🌼17-Dera dan Garis Tepi

256 39 8
                                    

Dera memerhatikan dengan—terlalu—tekun saat Anya mengambil beberapa tangkai bunga yang sudah dia potong dan dia letakkan di meja. Setelah memperkirakan panjang yang ingin dipotong, gadis itu memiringkan guntingnya yang berukuran besar untuk membuat potongan menyerong.

Laki-laki itu sudah hapal dengan teknik ini, dulu, mendiang Ibunya Stella sering memotong bunga segar, dan Dera kecil selalu memperhatikan betapa telatennya wanita tersebut.

"Kalau aku tidak salah ingat, dipotong miring biar bunga mudah menyerap air, kan?"

Anya mengangguk. "Selain itu, sebenarnya ada waktu terbaik untuk memotong bunga, biasanya waktu malam banget atau kalau nggak ya, pagi banget."

"Tapi ini tadi kamu potong waktu sore?"

Anya mengangguk lagi. "Ini bunga tier 2, gitu emang aku nulisnya di toko daring."

"Loh, toko ini punya kios daring?"

Gadis itu sedikit terkejut dan baru ingat sesuatu. "Eh iya, aku belum bilang ya? Emang baru aku buka sejak sebulan lalu. Bunga ini tier 2 alias nggak bagus-bagus amat, karena dipetiknya sore. Sengaja aku bikin tier gitu biar bisa menyesuaikan waktuku dan nenek, kalau yang tier 1 bagus banget bunganya, tapi untuk dijual dalam skala besar kaya buat pernikahannya Kakaknya Kak Stella nanti."

"Bedanya?"

Anya tersenyum kecil. "Bunga tier 3 artinya bunganya udah dipotong dan disimpan di toko paling nggak lebih dari sebulan, jadi keawetannya juga tidak terlalu lama.

"Bunga tier 2 lebih lama awetnya karena baru dipetik, walaupun di siang hari dan disimpan di toko kurang dari sebulan, sementara bunga tier 1 bakalan lebih segar banget, karena dipetik pagi atau malam hari, dan awetnya lama.

"Selain itu kan, mengawetkan bunga potong biar tetap segar itu setiap beberapa hari atau setiap ganti air bahkan, harus dipotong miring 1cm kaya begini." Anya mencontohkan dengan memotong satu batang.

"Jadi batang bunganya lama-lama akan habis ya?"

Anya mengangguk. "Kualitas kesegaran bunganya juga kurasa tidak sebagus bunga tier 1 atau buket single yang biasa dibeli buat hadiah pacar kaya gitu. Makanya aku kasih tier-tier semacam itu buat bedain kualitas bunga, biar pembeli yang pilih sendiri, kualitas dan risiko perawatannya, semacam itu."

"Oh, omong-omong bunga tier 1, bunga pesanan buat Stella gimana?"

Anya merogoh ponselnya dari kantong celemek dan menggulir layarnya sebentar. "Aku sudah pesan buat kekurangan bunga dan bunganya bakal dateng seminggu sebelum hari H. Sementara bunga yang ada akan dipotong paling nggak tiga sampai tujuh hari sebelum hari H."

"Ohh." Dera mengangguk sambil mengeluarkan napas lega. "Pestanya kurang dari dua bulan lagi."

"Iya." Gadis itu balas mengangguk. "Omong-omong, Kak Dera jadi jual kerajinan resin?"

Anya tiba-tiba teringat kurang lebih, sekitar satu bulan lalu, di rumah sakit, gadis itu mendengar bahwa Dera menelepon kalau ia akan menjual kerajinannya di toko Anya dan saat acara amal di pekan tengah semester.

Yang ditanya membulatkan mata dengan antusias dan mengangguk-angguk. "Aku mau coba produksi beberapa buat dijual dulu di sini, aku mau lihat bisa produksi seberapa banyak dan laku berapa. Lalu nanti dijual waktu pekan tengah semester, tapi ketua kelasku bilang, nanti yang buat pekan tengah semester bisa dibantu sama anak-anak cewe. Sejujurnya aku nggak yakin kerajinan bunga dan resin bakal laku di sekolah yang banyak murid cowoknya?"

Mata Anya sedikit melirik ke atas sambil telunjuknya mengetuk meja. "Kan, acara amalnya nanti terbuka untuk umum, pasti banyak yang dateng bawa pacar atau ya seenggaknya, publik boleh masuk sekolah. Jadi kayanya bakalan tidak masalah."

Blooming Between UsWhere stories live. Discover now