19. Ingatan

35.5K 5.3K 155
                                    


EILEEN POV

Aku terbangun ditempat asing. Semuanya gelap, gelap dan gelap.
Perlahan aku coba mendudukan diri aku tidak tahu apa yang salah, entah tempat ini dikelilingi kegelapan atau aku yang tidak bisa melihat?

"Ayah?"

Ayah?
Ayah?
Ayah?

Aku tersentak mendengar gema suaraku. Tempat apa ini?

Tanganku meraba apa yang sedang aku duduki, rumut? Apa aku berada di sebuah padang rumput?

Kenapa aku ada disini? Seingatku, aku berada di ruang musik lalu Jereon datang dan memintaku memainkan sebuah lagu. Setelah itu aku merasa dadaku sakit seolah ada tangan yang meremas jantungku lalu aku terlempar ketempat ini.

Aku mau pulang, tapi aku juga tidak tahu arah mana yang harus aku ambil.

"Kenapa suhu disini terasa dingin?" Ucapku seraya memeluk tubuhku sendiri.

Aku harus pergi dari tempat ini, semakin lama disini rasanya tubuhku akan membeku.

Aku terus melangkah dan melangkah. Entah berapa lama aku berjalan tanpa tujuan seperti ini, yang jelas sekarang aku sangat haus, lelah dan kedinginan.

Duk!

"Aaaww." Ringisku sambil mengelus kening yang entah membentur apa. Ini sangat sakit, hingga mataku ikut berdenyut. Karena tidak tahan, akhirnya aku berjongkok masih dengan posisi memegang kening dan mataku

Setelah rasa sakitnya hilang, aku menyadari telah berpindah tempat. Ini kebalikan dari tempat sebelumnya. Disini sangat terang seolah hanya terisi cahaya. Tempat pijakanku pun bukan lagi rumput, tapi layaknya kumpulan awan putih yang suci.

Sekarang aku sadar, ini hanyalah sebuah ruang hampa. Jika aku tidak salah tebak maka tempat sebelumnya diselimuti kabut hitam yang seolah-olah membuat buta siapapun yang ada di dalamnya, sedangkan tempat ini diselimuti kabut putih yang menyilaukan. Lalu poin penting lainnya di sini juga hangat, sangat nyaman berada di sini.

Kini aku mulai menyusuri ruang hampa ini, sejauh mata memandang hanya putih dan ruang kosong yang terlihat.

Tiba-tiba aku merasa goncangan pada pijakanku. Aku mencoba berlari tapi sejauh apapun aku berlari goncangan ini tidak berhenti bahkan semakin kencang. Merasa terdesak akhirnya aku duduk sambil memeluk lututku.

"Ada apa lagi ini? Aku benar-benar ingin pulang," Kataku seraya membenamkan wajah pada lipatan lutut.

Tak lama kemudian goncangan itu berhenti dan saat aku mengangkat wajah aku terkejut karena telah berpindah tempat lagi. Tapi bukan itu poin utamanya, tempat ini....

"Ini adalah kamarku!" Ujarku antara percaya dan tak percaya.

"Apa aku kembali ke duniaku?"

Aku natap sekeliling. Luar biasa! Aku kembali ke duniaku! Karena aku kembali kedunia ini berarti kemarin aku tidak mati bukan?.

Aku segera bangkit, aku ingin segera menemui Mamaku. Namun langkah penuh semangatku terhenti. Aku terpaku saat tak sengaja berdiri di depan cermin. Disana diriku tidak, lebih tepatnya banyangan diriku tidak nampak di cermin.

Aku melangkah menghampiri cermin mencoba mencari bayangan diriku namun nihil! Hilang seakan tak berbekas.

Klek!

Pintu terbuka dan sekali lagi aku dibuat terpaku. Itu adalah diriku. Diriku sebagai Cecil dalam usia 4 tahun.

Disana, aku sebagai Cecil datang dengan berderai air mata dan tangan memegang sebuah piala.

Mengubah Takdir Antagonis (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang