~AURORA||9~

181 169 48
                                    


Hari demi hari berlalu. Tidak terasa 2 bulan berlalu. Tepat pada hari ini Aurora berumur 17 tahun.

"Pagi semu...a," sapa Aurora sambil  menuruni satu persatu anak tangga.

"Loh Kak? Mama sama Papa kemana?" tanya Aurora, pasalnya setelah sampai di meja makan ia tidak melihat Mama dan Papanya.

"Mama ke butik, Papa ada meeting mendadak," jawab Reygan dingin.

"Ih kok nggak ada yang bangunin aku sih." Kata Aurora sambil mengerucutkan bibirnya.

"Belajar bangun sendiri dong orang udah gede juga." Jawab Reygan.

"Eh, eh Bang mau kemana?" Tanya Aurora saat Reygan hendak meninggalkan meja makan.

"Ya sekolah lah." Jawab Reygan, tidak ada ekspresi yang tercetak di wajahnya, datar itulah kata yang mewakili raut wajah Reygan sekarang.

Aurora jadi bingung tidak biasanya kakaknya bersifat dingin seperti itu. Apakah dia punya salah kepada kakaknya? Pasalnya ia dan kakaknya tidak sedang mode musuhan dari kemaren.

"Ah palingan juga bang Reygan lagi badmood. Atau, lagi banyak tugas makanya dia dingin kayak gitu." Batin aurora, lalu dengan segera ia menghabiskan sarapannya. Setelah itu ia langsung berangkat ke sekolahnya.

~~~~~

Saat ini Aurora sudah sampai di sekolahnya. Tepatnya, di jalan SMA Pelita.

"Hai guys." Sapa aurora kepada kedua sahabatnya sambil melambaikan tangannya. Dan hanya dibalas lirikan Sinis dari kedua sahabatnya.

"Lah mereka berdua kenapa ya? Kok sikapnya gitu ke gue. Aaargh bingung deh, ni sebenarnya orang orang pada kenapa sih? Tadi kak Reygan sekarang Oliv sama Vania. Ntar siapa lagi coba?!" Kata Aurora dalam hati.

"Eh guys ke kantin yuk. Mumpung masih ada 10 menit lagi sebelum bel masuk bunyi." Ujar Aurora sambil merangkul bahu kedua sahabatnya. Namun, Oliv dan Vania hanya membalasnya dengan lirikan Sinis lagi, lalu Oliv dan Vania meninggalkan Aurora sendirian di koridor sekolah.

Lalu dengan segera Aurora menuju ke kelasnya. Setelah ia duduk di bangkunya ia terkejut.

"Lah Liv lo pindah di situ? Terus gue duduknya sama siapa dong?" Ucap Aurora sambil merengek.

"Terserah gue lah mau duduk di mana aja itu bukan urusan lo!" Tegas Oliv.

"Kalian itu sebenarnya kenapa sih? Kalau gue punya salah tolong di maafin dong, jangan kayak gini. Please." Kata Aurora dengan wajah yang dibuat seimut mungkin dan tangannya yang ditangkupkan. Dan lagi lagi hanya dibalas dengan lirikan Sinis oleh kedua sahabatnya.

"Eh Van ke kantin yuk. Disini panas kayak ada setannya gitu di depan gue." Ajak Oliv

"Yuk, gue juga males nih di sini. Kalau aja tempat duduknya masih ada yang kosong pasti gue udah ajak lo pindah dari sini. Ada setannya soalnya." Balas Oliv sarkas, lalu mereka berdua menuju ke kantin. Meninggalkan Aurora sendirian di kelas.

Hati Aurora hancur sekarang . Ia benar benar ingin menangis sekarang.Tetapi, Aurora berusaha tetap sabar dan tegar.

10 menit kemudian bel masuk berbunyi. Semua bangku yang tadinya kosong sudah terisi, kecuali bangku di sebelah Aurora. Tidak ada satupun siswa maupun siswi yang mau duduk di samping Aurora.

AURORA Where stories live. Discover now