✮ 𝐅𝐎𝐔𝐑

5.5K 780 37
                                    

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦

MS. ZABINI chapt 4 : Speak Up.
[revised]











Kelas arithmancy dengan Ravenclaw hari ini cukup menyenangkan. Loony Lovegood ---Luna maksudku--- berpredikat sebagai sainganku di kelas yang dikenal aku mahiri ini.

"Aku yakin Potter pasti memasukkan namanya sendiri ke dalam cawan itu. Dasar haus pujian." Jika Pansy adalah sebuah koran, pasti tak ada satu nama murid pun yang tak tercantum didalamnya. Dan pasti nama Harry Potter -lah yang akan menjadi headlinenya.

Kami sedang duduk-duduk santai dibawah pohon yang berada di courtyard, tempat dimana murid-murid Hogwarts menghabiskan waktu luang. Seperti biasa, si 'sok pemimpin' yang haus atensi, duduk diatas dahan pohon. Memandang dengan sombongnya setiap murid yang lalu-lalang. Jatuh baru tahu rasa.

"Indeed. Tukang cari perhatian." sahut pemuda tersebut. Kalau berbicara masalah Potter, Pansy dan Malfoy jagonya.

Oh- hampir lupa tentang diriku. Aku sedang mencoba untuk tidur di bahu empuk Crabbe. Suasana hijau courtyard, angin segar, duduk dibawah pohon, siapa yang tidak merasa nyaman?

"Tuh dia si Potter!" kata Crabbe sedikit berteriak, membuat ketenanganku buyar.

"Jangan berteriak, Crabbe." protes ku, masih terpejam dan mencoba kembali untuk menghadirkan kembali ketenangan itu sebelum,

Crabbe berdiri. "Ini pasti seru, [name]."

"Gosh, Crabbe!" gerutu ku. Terpaksa aku pindah menyender ke bahu Daphne.

"Ck, jangan di bahuku. Kau itu berat, tahu?" Daphne memprotes lantas berdiri.

"Why's everyone standing?!" Aku kesal, namun ikut berdiri ingin tahu apa yang menarik perhatian mereka-mereka ini.

"Why so tense, Potter? My father and I have a bet, you see. I don't think you're going to last ten minutes in this tournament." ledek Malfoy pada Potter yang melintasi pohon yang kami singgahi. Rupanya bendera perang dingin akan segera berkibar --sudah, mungkin.

Malfoy turun dari pohon. Tepat disampingku hingga membuat bahu kami sedikit bertabrakan. "Ouch,!" Aku mengaduh, tapi dia hanya melirikku acuh dan fokus pada lawannya. Dasar.

"He disagrees. He thinks you won't last five!" sambung Malfoy menyeringai. Aku dan Daphne tetap di barisan belakang, sedangkan Pansy berada di garda terdepan bersama para laki-laki sembari terkekeh menghina. Aku tahu, nekat sekali.

"Aku tidak peduli apa yang ayahmu katakan, Malfoy!" Potter tersulut emosi dan mendorong keras Malfoy.

"Hey jangan pakai kekerasan, dong!"

Siapa yang berkata? Aku!

Tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, aku berjalan pada dua orang didepan itu dan balas mendorong bahu Potter kesal.

Aku tidak mengerti ada apa dengan otakku. Ini hanya reflek. Pun aku tahu faktanya si pembully gila ini yang duluan menyulut api.

Sekarang tatapan Potter mengarah padaku, sementara aku sendiri hanya terdiam membeku dengan aneh seakan baru menyadari apa yang baru saja aku perbuat. Tapi ini sudah terlanjur, Potter terlanjur marah.

"Apa lihat-lihat?" tantangku segan tak segan. Kalau aku bukan perempuan, mungkin aku sudah ikut dihajar.

Amarah Potter sepertinya memuncak. Dia hendak maju ke arah ku! Tapi dia kalah cepat oleh, Malfoy. Pemuda itu segera berdiri didepanku hingga membuat langkah Potter terhenti.

Lengannya terangkat sedikit didepanku. Itu membuat aku mundur sebab lengannya kini lebih terlihat seperti palang masuk parkiran.

"Kau ini sudah gila atau apa?!" hina Daphne berbisik kala aku telah tiba di belakang.

"Sorry," bisikku, nyengir.

Terlihat dari sini Pansy mengacungkan jempol kepadaku. Sementara Blaise, melolot. Well, meskipun begitu mereka terlihat semakin cocok.

"He's vile and cruel, and you're just pathetic." Dan peperangan itu masih berlanjut.

"Pathetic?!" Malfoy yang tak terima hendak mengambil tongkat di sakunya. Belum sampai tangannya menyentuh tongkatnya,

"OH NO, YOU DON'T, SONNY!"

Moody tiba-tiba menghampiri keramaian dan melemparkan mantra transfigurasi pada Malfoy.

Demi apapun, ferret itu lebih menggemaskan daripada murid-murid tahun pertama!

Professor itu melayangkan Ferret Draco keatas dan kebawah. Sampailah McGonagall tiba dan menegur.

"Wha- What are you doing?"

"Teaching."

"Is that a- Is that a student?"

"Technically, it's a ferret." Setelahnya, Moody memasukkan Ferret itu ke dalam...

CELANA CRABBE!

Murid yang sedari tadi telah mengerucut pada keramaian ini tertawa puas melihat pemandangan itu. Aku pun begitu.

Didalam bau tidak, hm?

Selepas berhasil keluar dari celana Crabbe, McGonagall kembali melemparkan mantra agar Malfoy kembali ke wujud aslinya.

"My father will hear about this!" ancam Malfoy setelah kembali berdiri tegap.

Kericuhan berakhir pada sesi kejar kejaran Moody dengan Malfoy yang tak ku simak sebab terus menguap.

"Mau kemana, sister?" tanya Blaise setelah kerumunan bubar.

"Aku mengantuk, brother."

"Seperti biasa, brother." celetuk Theo menirukan logatku.

"Diam kau." kesalku menepuk bahunya.

Akhirnya aku berjalan menjauhi courtyard, hendak menuju ke ruang rekreasi dibawah sana. Saat berbelok menuju lorong, seseorang menahanku.

"Lihat siapa yang tadi membela ku, eh?"

Kau tahu siapa.

"Itu hanya reflek dan lagipula aku tidak membelamu, pembully."

"Beralasan saja semaumu."

"Uh, minggir sana!" Ini yang membuatku malas berdebat dengannya. Kata-katanya menyebalkan!

"Why should i?"

Aku menatap mata birunya sengit. Begitu juga dengan Malfoy yang menatap sepasang mata hitam yang mana itu adalah milikku. "Dasar tidak tahu terima kasih, ya? Kau pikun tadi aku mendorong musuhmu?"

Malfoy mengernyit meremehkan. "Berterima kasih atas dasar apa? Yang kuingat tadi kau bilang hanya reflek dan tidak sengaja."

Si licik sialan.

Tapi kali ini aku tak mau kalah.

"If that so, atas dasar apa kau menghalau Potter untukku tadi, hm?"

༶•┈┈⛧┈♛𝐌𝐬.𝐙𝐚𝐛𝐢𝐧𝐢♛┈⛧┈┈•༶

𝐌𝐒. 𝐙𝐀𝐁𝐈𝐍𝐈 : draco malfoy [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang