Berkunjung Ke Rumah Pohon

8.5K 416 23
                                    

"Tuhan memberikan kita rasa sakit, karna Tuhan tahu. Setelah kita diberikan rasa sakit itu, kita akan menjadi lebih kuat."

Happy Reading.

Setelah menyanyikan lagu perfect yang dipopulerkan oleh Ed Sheeran itu, Arega langsung turun dari atas panggung. Lalu ia berjaln menuju pelaminan.

"Jangan dikejar Xa, kalo lo aja gak dicari," bisik Vani saat melihat Alexa yang hendak melangkahkan kakinya, untuk menghampiri Arega. Alexa mengangguk dan turun dari atas pelaminan, diikuti yang lainnya.

Setelah itu mereka duduk di tempat semula. Alexa terus memandangi Arega yang sekarang sudah ada di atas pelaminan.

Ruly dan Alex tidak angkat bicara, ia hanya memerhatikan gerak gerik Arega.

Di sisi lain, Zara juga melihat Arega. Namun ia tidak menghampirinya. Karna ia sudah berjanji pada Keano untuk melupakan Arega.

"Selamat," ujar Arega mengangkat tangannya, untuk bersalaman bersama Romeo dan Ghea. Romeo menatap intes wajah Arega. Arega yang sekarang sangatlah datar dan mempunyai aura dingin. Tidak seperti dulu, yang asik ketika diajak bicara.

"Makasih Ga," balas Ghea tersenyum ke arah Arega. Arega mengangguk, lalu langsung turun dari atas pelaminan.

"Itu beneran Arega?" tanya Ghea sambil berbisik. Romeo hanya mengedikan bahunya acuh, tapi dalam hatinya ia juga bertanya-tanya.

***

Laki-laki berumur dua puluh tahunan itu, kini sedang duduk di samping makam bundanya. Dirinya selalu dihantui oleh bayangan-bayangan bundanya, dan dia ingat betul kata-kata yang sangat menyakitkan yang terlontar dari mulut bundanya.

'Bunda gagal, bunda gagal! Bunda gagal ngedidik kamu menjadi laki-laki yang baik, bunda gagal." Itulah kalimat yang selalu menghantui pikirannya. Setiap malam bundanya selalu mendatanginya lewat mimpi, dan selalu mengucapkan kata-kata itu.

"Bunda gak gagal, dunia luarlah yang buat Ega jadi bajingan," lirihnya.

"Ditinggal ayah pas belum lahir, hidup berdua sama bunda, kalo boleh jujur Ega iri sama yang punya ayah Bun, Ega iri sama Romeo, waktu kecil Romeo selalu digendong sama papanya, sedangkan Ega, Ega cuman digendong sama bunda, dan gabisa ngerasain digendong sama ayah.

Ega mau kok, kalo punya ayah yang buruk, yang penting Ega punya ayah. Karna gak punya ayah lebih menyakitkan dari pada punya ayah yang buruk."

"Pas umur 16 tahun Ega ditinggal sama bunda, harus hidup mandiri, bikin usaha. Itu gak mudah bun. Makanya Ega lampiasin semuanya ke dunia luar, balap motor, pergi ke club, mabuk-mabukan, mainin cewek. Dan itu bikin Ega puas bun. Tapi sekarang Ega sadar, ternyata cara Ega salah." Arega mengusap wajahnya kasar, mengingat seberapa bajingan dirinya.

Laki-laki dengan kemeja hitam itu, beralih menghadap makam ayahnya. "Hai yah. Anak bajinganmu ini datang untuk menjenguk ayahnya. Apa ayah senang?" Arega terkekeh pelan setelah melontarkan kalimat itu.

"Anakmu ini tidak pernah bahagia, makanya ia menjadi bajingan untuk mencari kepuasan. Hidup di negri orang sendirian, itu gak mudah yah. Apalagi kakek gak pernah ngirim uang sepeserpun saat Ega udah tinggal satu tahun di Rusia. Sampe Ega rela ngelakuin apapun, asal Ega punya uang buat bertahan hidup.

Hidup di jalanan udah pernah Ega rasain yah. Tapi untungnya Tuhan masih sayang sama Ega, Tuhan mempertemukan Ega sama Anzel. Dia baik, dia bantu Ega buat usaha, sampe sekarang Ega sudah mencapai titik keberhasilan." Oke sudah cukup Arega bercerita kepada kedua orang tuanya. Langit sudah mulai gelap, pertanda malam akan segera tiba. Arega langsung berdiri dan menatap makam kedua orang tuanya.

"I love you bun, yah. Terima kasih udah ngelahirin Ega ke dunia ini, dan ngerasain apa yang bunda sama ayah rasain ketika masih hidup. Sekarang Ega sadar, rasa sakitlah yang buat kita semakin kuat."

***

Setelah mengunjungi makam kedua orang tuanya, Arega tidak langsung pulang ke apartemen yang sudah dibelinya tadi pagi. Mungkin rumah bundanya sudah dijual oleh kakeknya, Arega tahu itu dari orang suruhannya.

Arega memilih pergi ke rumah pohon yang pernah ia kunjungi lima tahun lalu, bersama seseorang yang pernah ia sakiti dulu. Rumah pohon itu masih sama seperti dulu, namun bedanya sekarang rumah pohon itu sangat ramai oleh pengunjung.

Arega masih ingat, saat ia akan merebut kesucian gadis itu, di sini, di dalan rumah pohon, karna waktu itu rumah pohon ini tidak ada pengunjung, jadi sangatlah sepi. Arega jadi rindu dengan gadis itu, apa sekarang gadis itu sudah mempuanyai pasangan? Ahh sudahlah. Pertanyaan macam apa itu.

Arega mendudukan dirinya di atas rerumputan hijau. Ia mendongak ke atas dan melihat banyak bintang bertaburan. Arega yakin, di salah satu bintang itu pasti ada bunda dan ayahnya. Arega tersenyum sekilas, lalu membaringkan tubuhnya diatas rerumpuatan itu, kedua tangannya dilipat ke belakang dan dijadikan bantal.

"I'ts beautiful, i like it very much," kagumnya, melihat bintang-bintang bertaburan menghiasi gelapnya malam.

Lalu laki-laki itu mengeluarkan sebuat earphone dari saku celana, dan memasangkan ke telinganya. Lalu ia memutar lagu dari ponselnya, yang berjudul A sky full of start. Lagu yang sangat ia sukai dari zaman SMA. Percayalah setelah mendengar lagu itu, kalian tidak akan bisa berhenti untuk terus memutar lagu itu.

Arega berteriak sekencang mungkin, untuk melepas beban dipikirannya. Tak peduli jika orang sekitar menganggapnya aneh, atau orang gilaa. "Hi brother," panggil seseorang sambil menarik earphone yang terpasang di telinga Arega. Menoleh dan menaikan satu alisnya, ketika melihat seorang anak berusia 10 tahunan, di sampingnya.

"Kenapa kau berteriak seperti orang gila?" tanyanya heran, lalu ikut membaringkan tubuhnya di samping Arega. "Menghilangkan beban pikiran," jawab Arega sambil terus menatap bintang.

"Siapa namamu? Aku Klin, aku bukan orang Indonesia asli, tapi aku suka tinggal di sini," katanya memperkenalkan diri, dan bertanya siapa nama Arega. "Arega. Orang tuamu kemana?"

"Itu ada di rumah pohon, menemani adiku. Aku tidak suka adiku, dia sangat crewet seperti nenek sihir." Arega tertawa saat mendengar cerita Klin. Cara bicara anak itu sangatlah baku, berbeda dengan dirinya.

"Emangnya nenek sihir crewet?" tanya Arega menaikan satu alisnya. "Tidak tahu, pokoknya dia crewet aku tidak suka," jawabnya cemberut, membuat Arega gemas. Lalu anak intu memasangkan earphone yang tadi ia tarik dari telinga Arega dan memasangkannya ke telinganya.

"Wow, lagunya sangat keren," pujinya. Dan Arega hanya tersenyum lalu memejamkan matanya.

***

Tbc....

AREGA [Selesai]Where stories live. Discover now