🌼15-Dera dan Pendaftaran

284 46 22
                                    

Cahaya keemasan muncul dari bawah tangan Anya. Diikuti tumbuhnya batang berwarna kehijauan setinggi beberapa sentimeter. Ini sudah polybag kedua, artinya sekarang dia sedang menumbuhkan milik Dera.

Setelah selesai, ia mengurut keningnya dan mencoba berpegangan di tepian meja. Sebentar lagi, bunga ajaib ini harusnya kuncup kalau ia lihat dari panduan di pupuk tersebut. Sayangnya rasa pening di kepalanya sangat kuat sekali.

Nenek mengalami rasa pening di kepala seperti ini berulang-ulang kali, dan aku tidak mengetahuinya.

"Haah ...." Satu-satunya yang disyukuri Anya adalah, untungnya, sekali bisa merapal mantra, seterusnya tidak mungkin gagal dan meledak, lalu menghamburkan benih dan pupuk ajaibnya sia-sia.

Kurang lebih tiga menit Anya berdiri dengan satu tangan bertumpu pada tepian meja sambil tangan yang lain mengurut pening di kepalanya. Kini pandangannya sudah tidak lagi berputar dan rasa peningnya makin surut, ia mendongak untuk melihat jam dinding di atas pintu.

"Oh, astaga, hampir telat!" Anya berlari kecil ke luar ruangan yang ada di bawah tandon air, larinya berkelontang menapaki anak tangga besi, satu persatu.

Gadis itu meninggalkan dua bibit bunga yang bergoyang diterpa angin yang masuk dari ventilasi, bibit itu sudah ditumbuhi daun-daun kecil. Hanya gadis itu juga yang tahu, bahwa dari kedua bibit ajaib itu, ada satu bunga yang sama, untuk satu gadis yang sama.

Yang lebih mengejutkan, bunga itu adalah bunga yang sama dengan bunga favorit Anya, nama bunga yang kini menjadi nama belakangnya.

Saat gadis itu sampai di lantai satu, ia melempar celemeknya begitu saja dan menyambar handuk. Ia lekas mandi dengan cepat-cepat, lalu naik ke lantai dua dan memakai seragam. Beruntung, sebelum tidur ia sudah menyiapkan buku mata pelajaran hari ini, jadi ia menyambar tasnya di kamar dan kembali turun ke lantai satu. Lagi-lagi, hari ini tanpa sarapan, sejak neneknya masuk rumah sakit, ia tak ada waktu untuk menyiapkan sarapan, berarti sudah hampir dua minggu ia melewatkan sarapan karena harus mengurus bunga-bunga lebih dulu, ditambah membersihkan toko dan rumah.

Setidaknya, ia punya tanggung jawab untuk menjaga agar bunga tidak layu sampai neneknya keluar dari rumah sakit.

Anya sudah keluar toko bunga dan hampir menuju ke garasi rumah neneknya yang berada di sebelah ruko untuk mengambil sepeda saat ia melihat Dera duduk di atas sepeda motor matic-nya.

"Bareng sama aku aja!" katanya dari tepi jalan.

"Hah? Kenapa?"

"Udah tanyanya nanti aja! Ayo cepet, bentar lagi telat!"

"O-oke! Oke!" Anya mendekat dan mengambil helm yang diulurkan padanya.

Gadis itu duduk menyamping di jok belakang motor Dera, kemudian mereka melaju membelah jalan raya.

"Pegangan!" teriak Dera.

"Eh?" Anya dengan canggung melingkarkan tangannya ke pinggang Dera.

Sementara lelaki itu berusaha menahan dirinya karena tiba-tiba ia merasa ada sengatan kecil dan mukanya menghangat. Tidak sadar kalau ucapannya sendiri akan memicu tindakan yang membuatnya terasa aneh seperti itu.

🌼

Anya dan Dera benar-benar sampai tepat lima menit sebelum bel berbunyi, tentu saja perjuangan mereka tidak berhenti dari tempat parkir motor. Mereka masih harus lari ke kelas tujuan mereka sebelum guru yang mengajar masuk. Namun, di waktu yang mepet itu, Dera tiba-tiba saja berteriak memanggil Anya, membuat gadis itu berbalik dan bersungut-sungut kesal di dalam hatinya.

"Aku bakal ikutan lomba di PTS!"

Dera melihat Anya sempat melebarkan matanya, sebelum tersenyum dan mengangguk. Mereka sama-sama berbalik punggung dan pergi ke kelas mereka.

Blooming Between UsWhere stories live. Discover now