🌼1-Dera dan Pernyataan Cinta

1.5K 113 24
                                    

Sejujurnya, lelaki itu tidak tahu harus bersyukur atau tidak saat lagi-lagi, di tahun terakhirnya di SMK, ia mendapat jadwal olahraga di hari Senin setelah istirahat pertama. Itu tandanya, olahraga dimulai pukul setengah sepuluh sampai sembilan puluh menit berikutnya.

Kalau melihat respons teman-temannya, Dera hanya bisa meringis, ya sekelas juga menggerutu karena, masa selama hampir tiga tahun sekolah, mereka tidak pernah dapat jam olahraga pagi?

Meski kesal begitu, saat bel dimulai, teman-temannya juga akan lama-lama menikmati permainan bebas setelah teori atau praktik sebentar.

Tergantung guru yang mengajar, kebanyakan kelas olahraga memang tidak terlalu ketat, yang dipermasalahkan adalah waktunya, waktu pelajaran olahraga siang artinya mereka akan ada di luar ruangan sewaktu matahari akan menyengat kulit mereka.

Suara bel berbunyi, seorang guru keluar dari ruangan kepala jurusan dan berujar.

"Yak, silakan berberes dan berisitirahat! Sebentar lagi olahraga, kan? Oh, dan ingat ya, deadline untuk presentasi bangunan air hanya satu minggu! Siap atau tidak siap, minggu depan harus segera dipresentasikan!"

Sekelas kompak berujar "siap, Pak!" sambil memasukkan alat tulis mereka.

"Untung kelompok kita ada Dera," ujar Altan sambil tersenyum penuh makna dan menaikkan salah satu alisnya.

Dera paham. "Pokoknya yang presentasi nanti kalian, ya? Sama bantu aku nyiapin fotonya aja, sisanya biar aku."

Tiga siswa lainnya segera menyunggingkan senyum yang lebar dan mengiyakan permintaan Dera.

"Dera emang bisa diandalkan!" Toni menepuk pundak Dera dengan keras sampai lelaki berkacamata itu mengaduh kesakitan.

Idealnya, kerja kelompok artinya membagi "porsi" tugas ke anggota kelompok, sehingga semua dapat bekerja bersama-sama, Dera tentu paham konsep ideal itu. Hanya saja, selama dua belas tahun sekolah, ya realitanya tidak begitu.

Kerja kelompok di kelompok Dera artinya sama dengan, 15% anggota lain kerja, dan 85% sisanya tentu saja kerjaan Dera. Dengan pembagian seperti itu, Dera bagaimana? Yah sejujurnya, ia tidak masalah.

Entah sejak kapan memang dia suka bekerja lebih "giat" secara sukarela seperti itu. Pikirnya, tugas apapun itu harus segera selesai agar ia bisa mulai mengerjakan tugas yang lain. Kalau dikerjakan teman-temannya, tapi nanti pengerjaan tugas jadi molor, atau, hasilnya jelek, nilainya bisa berpengaruh juga.

Makanya, Dera tak masalah kalau ia harus mengambil alih sebagian besar tugas, asal bisa cepat selesai dan nilainya bagus.

"Semangat, ya, Der!" Rio menaikkan kedua tangannya yang mengepal seperti hendak cheerleading

Dera mengangguk kecil dan tersenyum seadanya.

Semua sudah membawa dan membereskan tas masing-masing. Ketua kelas yang berperawakan tinggi dengan cekatan mengatur barisan sebelum akhirnya, seluruh anggota kelas benar-benar pergi meninggalkan ruang praktik kejuruan.

Dera segera berpisah dengan teman-temannya ... uh, tidak secara literal sih, toh semua orang memang ingin menuju ke kantin. Bedanya, teman-temannya akan berjalan secara berkumpulan, kalau Dera sih sendirian, walaupun searah, ia bisa dibilang memang langsung melepaskan diri dari kerumunan anggota kelasnya.

Waktu istirahat tiga puluh menit tentunya cukup kalau harus dihabiskan untuk antre di kantin dan makan semangkok bakso. Untungnya sekolah ini paham kalau muridnya sangat banyak dan harus, mau tak mau, berjubel di kantin saat waktu istirahat. Meski Dera akan lulus dalam waktu dekat, ia tetap saja terenyak dan membelalak melihat kondisi kantin yang penuh sesak.

Blooming Between UsWhere stories live. Discover now