Prolog

103K 8.3K 1.7K
                                    

"Bunuh dia!"

"Eksekusi dia!"

"Wanita jalang!!"

"Bagaimana mungkin seorang bangsawan bersikap semenjijikan itu?!"

"Tidak tahu diri!!"

Umpatan demi umpatan mengiringi langkah Eileen. Tidak ada setitik penyesalan di wajahnya, hanya ada raut datar dan kebencian disana.

Seorang Algojo menghampiri nya, dengan lantang pria itu berucap.

"Lady Eileen! Anda telah merencanakan pembunuhan terhadap Calon Putri Mahkota Kerajaan Nappolen, Lady Maisha Nelda De Phoebe. Melakukan aksi pemberontakan dengan tersangka Aston, menyalah gunakan sihir yang dimiliki. Dengan ini, saya sebagai perwakilan kerajaan menyatakan bahwa Lady Eileen akan di hukum mati.

Segala gelar kebangsawanan akan di cabut, kekuatan sihirnya akan di tarik dan siapapun yang berniat membantu Lady Eileen akan di anggap sebagai pengkhianat kerajaan."

Tak lama seorang Saintess mendekat. Ditangannya terdapat tongkat sihir. Saintess itu nampak membaca mantra lalu mengarahkan tongkat sihir miliknya pada Eileen.

Suasaan hening menjadi ricuh, Saintess itu nampak bingung lalu kembali membaca mantra dan hasilnya tetap sama. Tidak terjadi apapun.

"Hahaha," Tawa Eileen membuat suasana ribut menjadi tenang kembali.

"Tidak perlu repot mengambil sihir milikku, aku tak yakin kau bisa menarik sihir di tubuhku yang jauh lebih besar darimu. Maka dari itu berterimakasihlah karena aku telah menghapus seluruh sihir milikku hahaha."

Semua orang menatap penuh kebencian pada Eileen begitupun dengan Saintess yang kini tengah mengapalkan lengannya.

"Ck, masih begitu sombong di detik sebelum kematian, sungguh hal luar biasa," Desis Pangeran Jereon sinis. Pria itu kini tengah melangkah menuju tempat eksekusi Eileen dengan Maisha dalam rengkuhannya.

Melihat Maisha, Eileen menunjukan raut bengisnya, hingga Maisha beringus semakin merapat pada Jereon.

Menyadari gadisnya ketakutan Jereon menjadi geram. "Ada hal terakhir yang ingin kau katanya Lady Eileen?"

Eileen tersenyum sinis, "Aku tidak menyesal dengan semua ini."

Tanpa aba-aba Jereon segera menarik pedang miliknya dan secepat kilat kini tubuh Eileen telah terpisah dengan kepalanya.

"DENGARKAN AKU, SIAPAPUN DIANTARA KALIAN YANG MENYAKITI TUNANGANKU, LADY MAISHA NELDA DE PHOEBE MAKA DIA AKAN BERAKHIR SEPERTI NYA," Jereon menunjuk tubuh Eileen dengan pedang yang masih mengucurkan darah.

Sorak-sorak menyeruakan nama Jereon dan Maisha. Dengan senyum pria itu mendekati wanitanya yang pucat pasi. Sedikit menyesal karena membuat Maisha kaget, namun juga merasa puas telah melenyapkan Eileen.

"Sekarang tidak ada lagi yang akan mengganggu kita," Ucap Jereon sambil tersenyum.

"Kau terlalu kejam," Maisha mengecutkan bibirnya membuat Jereon terkekeh.

"Aku akan menjadi kejam jika itu menyangkutmu permaisuriku." Keduanya tersenyum bahagia. Dengan bergandengan tangan, Jereon melangkah bersama Maisha diiringin sorakan rakyat yang mendoakan kebahagian mereka.

Sang penjahat telah tiada, Jereon dan Maisha hidup bahagia. 2 tahun kemudian mereka menikah dan 3 tahun setelahnya Jereon naik menjadi raja. Jereon dan Maisha menjadi raja dan ratu yang adil, bijaksana serta di cintai oleh rakyatnya. Mereka hidup bahagia dengan penuh kedamaian.

TAMAT

"Huft,,, Eileen yang malang, kenapa dia harus berakhir setragis itu? Padahal dia hanyalah gadis yang ingin mendapat kebahagian tanpa tahu salah dan benar. Hidupnya terlalu menyakitkan. Dia tidak mendapat kasih sayang keluarga dan saat ia mencoba mencari kebahagiannya sendiri malah berakhir menyedihkan," Helaan nafas terdengar dari bibirku.

"Oh Eileen... Tahu kah kau bahwa Pangeran Rouvin sangat mencintaimu? Dan aku rasa Eileen pun menyukai Rouvin, dia hanya terobsesi pada Jereon!! Ck andai aku yang menjadi Eileen maka aku akan melepaskan Jereon dan hidup bahagia bersama Rouvin huft sangat di sayangkan."

"CECILLIA CEPAT TURUN!! GURU LESMU SUDAH DATANG."

Aku hanya bisa menghela nafas lelah, "Tuhan bisakah kau memberiku waktu santai lebih lama?? Ahh rasanya melelahkan," Ucap ku frustasi.

"CECILLIA!!!!"

"IYA MAA,"

Dengan cepat aku melompat dari ranjang. Aku harus menyembunyikan novel ini jika tidak, Mama tidak akan berhenti mengomel, oh membayangkannya saja sudah membuatku pusing.

Setelah merapikan penampilan aku bergegas ngambil buku les bahasa Jepangku.

Oh ya perkenalkan namaku Cecillia Ayu Utami, aku seorang gadis berusia 15 tahun. Kini hidup hanya dengan Mamaku, Papa sudah meninggal sejak aku berusia 3 tahun, dari yang aku dengar Papa adalah seorang dokter bedah yang hebat, sedangkan Mamaku seorang designer terkenal.

Secara materi aku hidup dengan sangat berkecukupan namun, jujur saja aku hidup dengan kekurangan kasih sayang. Setiap hari Mama sibuk dengan desain-desain miliknya sedangkan aku? Aku sibuk dengan segala macam les ku. Tidak ini bukan keinginanku, tapi ini keinginan Mamaku, Mama selalu ingin aku menjadi nomor satu dalam hal apapun beruntung aku menuruni kecerdasan Papaku haha.

Di ruang keluarga aku melihat Mama tengah berbincang dengan seorang pria yang tidak ku kenal, dia mungkin seumuran Mama.

Seakan tahu aku mengamati mereka, Mama menoleh padaku, "Nah Bram, ini anakku Cecillia," Ucap Mama dengan ramah.

Aku tersenyum, "Hallo perkenalkan aku Cecillia, apakah anda Sensei baruku?" Aku melihat Mama tertawa senang oleh ucapanku.

"Bukan sayang, Bram ini guru renangmu." Perkataan Mama sontak membuatku kaget.

"Guru renang?"

"Ayolah Cecil, usiamu sudah 15 tahun apa kamu tidak malu diusiamu ini tidak bisa berenang?"

"Tapi Maa...."

"Sudah ya Mama masih ada pekerjaan, kamu belajar yang benar ya. Dan untuk les Jepang, Mama sudah bilang pada Senseimu agar datang malam oke? Mama ke ruang kerja dulu ya,"

Mama pergi begitu saja tanpa mendengar perkataanku, sepertinya Mama sudah merencanakan semua ini bahkan Mama sudah menyiapkan pakaian renang untukku.

Mengetahui itu membuatku mengerang frustasi. Dengan lemas aku mengikuti Pak Bram.

Pak Bram memimpin pemanasan, jujur saja aku takut, aku pernah tenggelam di kolam itulah kenapa aku tidak mau belajar renang, meski jujur cara mengajar Pak Bram membuatku sedikit lebih tenang. Ingat sedikit!.

Tak terasa 1 Jam telah berlalu dan ternyata berenang tidak semenakutkan itu ya karena selama aku berenang Pak Bram memegang tanganku haha ingat aku tidak bisa berenang!!

Hingga suara handphone terdengar itu bukan suara handphoneku dan melihat raut gelisah Pak Bram aku menyuruhnya untuk menerima panggilan itu.

Kini aku sendirian di kolam ini, rasanya aku belum ingin beranjak dari kolam, menengok pada Pak Bram yang tengah fokus, dengan memberanikan diri aku mencoba berenang sendiri, namun naas aku malah terpeleset di lantai kolam yang licin.

Kolam ini tingginya tidak sama, semakin ke Barat maka kolam semakin dalam dan kini tubuhku semakin menuju Barat kolam.

Dadaku semakin sesak, sepertinya kematianku semakin dekat. Aku tertawa miris. Aku Cecillia Ayu Utami meninggal pada usia 15 tahun di kolam renang karena tidak bisa berenang, sungguh memalukan.

JUMAT, 12 MARET 2021

Hai gimana Prolognya
Jangan lupa kasih vote dan komen ya..


XieXie <3.

Mengubah Takdir Antagonis (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang