Bab 2

885 118 110
                                    

Entah mimpi apa Araya semalam, sehingga ia harus mengalami hal-hal yang tidak mengenakan di pagi ini. Pertama karena Adnan dan sekarang? Araya mendapati dirinya berdiri menunduk seraya mendengarkan amarah perempuan paruh baya yang tidak memiliki hati. Pakaiannya pun hanya mengenakan kaos pendek dan celana pendek selutut, juga rambutnya acak-acakan.

Bahkan, jelas-jelas perempuan itu juga bersalah karena menghentikan mobilnya tiba-tiba. Tetapi kesannya sekarang seperti Araya yang paling tersalah. Dan pada akhirnya mereka yang mengelilingi dan menyaksikan apa yang terjadi hanya diam meskipun sesekali ikut menegurnya.

"Makanya Dek, jangan kebut-kebutan di jalan. Itu gak baik, kan jadinya kecelakaan."

"Iya, dan untungnya kamu gak apa-apa."

"Kamu itu perempuan masih sekolah pula, harusnya jangan bandel."

Begitulah kira-kira teguran yang Araya dapatkan dari beberapa orang dewasa di sana. Jangan lupa, Araya itu tidak suka berbicara banyak dan ia paling tidak mau menjelaskan sesuatu kepada mereka yang tidak mau paham. Lelah, dan Araya tidak suka membuat dirinya lelah hanya untuk menjelaskan.

"Lihat! Mobil saya jadi rusak! Kalau mau ke sekolah ya, sekolah aja. Jangan kebut-kebutan di jalan, sok berani kamu ya! Memangnya kamu sanggup ganti rugi kerusakan mobil saya! Masih baru ini mobil saya!" Perempuan itu tak henti menunjuk-nunjuk mobil merah miliknya. Tatapannya sudah memerah bahkan ekspresinya seperti ingin memakan Araya.

Tetapi Araya memilih setia untuk menunduk, sesekali melirik motornya yang juga rusak. Lampu depannya pecah. Duh, apa yang harus Araya jelaskan kepada Bundanya nanti. Dan Adnan? Apa yang akan kakaknya lakukan jika tahu Araya mengalami kecelakaan.

Araya bergidik, pasti Adnan akan semakin posesif padanya. Bahkan mungkin akan memarahinya juga dan pasti memberikan petuah panjang yang harus Araya dengarkan dengan sabar.

"Permisi, ini ada apa ya?"

Pertanyaan seorang lelaki yang menghampiri kerumunan mengalihkan atensi mereka kepadanya. Termasuk Araya, kedua manik mata Araya ikut beradu pandang dengan lelaki itu. Kemudian Araya mengamati sosok lelaki itu tanpa permisi. Badannya tinggi, wajahnya pun tampan dan memakai jubah toga wisuda. Araya menyimpulkan lelaki itu akan mengikuti acara wisuda.

Eh, tunggu dulu! Kenapa Araya peduli? Lantas perempuan itu menggeleng dan kembali menunduk.

Sedangkan perempuan paruh baya itu kembali menunjuk-nunjuk wajah Araya. "Ini nih, dia kebut-kebutan di jalan sampai menabrak mobil saya! Dasar anak muda jaman sekarang! Bisanya cuma ngerusuh tapi gak mau tanggung jawab!" Perempuan itu terus mencercanya tanpa rasa iba. Seolah ia belum puas mengeluarkan kemarahannya.

"Berapa ganti rugi yang harus di bayar memangnya?"

Woop. Araya sontak mendongak menatap lelaki itu yang kini berdiri di depannya dengan air muka terkejut. Sedangkan lelaki itu hanya diam menunggu jawaban perempuan itu.

Perempuan paruh baya yang entah bernama siapa itu tersenyum miring. Kemudian mengangkat tangan merentangkan kelima jemarinya. "Lima juta," katanya.

Lelaki itu mengangguk-angguk saja, seolah uang yang diminta itu sesuatu yang ringan. Sedangkan Araya terdiam, ia hendak ingin berbicara tetapi urung saat lelaki tiba-tiba berucap, "Ya sudah, kalau begitu tunggu sebentar." Seiring perkataan itu selesai lelaki itu berlalu.

Orang-orang mulai saling berbisik. Sedangkan Araya meneguk ludah berkali-kali, ia resah. Bagaimana bisa tiba-tiba ada yang ingin menolong sedangkan Araya tidak mengenal siapa lelaki itu. Tetapi, Araya mulai berpikir apakah ini yang di sebut dengan ... keajaiban? Lalu manik matanya membulat saat tanpa sengaja pandangannya menangkap sosok perempuan itu yang menatap tajam ke arahnya. Araya tak mau kalah, sehingga ia membalas melototi perempuan itu juga. Seolah berkata, apa lu?

Jodoh Yang Dinanti √Where stories live. Discover now