Bab 49

505 61 9
                                    

Vote dan komen ya, hehe

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Vote dan komen ya, hehe

"Riani!"

Nathan memandang tubuh Riani dengan datar, perempuan itu berlari keluar rumah meninggalkan acara yang sebentar lagi mengikat hubungan mereka, sementara mamanya serta pamannya berusaha mengejar. Nathan menyandar pada sandaran kursi, garis di wajahnya begitu dingin. Rahangnya mengetat menunggu Riani kembali. Namun, sepertinya memang alam semesta sedang berpihak padanya, saat keluarga perempuan itu kembali. Justru mereka tidak serta membawa Riani.

"Kemana?" tanya Nathan, sudut bibirnya sedikit tertarik. "Kabur, ya?"

"Diam kamu Nathan!" bentak mamanya Riani. "Ini pasti akal-akalan kalian berdua, iya, 'kan?!"

Nathan tidak menjawab, laki-laki itu memilih berdiri sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kenapa Tante nggak sibuk urusin pemakaman Om Hendra, aja, sih? Kenapa malah ngurusin pernikahan yang bisa dilakukan kapan-kapan, kenapa harus sekarang coba?" Nathan melipat tangannya di dada, satu alisnya naik terangkat.

Mamanya Riani sudah mengepal kedua tangannya di sisi tubuh. "Ingat janji kamu Nathan, kamu akan menyelamatkan keluarga kami, dan perusahaan kami yang sedang bangkrut!"

"Tapi saya sudah bilang, saya bisa bantu tanpa harus menikah sama Riani. Jadinya Riani kabur, 'kan?" Nathan terkekeh. "Lagian Riani juga mana mau jadi istri ke dua?"

Memang benar, ya, setiap orang mempunyai titik terlemahnya dalam hidup, rapuh. Dan untuk melindungi kerapuhan itu terkadang membuat mereka menjadi lebih kuat.

"Jangan keterlaluan kamu, Nathan!"

"Saya nggak keterlaluan, saya juga sudah menepati janji saya, Riani saja yang kabur. Jadi yang salah di sini siapa?"

Skakmat!

Seluruh orang di dalam rumah yang hendak menjadi saksi atas pernikahan paksa itu seketika terdiam. Acara pernikahan ini sepertinya akan gagal. Bukan hanya karena calon pengantin perempuan yang kabur, tetapi mempelai prianya pun turut memberontak.

"Dengarkan saya Tante." Nathan melangkah maju. "Saya sangat kecewa karena Riani kabur padahal saya mau menepati janji saya sama Tante." Nathan meringis palsu seolah menyesali perbuatan Riani. "Tapi Tante jangan khawatir, saya akan tetap menepati janji saya, tetapi tidak dengan menikahi Riani."

"Apa?" Wanita paruh baya yang masih mengenakan pakaian tadi sore itu terkejut. "Apa maksud kamu?"

"Saya akan membantu keluarga Tante, perusahan keluarga Tante yang sedang bangkrut. Tante jangan khawatir, saya akan menginvestasikan beberapa saham saya untuk perusahaan Tante."

Setelah mengatakan itu Nathan tersenyum. Lalu mengulurkan tangannya. "Sebagaimana Tante telah memberikan jantung suami Tante buat papa saya, maka seperti itu pula hutang budi saya kepada Tante. Seperti jantung yang masih berdetak di jantung papa saya. Bantuan kami akan terus mengalir, sampai perusahaan Tante menemukan posisi tertinggi lagi."

Jodoh Yang Dinanti √Donde viven las historias. Descúbrelo ahora