~AURORA||14~

97 87 63
                                    

Happy reading guys

"Pertemuan adalah awal dari semua, tapi bukan berarti kehilangan adalah akhir dari semua. Justru kehilangan adalah awal dari semua kisah rumit yang akanku jalani tanpamu." Aurora AKA

"Terima kasih sudah datang ke hidupku dan membuatku bahagia, terima kasih sudah mencintaiku dan menerima cintaku. Tapi yang terpenting, terima kasih sudah menyadarkanku bahwa ada waktu di mana akhirnya aku bisa merelakanmu pergi." Kirana PK💫

"Kehilangan yang paling berat adalah kenyataan bahwa aku terlambat membahagiakanmu." Reygan SA🌙
_

____________________________________

"Mama?" Beo Aurora.

"Wah camer ku telfon tuh ra. Angkat dong sayang siapa tau penting." Kata Gavin genit berusaha mencairkan suasana yang tadinya canggung.

"Dih! Camer? Sayang? Pede banget Lo!" Kata Aurora namun tak urung ia tetap mengangkat telepon dari mamanya.

"Halo, assalamu'alaikum. Ada apa Mah?" Tanya Aurora

"Wa- wa'alaikumsalam, Aurora ka- kamu ke rumah sa-sakit sekarang ya nak." Jawab Kirana dengan suara yang bergetar karna menahan tangisnya.

"Loh mah, Mamah nangis? Kenapa mah, ada apa?"

"Pa-pa nak."

"Papa? Papa kenapa Mah?"

"Papa mening-gal dunia."

"Nggak! Nggak mama pasti bercanda kan. Bilang sama aku ini nggak bener. Mama pasti bercanda ya?!" Aurora terkekeh, walaupun sebenarnya sekarang hatinya sangat sakit dan sekuat mungkin ia berusaha menahan tangisnya karena ia belum sepenuhnya percaya terhadap kabar ini.

"Buat apa mama bercanda tentang hal kayak gini?! Papa beneran udah meninggal nak." Jawab Kirana yang di akhiri dengan tangisan.

"Hiks Papa, ya Mah Aurora ke sana sekarang." Kata Aurora sambil mematikan telfonnya secara sepihak.

"Ra? Kenapa, kok Lo nangis?" Tanya Gavin khawatir.

"Papa Vin hiks. Kita harus ke rumah sakit sekarang!" Jawab Aurora menangis tersedu-sedu. Entah kenapa mendengar tangisan Aurora membuat hati Gavin berdenyut nyeri, seakan ia juga mengalami apa yang dialami oleh Aurora. Sungguh demi apapun ia sangat tidak tega mendengar tangisan gadis itu.

Lalu dengan sigap Gavin membawa Aurora ke dalam pelukannya demi menenangkan Aurora, namun bukannya yang Aurora malah semakin histeris.

"Ra, hey. Lo tenang dulu ya. Sekarang kita harus ngomong ini ke Abang lo abis itu kita ke rumah sakit bareng bareng okay." Ujar Gavin lembut menenangkan Aurora.

Lalu mereka bergegas menuju kelas Reygan.

"Eh kak Dave, kak Reygannya ada?" Tanya Gavin kepada salah satu teman Reygan.

"Ada, bentar gue panggillin dulu." Jawab Dave.

"Eh, loh Vin Aurora kenapa nangis?" Tanya Reygan khawatir.

"Lo apain adek gue hah?!" Tanya Reygan emosi karena melihat adiknya menangis tersedu-sedu.

"Abang hiks papa bang." Sahut Aurora yang berhambur ke pelukan reygan.

"Papa kenapa dek?" Tanya Reygan.

"Oke Ra, bang kita nggak punya waktu banyak sekarang. Kita harus ke rumah sakit sekarang. Gue yang anter." Final Gavin.

~~~

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung menuju ke ruangan Aditama. Dan pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Kirana menangis pilu di depan jenazah Aditama.

"PAPA! Hiks papa kenapa harus tinggalin kita semua?! Papa udah nggak sayang ya sama Aurora? Papa benci ya sama Aurora? Pa, Papa jahat tau nggak?! Papa jahat karena udah ninggalin kita di masa terpuruk seperti sekarang." Ujar Aurora histeris.

"Papa, bangun Pa." Lanjutnya melirih.

"Mah, Dek jawab pertanyaan Reygan sekarang! Apa yang terjadi sama Papa? Trus kenapa kalian nangis? Dan apa tadi kamu bilang? Papa ninggalin kita?" Tanya Reygan, ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sekarang.

"Papa, Rey hiks papa meninggal." Jawab Kirana.

"NGGAK! Nggak mungkin Papa nggak mungkin ninggalin kita!." Sentak Reygan.

"Mah, bilang sama kita Mah. Bilang kalo ini tuh nggak nyata kan? Ini semua cuma mimpi buruknya Aurora kan?" Tanya Aurora namun hanya dijawab gelengan kepala oleh Kirana. Lalu tangisan Aurora semakin histeris dan memilukan. Gavin yang tak tega melihat itu langsung memeluk kekasihnya itu.

"Hey, Ra tenang ya. Kamu harus ikhlasin papa kamu, biar Papa kamu bisa pergi dengan tenang." Ujarnya menenangkan Aurora.

******

Kabar tentang meninggalnya Aditama telah menyebar luas. Suasana pemakaman Aditama terasa begitu memilukan. Bahkan langit yang tadinya cerah juga ikut menjadi gelap seolah merasakan apa yang dirasakan keluarga Aditama. Memang tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidup kita.

Reygan menyentuh makam papanya bersama dengan tangis yang sudah pecah daritadi, bukan karena ia cengeng, namun kejadian ini terlalu memilukan baginya dan keluarganya.

"Pa, kenapa papa ninggalin kita. Pa maafin Reygan belom bisa nepatin janji Reygan sama Papa. Janji buat ngelola perusahaan bersama sama. Janji buat perusahaan Papa jadi lebih jaya. Maafin Reygan pah, Reygan nggak becus jadi anak."

Aditama sudah pergi. Tidak ada lagi Aditama yang memanjakan keluarganya. Tidak ada lagi tawa aditama yang menghiasi kehidupan mereka. Semua itu hanyalah tinggal kenangan sekarang.

"Pa, maafin Aurora juga ya Pa. Aurora belum bisa jadi anak yang selalu nurutin semua apa kata Papa. Maaf Pa maaf. Kenapa papa harus tinggalin kita?" Tangis Aurora pecah, sekarang cinta pertamanya sebagai anak perempuan telah pergi. Tidak akan ada lagi momen di mana ia duduk di depan rumah menunggu papanya pulang.

"Pa, Papa yang tenang ya di sana. Mama janji bakalan nge jaga anak anak kita." Sekuat apapun Kirana berusaha tegar namun ia tetap tidak bisa. Sekarang belahan jiwanya telah pergi untuk selama lamanya. Tidak akan ada lagi suaminya yang selalu mengecup keningnya sebelum ia tidur. Tidak ada lagi suaminya yang selalu memenangkannya di saat dia ada di dalam masalah. Tidak ada lagi suaminya yang selalu melindunginya dan anak anaknya.



Mau ngomong apa sama Aurora? Tulis di sini yak

Mau ngomong apa sama Reygan?
Tulis di sini ya

Mau ngomong apa sama Gavin?
Tulis di sini ya

Mau ngomong apa sama Kirana?
Tulis di sini ya

Hayoo ngaku siapa yang nangis, tenang aku temenin kok aku juga mewek nulis ini.

Jangan lupa vote dan komen nya ya!

Buat next chapter mau sad atau happy nih?

See you next chapter guys

AURORA Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz