Bab 18

454 80 25
                                    

Melupakan si masa lalu (?)

****

"Kayaknya lamunan kamu lebih penting ya daripada ketemu sama aku?" ujar seseorang di depan pintu membuat Nathan menoleh cepat padanya.

Lelaki yang memakai kaus polos berwarna hijau tua itu lantas berdiri. Menyimpan tasbih berwana kemerahan di atas meja. "Ada apa ke sini?" tanyanya seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana training yang dipakai.

Perempuan berbulu mata lentik itu tersenyum sinis lalu masuk ke kamarnya. Spontan saja membuat Nathan terkejut.

"Keluar, kamu gak boleh masuk!" katanya tiba-tiba membuat langkah perempuan itu sontak terhenti.

"Emang kamu mau ngapain aku, sih?" Perempuan itu tidak menghiraukan, kakinya kembali melangkah seraya mematut dirinya di cermin. Bahkan parfum mahal yang dirinya pakai menyeruak memasuki indra penciuman Nathan. Lelaki itu memalingkan wajah, ketidaksukaan di wajahnya begitu jelas, terlihat dari gigi gerahamnya yang mengeras. Nathan tidak mengerti, bagaimana bisa ia dipertemukan dengan perempuan ini.

"Aku nungguin kamu di kantor, katanya kamu nggak masuk hari ini. Kenapa?" tanyanya menatap lembut Nathan di balik cermin.

"Aku sibuk," jawab Nathan datar.

"Sibuk liatin kotak kecil itu?!" Dagu runcing perempuan itu terangkat menunjuk pada kotak berwarna cokelat di atas meja. Membuat Nathan melihat ke arah yang ditunjuk perempuan itu.

Nathan mengangkat kedua bahu. Mengambil kotak tersebut lalu menyimpannya di laci nakas. "Keluar, gak baik cewek masuk ke kamar cowok!" Natgan berusaha sabar supaya tidak bersikap keterlaluan. Meskipun tatapannya tak urung menyorot dingin, membuat perempuan itu mendelik kesal.

Namun, sebelum perempuan itu keluar kamar. Ia kembali berucap, "Jangan lupa! Nanti malem kamu harus ada di acara makan malam keluarga kita. Seenggaknya lakukan itu, untuk nenek tersayang kamu." Seiring perekataan itu selesai, perempuan itu pergi.

Nathan menghela napas kasar. Tangannya menyugar rambutnya sampi kusut. Diambilnya tasbih yang tadi, menyorot tajam seakan tasbih itu adalah jelmaan dari seseorang yang membuat hati Nathan dongkol. "Ck, kalau saya tahu yang akan dijodohin sama saya itu kamu. Saya susul kamu ke Tasik dan culik kamu aja ke sini. Kenapa sih, milih menikah sama orang lain. Padahal kamu udah janji akan menunggu saya pulang."

Ia lempar tasbih itu ke atas kasur. "Dan bakal dipastiin aku gak akan terjebak sama Riani."

🍀🍀🍀

Seusai melaksanakan salat isya di masjid, Nathan segera memasuki kamar. Mengganti pakaiannya dengan kaus polos berlengan panjang. Ia menyisir rambutnya menggunakan tangan ke belakang. Suara ketukan pintu membuat Nathan menghentikan aktivitasnya. Wajahnya berubah dingin, melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamar.

Riani Putri Atmadja, seorang perempuan anggun dan cantik, kepintarannya tidak bisa diragukan, diusia yang baru menginjak dua puluh enam tahun ia sudah menjadi seorang direktur di perusahaan besar keluarganya. Dan sebentar lagi, sosok yang dikagumi banyak orang itu akan menjadi istrinya. Bukan keinginan Nathan, melainkan keinginan sang oma yang baru saja pulang dari Berlin. Beberapa hari sebelumnya, mereka dipertemukan. Tadinya Nathan berpikir pertemuan mereka hanya membahas tentang perusahaan. Namun, ternyata tidak. Lebih dari itu, membuat Nathan terkejut saat oma meminta Nathan dan Riani menikah.

"Udah ditungguin, tuh, sama keluarga kita."  Siapa yang menyangka, perempuan itu ternyata sudah menaruh hati pada Nathan. Sehingga ia selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian Nathan meskipun lelaki itu selalu cuek.

Jodoh Yang Dinanti √Where stories live. Discover now