport hitam dengan paduan birunya. Menyalakan mesin, kemudian meninggalkan halaman gedung tempatnya melatih kemampuan vokal dan musiknya selama tiga tahun ini. Bukan melatih. Lebih tepatnya, terpaksa melatih.

Cewek itu membelah jalan raya dengan kecepatan sedang menuju sebuah cafe.

Mematikan mesin motor dan melepas helmnya, Valerie kemudian turun dari motor dan memasuki cafe bernuansa monochrome tersebut.

"Here she is. Akhirnya dateng juga lo, Va. Udah hampir sejam kita nunggu lo."

"Tau, Va. Liat tuh si Revan udah ngabisin dua piring spaghetti."

Valerie tersenyum singkat lalu mengambil posisi duduk di samping seorang lelaki berambut blonde, Stevan, namanya.

"Lo darimana aja, sih, Va? Kita hampir cabut dari cafe kalo lo telat lima menit aja."

Valerie menenggak jus sirsak milik Stevan sebelum menjawab pertanyaan Kenya, sahabatnya. "Biasa."

"Ngapain? Nyanyi lagi?"

"Lo pikir apa lagi?"

"Ck. Bokap lo terobsesi banget lo jadi penyanyi, ya, Va?" sahut lelaki yang duduk berhadapan dengannya, bernama Revan.

Lagi-lagi Valerie hanya menunjukkan senyum tipisnya. Ia sudah malas untuk berbicara jika sudah membawa-bawa keluarga dalam topiknya.

Kenya yang mengetahui kesensitifan Valerie langsung menyikut pinggang Revan yang duduk di sampingnya.

"Apaan sih?!" protes Revan yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Kenya.

Stevan berdehem untuk mengambil perhatian. "Va, besok sekolah,'kan?"

Valerie mengangguk. "Gue nggak mungkin bolos, Van."

"Mau gue jemput?"

"Nggak. Lo kalo mau ngojek, jangan ke gue."

Stevan terkekeh. Valerie selalu menjawab dengan jawaban yang sama jika ia menanyakan hal itu. Namun Stevan tak pernah kesal karena jawabannya. Ia justru suka mendengar bagaimana nada suara dan juga ekspresi wajah Valerie kala mengatakannya.

Valerie melirik jam tangan hitam di tangannya. "Gue balik." Ujarnya lalu bangkit meninggalkan mereka yang hanya bisa menghela napas melihat punggung Valerie yang dilapisi jaket hitam menghilang dibalik pintu cafe.

Cassiopeia [Slow Update]Where stories live. Discover now