Bab 12

647 87 64
                                    

8 Tahun kemudian ....
Tasikmalaya

______________________

Embun bermunculan di antara rerumputan karena pagi sudah menjelang. Kicauan burung juga terdengar bersamaan dengan gemerisik daun yang tertiup angin pagi. Memberikan sensasi dingin untuk para pegiat pencari ilmu yang berjajar rapi berjalan di koridor pesantren menuju madrasah.

Kota Tasikmalaya dikenal merupakan sebagai pusat keagamaan terbesar di Jawa Barat, karena memiliki lebih dari delapan ratus pesantren di penjuru wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Sehingga banyak sekali diminati oleh masyatakat luas untuk belajar agama di kota tersebut.

Begitupun dengan salah satu pondok pesantren yang berada disalah satu desa yang cukup jauh dari kota kabupaten. Pondok Pesantren Al-Huseniyyah, tertulis di sebuah gapura besar yang menjadi gerbang utama memasuki pondok.

Ada beberapa bangunan berlantai dua yang sudah terlihat tua, tetapi banyak sekali pohon besar yang menjadi kesan bahwa pesantren tersebut sangatlah asri. Meski sudah berdiri berpuluh-puluh tahun lamanya. Kemudian, pondok putri saffa, merupakan asrama khusus para santriwati yang berada cukup dekat dengan masjid utama. Sedangkan bangunan berlantai tiga yang berada cukup jauh dari asrama putri itu, merupakan pondok asrama putra.

Selain itu, Pesantren Al-Huseniyyah juga memiliki beberapa program pembelajaran yang ternyata sangat diminati oleh para santri maupun santriwati pada umumnya. Yaitu, Kitab kuning, Tahfidz Quran, program bahasa arab dan inggris, dan yang terakhir adalah program keterampilan.

Keterampilan yang telah dicetuskan oleh cucu laki-laki dari Kiyai Hasan dan langsung disetujui oleh dewan pesantren tersebut. Yang di mana para santri maupun santriawati akan dibimbing dan dibiasakan untuk membuat kreatifitas sesuai kemampuan mereka.

Dari berbagai macam kegiatan tersebut, dewan pesantren juga menyediakan fasilitas berolahraga yang sangat dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Salah satunya yaitu, memanah.

"Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah". (HR. Bukhari dan Muslim)

Kyai Hasan selaku pemilik pesantren yang sudah berusia enam puluh tahun tersebut pun sangat disegani oleh penduduk di sekitar. Karena kedermawanan, kebaikan, serta bagaimana beliau sangat mengayomi masyarakat.

"Asalamualaikum, Kyai," salam Kang Santri berlari tergopoh menghampiri Kyai Hasan yang tengah berbincang dengan salah satu ustadz di sebuah kursi kayu yang berada di teras depan kediaman Beliau.

"Waalaikumusalam warahmatullah," jawab Kyai bersama Ustadz Ridwan bersamaan seraya menoleh melihat Kang Santri.

"Aya naon Kang Santri, ari anjeun bet lulumpatan kitu? (Ada apa Kang Santri? Kenapa kamu lari-lari seperti itu?)" tanya Kyai. Keriput di sekitar wajahnya pun sudah terlihat saat ia tersenyum.

Kang Santri memegang dadanya, mengambil napas dalam-dalam. "Hapunten, Kyai. Kajian di madrasah atos tiasa dimulai. Kumargi para wargi atos ngantosan. (Kajian di madrasah sudah bisa dimulai, karena para warga juga sudah menunggu)."

Setiap dua minggu sekali, Kyai Hasan akan mengadakan kajian pagi, khusus untuk umum. Siapapun dan yang tinggal di daerah mana pun mereka dapat mengikuti kajian tersebut.

Kyai Hasan mengangguk, "Muhun, mangga atuh." Setelahnya beliau di antar Kang Santri dan Ustadz Ridwan, menuju madrasah yang berada di dekat gerbang utama pesantren.

Jodoh Yang Dinanti √Where stories live. Discover now