🌼22-Dera dan Groomsmens

230 34 11
                                    

Dera berulang kali membersihkan tenggorokannya sambil memandangi cermin dan sesekali menggeser-geser dasi kupu-kupunya. Sebelum dirias tadi, Stella mengatakan kalau sepasang pendamping tiba-tiba saja berhalangan hadir karena salah satu dari mereka mengeluh sakit diare.

"Apakah terlalu ketat?"

"Ah, tidak?" jawabnya ke perias yang sepertinya mendengar Dera berulang-ulang berdeham dan menggeram.

Memang tidak ketat. Cowok itu hanya ... canggung, dengan penampilannya sekarang.

"Oke, karena sudah selesai, kamu bisa menjemput pasanganmu di ruangan lain."

P-pasangan?

"A-ah ... oke." Sepatu selop kulit berwarna cokelatnya berkelotak seiring ia meninggalkan ruangan rias pendamping pria.

Di ruangan itu hanya tinggal dirinya, mungkin, groomsmens lain sudah siap di dekat aula.

"Lu udah siap?" Dera terkejut saat suara berat menyapanya dari belakang.

"Tinggal jemput Anya," jawab Dera setelah mengetahui siapa seseorang yang datang menghampirinya.

Tentu saja, suara berat itu berasal dari Kai yang datang menghampirinya, sepertinya ia dari toilet.

"Gue nggak nyangka kita bisa ketemu lagi di sini, setelah tiga bulanan ini rutin ketemu latihan basket," ujar Kai saat ia sampai tepat di depan Dera, dan tentu saja, lelaki jangkung itu menunduk agar bisa melihat Dera.

Dera bingung harus menjawab apa.

"Makasih udah mau bantu Stella, gue tunggu di depan aula." Tak pernah disangka oleh Dera, Kai baru saja tersenyum tipis dan menepuk pundaknya sambil berlalu. "Oh, ya! Jemput pacar lu dulu!" tambah Kai sambil setengah berbalik badan.

Yang diteriaki berjengit. "Tapi kita nggak pacaran," ujar Dera lirih.

Setelah berdeham lagi untuk membersihkan kerongkongannya, ia berjalan menyusuri koridor lantai satu yang salah satu sisinya hanyalah dinding kaca setinggi tujuh meter. Ruangan mempelai wanita dirias ada di sisi sebelah ruangan pria, hanya saja harus memutar melewati ruang rias pengantin, toilet, ruangan khusus untuk merokok, dan gudang barang yang pintunya disamarkan sesuai dengan bahan pelapis dindingnya: kayu.

Semua ruangan itu tersembunyi di balik aula serbaguna yang nanti digunakan untuk pemberkatan nikah. Menuju ke ruangan pendamping mempelai wanita artinya, Dera sama dengan harus memutari aula.

Sesampainya di depan pintu ruang rias, Dera mengetuk.

"Permisi, apakah sudah selesai?"

"Masuk saja!" jawab suara di dalam.

Dera masuk dan disambut salah seorang perias.

"Duduklah dulu, tinggal sedikit lagi selesai."

Ia mengangguk dan duduk di ruang tunggu yang lega dan besar itu. Di hotel tempat pernikahan ini dilangsungkan, ruang riasnya saja sepertinya muat untuk 15 orang lebih, dengan fasilitas ruang tunggu yang dilengkapi sofa kulit empuk.

Dera tak perlu menunggu lama, paling lima menit, pintu kaca buram yang membatasi ruang tunggu dan ruang rias digeser terbuka. Lelaki itu refleks berdiri dan sekali lagi, berdeham, setelah itu matanya membulat dan tidak bisa berkata apa-apa.

Lebih tepatnya, Anya dan Dera saling terkejut dan hanya bisa berdiam.

Di mata Anya, Dera sekarang memakai kemeja lengan panjang berwarna putih, dilapisi dengan rompi hijau tua dan dasi kupu-kupu berwarna senada, di bagian kiri kerah rompinya dipasang hiasan bunga. Dipadankan dengan celana panjang berwarna hijau tua dan sepatu kulit cokelat. Tak lupa, Dera bahkan juga memakai lensa kontak, menanggalkan kacamatanya.

Blooming Between Usحيث تعيش القصص. اكتشف الآن