🌼31-Dera dan f(x)=3x

192 31 1
                                    

"Akan seperti apa, rahasia yang disimpan masa depan?"

"Cut!"

Dera menoleh dengan wajah yang sedih dan pasrah, serta penuh dengan rasa bersalah kepada seorang gadis yang kini duduk dua meter di depannya.

"Yah, toh ini memang baru hari ketiga." Gadis itu malah bergumam sendirian.

"Sejujurnya, aku ngerepotin nggak, 'sih?" Dera merespons dengan melempar pertanyaan tentang latihan aktingnya selama tiga hari belakangan.

"Kak," Rana mendesah, "kalau Kakak tanya kaya begitu, jawabanku enggak, justru ketua ekskul kami yang lebih ngerepotin karena audisinya terbuka untuk umum, risikonya, kami jadi kudu bekerja ekstra. Terus, Kakak udah masuk dalam risiko itu, menurutku jadi wajar aja kalau ada yang minta untuk latihan akting, asal nggak lewat jalur belakang aja. Itu risiko yang udah aku tanggung juga."

Dera tersenyum kecil dan berjalan lunglai ke kursi lain, tangannya meraih sebotol minuman penambah vitamin C rasa jeruk yang masih berembun. Matanya memerhatikan botol itu sebentar, sebelum senyumnya luntur dan memutuskan untuk membuka tutup botol dan menenggak isinya.

Sementara itu, Rana memandangi kakak kelasnya itu dengan beribu pertanyaan tentang, ada apa di antara dia dan teman karibnya sejak SMP itu. Tak mau dipusingkan dengan masalah pribadi Anya, Rana kembali terpekur pada naskah yang ada di pangkuannya sambil calon aktor istirahat untuk memulihkan tenaganya.

"Rana, menurutmu apa yang kurang dari aku?" tanya Dera, disela-sela menenggak isi dari botol minuman tadi.

"Klasik." Jawab Rana. "Kaya yang aku bilang di awal latihan, masalah utama dan yang paling penting itu ada di mimik muka."

Mendengar jawaban itu, dirinya termenung.

🌼

Setelah mandi, Dera cepat-cepat mengambil tas dan turun tangga. Langkahnya berderap keluar dari rumah, berikut tangannya dengan sigap menyalakan dan mengemudikan motornya.

Sore ini adalah jadwalnya, jadwal yang disepakati mereka sekarang hanyalah bertemu dua kali setiap sore sepulang sekolah untuk belajar bersama, sif kerja, dan khusus Dera ditambah dengan konsultasi cinta.

Sementara itu di toko bunga, di balik dua pot bunga di mana salah satunya mulai ada tanda-tanda layu, Anya sedang kesusahan menyangga dirinya. Tiap hari, makin lama makin pusing saja, tapi Anya harus menyelesaikan dua pesanan ini.

Namun, bunga Dera dan Stella harus melalui perawatan khusus, yang Anya tidak paham lagi bagaimana caranya mencegah agar kedua bunga tersebut tidak layu. Setelah rasa pening di kepalanya berangsung hilang, Anya perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan menarik napas, menenangkan dirinya dan sekali lagi memberikan secuil kalimat, di mana ia tidak mungkin mengiyakan pertanyaan neneknya, berkaitan dengan rasa pening yang dialaminya, juga bunga Dera-Stella yang harus ia rawat.

Anya berbalik badan dan mengambil buku catatan bersampul coklat. Setelah membalik-balik lembarannya, gadis itu dengan cepat menemukan beberapa cara agar bunga Dera-Stella bisa mekar kembali. Gadis itu tahu betul bahwa benih yang ditanam di media ajaib ini tidak bisa dipupuk menggunakan pupuk biasa ataupun obat lainnya, jadi sebisa mungkin, agar bunga yang menyimpan dua perasaan ini tidak layu, rasa cinta lah yang harus rajin dipupuk.

Plak! Anya menutup buku tersebut dan segera bersiap-siap ke bawah. Di kepalanya sudah tersimpan rencana bagus untuk senior dan rekan kerjanya, Dera.

Betul, senior, dan rekan kerjanya, jadi harusnya, ia bisa mengabaikan rasa diremas-remas yang ada di dalam hatinya sekarang, saat ia membayangkan apa yang akan terjadi dengan Dera dan rencana dari dalam pikirannya.

Blooming Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang