🌼29-Dera dan Rahasia Anya

211 27 0
                                    

Anya merogoh bagian paling dalam tasnya dan mencari sesuatu yang tadi sudah ia persiapkan.

"Ah, ketemu!" gumam gadis itu saat tangannya menyentuh sebuah kertas.

Ia mengangkat secarik kertas yang dilipat menjadi tiga itu sembari tersenyum. Namun, hanya sesaat saja senyum itu terulas, sebelum berganti dengan embusan napas pelan sambil menggigit bagian bawah bibirnya.

Anya merasakan kalau dia aneh, biasanya, ia bahagia jika nanti ia akan menemui seseorang, sesederhana itu, termasuk kakak kelas rangkap mentornya sekarang, Dera. Gadis itu selalu merasa lebih bahagia dan nyaman, padahal mereka terhitung baru saja bertemu. Siapa sangka, durasi belajar bersama sekaligus mengurus toko bunga akan mengubah pertemuan mereka menjadi hubungan yang akrab.

Dua minggu lalu, setelah encore pekan tengah semester, gadis itu memutuskan untuk menjauhi Dera, ironisnya setelah lelaki itu bertekad untuk tetap maju demi perasaannya pada Stella.

Anya punya alasan, dan semua memang bermula tepat di malam setelah encore. Setelah ia berbicara dengan neneknya bahwa ia telah berbohong dan mengambil dua layanan spesial kepada neneknya.

Pada mulanya, orang lanjut usia yang telah ikut merawatnya sejak kecil itu mengerutkan kening seperti hendak memarahinya, tetapi alih-alih mendapatkan bentakan atau apapun itu, neneknya menceritakan alasan kenapa harusnya ia tidak pernah berhubungan dengan bunga ajaib tersebut.

Di antara kalimat-kalimat yang keluar dari mulut neneknya, ada satu kalimat yang membuatnya terenyak dan sadar, bahwa ia harus menahan dirinya untuk masuk lebih dalam. Selain menjaga diri dan mengamati perubahan Dera dari jauh, Anya juga memutuskan untuk memasukkan Dera ke sesuatu kegiatan yang brosurnya kini ada di tangannya.

Selembar kertas itu ia dapatkan dari seseorang, dan masih ada waktu sebulan sebelum kegiatan itu benar-benar dilaksanakan. Rasanya kesempatan bagus untuk Dera agar lelaki itu maju selangkah, dan agar ia sendiri bisa perlahan tidak ikut campur dengan kakak kelasnya itu.

Kebahagiaan dan tekad yang ia lihat di depan pintu UKS saat itu, sambil ditemani suara kembang api, itu adalah sesuatu yang ingin ia usahakan sebelum benar-benar lepas. Termasuk bunga ajaib yang sulit mekar dan masih ada di lantai teratas rumahnya, ia tidak ingin melepas itu.

Jarak bukan hambatan, asal ia bisa menjaga dirinya.

Anya berbalik dan mengetuk ponselnya yang ada di atas kasur, menemukan sebuah chat yang baru saja masuk lima menit lalu.

"Omong-omong, aku penasaran, ini telat memang. Kamu juga mau ikut casting?"

Gadis itu tersenyum.

"Aku ingat seorang temanku yang kayanya bakal tertarik. Nanti aku suruh dia buat gabung." Anya membalas.

Tak lama, satu balasan lagi datang.

"Cowok atau cewek?"

"Rahasia, nggak ada hubungannya dengan strategimu yang aku usulkan tadi, fokus saja denganmu sendiri." Lalu Anya mengirimkan emotikon mengedipkan mata.

Bel rumahnya tiba-tiba berbunyi, Anya segera melihat jam yang ada di ponselnya, lalu segera turun ke lantai satu. Ia sudah hapal, pasti Dera sudah datang, dan betul saja. Lelaki itu baru meletakkan tasnya dan akan memakai celemek.

"Selanat sore!" sapa Anya, seperti biasa.

Dera menoleh, tidak berkata apapun. Lebih tepatnya, ia ingin mengatakan sesuatu, tapi sesuatu itu teetahan di dalam kerongkongannya, alhasil, mereka jadi saling lihat sampai canggung sendiri-sendiri.

"Aku akan mulai menyiram tanaman di depan," ujar Dera.

"Ah sebelum itu!" Anya menahan lelaki itu, lalu mengangkat kertas yang tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya. "Bisa kita ngobrol dulu?"

Blooming Between UsWhere stories live. Discover now