Bab 27

535 86 4
                                    

Taatnya seorang istri kepada suaminya, ada surganya Allah di sana.

****

"Udah, jangan terlalu dipikirin. Mungkin dia memang ada urusan."

Riani tertawa sinis mendengar perkataan Rendi, naif sekali jika dia selalu berprasangka bahwa Nathan selalu mempunyai urusan setiap kali bersamanya. Rasanya, Riani sudah tidak tahan lagi, menahan perasaan yang hanya dimiliki olehnya. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, kapan Riani bisa melepasnya? Kapan lelaki yang dicintainya akan membalas itu?

"Aku mau pulang, Rendi, aku capek," lirihnya merunduk.

Rendi mengangguk, dia merasa iba melihat  Riani yang rapuh. Seorang perempuan luar biasa di matanya.

"Ri, aku tahu gimana caranya supaya Nathan mau lihat kamu," ujar Rendi tiba-tiba, menghentikan langkah Riani yang hendak memasuki mobil. Perempuan itu sangat penasaran, walau dia selalu bisa menyembunyikan ekspresi keingintahuannya itu.

"Apa?"

Tersenyum, Rendi berjalan mendekat, seraya berucap, "Ketika kita mencintai seseorang, kita pasti akan melakukan yang terbaik buat dia. Bahkan meski harus menjadi orang lain di depannya."

Kening Riani berkerut, pintu mobil yang semula terbuka kembali ia tutup. Keduanya saling berhadapan, Rendi tersenyum penuh arti sementara Riani masih mencoba mencerna perkataan lelaki itu.

"Maksud kamu?"

"Jadilah seorang perempuan yang Nathan suka. Meskipun kamu nggak suka menjadi perempuan itu."

Sontak saja raut wajah Riani berubah suram. "Nggak, aku mau jadi diri aku sendiri setiap kali di depannya, bukan jadi orang lain! Aku mau, dia mencintaiku sebagai aku dan bukan orang lain," tandasnya tegas mengakhiri pembicaraan. Setelahnya memasuki mobil, meninggalkan Rendi yang semakin menyimpan kagum di hatinya.

"Idaman."

🍀🍀🍀

Sudah dua puluh menit berlalu, Araya mondar-mandir di ruang tamu. Sesekali dia menggigit bibir karena perasaannya tidak tentu. Nathan dan neneknya belum juga keluar kamar setelah keduanya memutuskan untuk berbicara empat mata. Pasti ada kesalahan, Araya meyakini itu.

Apalagi, wanita lanjut usia yang Araya taksir berusia enam puluh taun itu tampak tidak menyukainya saat pertama kali bertemu. Terlihat dari bagaimana wanita itu menilainya. Ada rasa sesak ketika diabaikan dan seakan dianggap tidak ada. Nathan juga tidak bicara apa-apa bahkan melihatnya pun tidak. Apa mungkin dia berbuat kesalahan? Araya tidak tahu, dia tak memiliki jawabannya.

"Pernikahan kita hanya Papa yang tahu, Oma belum tahu. Saya takut beliau shock berat kalau tiba-tiba saya bawa kamu ke rumah dan memperkenalkan kamu sebagai istri saya." Araya mengingat perkataan Nathan sebelumnya.

"Oh, iya, mungkin Oma shock, makanya mereka perlu bicara berdua. Sabar, Aya, selalu-lah berpikir positif," monolognya bersabar diri, kemudian duduk di sofa.

🍀🍀🍀

"Oma nggak tahu harus bagaimana Gian, kamu sudah keterlaluan. Kamu menghancurkan kepercayaan Oma, bagaimana kamu bisa menikah dengannya? Apa alasannya?!" Oma menuntut jawaban, kekecewaan terpampang jelas di raut wajahnya. Sementara Nathan hanya bisa berusaha tenang. Toh, semua memang terjadi karena kesalahannya. Ia mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan sang oma.

Sampai-sampai dia lupa, bahwa dia telah menerima perjodohan dengan Riani. Lalu, harus dari mana Nathan menjelaskan segalanya?

"Kamu lupa? Oma selalu bilang, nikahi perempuan yang sekufu dengan keluarga kita. Dan cuma Riani yang mempunyai kesetaraan dengan keluarga kita, Gian!" tandas oma kembali. Dan hal itu berhasil membuat Nathan terpekur di tempat.

Jodoh Yang Dinanti √Where stories live. Discover now