Club

18.2K 809 8
                                    


Happy Reading.

_______

Jam sudah menunjukan pukul 16:00. Arega turun dari atas motor klasik C 70 kesayangannya. Setelah melepas helem yang melekat di kepalanya, Arega berjalan menuju pintu depan rumahnya.

Baru saja Arega akan membuka pintu, Areta-Bundanya lebih dulu membukakan pintu, dari dalam. "Kenapa pulangnya terlambat? Kamu masih di hukumn sama Bunda." Areta menjewer telinga Arega. Iya Arega masih dihukum oleh Areta, karna Arega kepergok sedang balap motor.

"Aduhh ... sakit Bun. Tadi Arega ke rumah Romeo dulu," ucap Arega sambil meringis kesakitan, dan memohon pada Bundanya agar melepaskan tangan yang berada di telinganya.

"Setidaknya kamu kabarin Bunda dulu, tadi kenapa Bunda telpon gak diangkat? Jawab anak nakal!"

"Bun, mending ngomongnya di dalem aja." Arega menarik tangan Areta untuk duduk di sofa ruang tamu. "Maaf Bun, tadi pas Bunda telpon, lagi main game. Jadi gak keangkat," jelas Arega merasa bersalah, pasti Bundanya sangat khawatir.

"Bohong, pasti kamu keluyuran lagi 'kan! Awas aja, kalo nanti malem kabur buat balap motor. Bunda potong uang jajan kamu sebulan," ancan Areta. Arega langsung melebarkan matanya. 'Aish sial,' umpatnya dalam hati.

Arega menggeserkan tubuhnya, agar lebih dekat dengan Areta, lalu memeluk wanita cantik yang sudah berkepala tiga itu, dengan sangat erat.
"Jangan gitu dong, Bun. Bunda gak kasian sama Ega?" tanyanya sambil memelas.

Areta menghela napasnya lelah. "Janji dulu sama Bunda, mulai hari ini, jangan ikut lagi balap motor, Bunda takut, Bunda takut kamu celaka, Bunda takut kamu ninggalin Bunda kayak ayah," lirih Areta menahan diri agar tidak menangis.
"Bunda jangan ngomong kayak gitu, Ega gaakan pernah ninggalin Bunda," ucap Arega meyakinkan Bundanya.

"Janji dulu." Arega sedikit ragu, karna balap motor adalah hobinya. Dan tak hanya itu, balap motor bisa menghasilkan uang. Kan lumayan, untuk menambah uang jajannya.

"Emm ... Ega gak bisa janji Bun. Tapi Ega bakal berusaha buat gak ikut balap motor lagi." Areta mengecup kening putra satu-satunya itu, ia percaya dengan putranya. Pasti putranya tidak akan mengecewakan dirinya.

"Yasudah, sana makan, ada ayam goreng tuh, kesukaan kamu," suruh Areta sambil beranjak dari duduknya.

***

Jam sudah menunjukan pukul 23:45. Arega mondar-mandir di kamarnya, untuk mencari cara agar bisa ke luar dari rumah, tanpa sepengetahuan Bundanya.

Ting ....

suara notip dari ponselnya terdengar nyaring. Arega langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, lalu membuka isi notip dari ponselnya.

Perkumpulan cogan.

Alex

Woy, cepetan! Gue sama Ruly udah ada di club nih.

Romeo

Bentar baru mau otw

Ruly

Cepeta  njing. Udah lama kita nunggu.

Anda

Bntr mau otw

Arega membuka pintu kamarnya, dan berjalan dengan hati-hati ke arah dapur. Sesampainya di dapur, Arega langsung membuka pintu dapur itu dengan sangat hati-hati.

Arega bernapas dengan lega, saat ia sudah ke luar rumah lewat pintu dapur. Sekarang tinggal mengeluarkan motor dari garasi kecil, di samping rumahnya.

***

Suasana di club malam hari ini sangat ramai. Bahkan dibilang sangat padat dari biasanya. Suara musik yang begitu keras terdengar. Para pengunjung ikut bergoyang, mengikuti irama musik DJ di bawah lampu kerlap kerlip.

Saat masuk ke dalam club itu, Arega disambut dengan bau alkohol dan asap rokok. Arega menelusuri setiap inci ruangan itu. Pandangan Arega tertuju pada sofa panjang di pojok. Lalu Arega melangkahkan kakinya menghampiri teman-temannya yang berada di sana.

"Bro," panggil Arega saat sudah sampai di sofa, tempat dimana teman-temannya berada. Dan di sana bukan hanya ada ketiga teman Arega,  di sana juga sudah terdapat tiga jalang, yang siap untuk melayani mereka. Arega pun melakukan tos ala laki-laki bersama teman-temannya.

"Eh, bro. Sini duduk," titah Alex. Setelah duduk Alex memberikan segelas wine kepada Arega. Dan Arega langsung menerimanya dan meneguknya sampai habis tak tersisa.

"Malam ini kita bakal bersenang-senang atas kemenangan Rega kemarin," ucap Romeo setelah itu meneguk segelas wine, yang kedua kalinya.

Bahkan sekarang ketiga jalang itu, ikut duduk di pangkuan Alex, Ruly dan Romeo. "Lo mau juga?" tanya Romeo sambil menaik turunkan alisnya. Arega menggelengkan kepalanya, niatnya ke sini hanya untuk bersenang-senang, bukan bermain dengan jalang.

Arega terus meneguk wine itu, hingga ia sudah menghabiskan lima gelas wine. Namun dirinya masih kuat, dan tidak mabuk. Berbeda dengan Ruly dan Alex keduanya sudah mabuk, dan jalang yang berada dipangkuannya terus saja, menciumi wajah keduanya.

"Hey, jalang. Jangan sentuh bibir gue, bibir gue masih perawan," rancau Alex tak jelas, karena mabuk. Jalang itu seakan tak peduli dengan ucapan Alex. Jalang itu, malah semakin memperdalam ciumannya.

"Ga, ini gimana? Bawa pulang, atau biarin aja?" tanya Romeo, sambil menunjuk Alex dan Ruly melalui ekor matanya. "Bawa pulang aja kasian," jawab Arega. Romeopun mengangguk.

***

Pagi telah tiba, namun Arega masih setia memejamkan matanya, akibat semalam kelelahan membawa dua orang mabuk sekaligus. Areta menggelengkan kepalanya, saat melihat putranya tertidur dengan pulasnya. Lalu setelah itu, Areta mendudukan bokongnya di tepi ranjang, Arega. Areta mengusap rambut Arega lembut.

"Vin, anak kita udah besar," gumam Areta, seakan membritahu suaminya, bahwa anaknya sudah besar. "Dia nakal, kemarin dia kepergok  lagi balap motor." Areta terus bercerita, seakan Gavin-almrhm suaminya mendengar ceritanya.

Arega membuka matanya, saat mendengar suara isak tangis. Dan yang pertama ia lihat adalah Areta-Bundanya yang sedang mengusap rambutnya sambil menangis.

"Bun, kenapa nangis?" tanya Arega khawatir. Areta menggelengkan kepalanya, dan menyeka air mata yang mengalir di pipinya.

"Enggak, Bunda gakpapa. Cepet bangun,  sekolah," titah Areta. Lalu Arega menganggukan kepalanya dan turun dari atas tempat tidur.

To Be Continue


Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
AREGA [Selesai]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz