kemarahan Arega

9.9K 428 33
                                    


Happy Reading.

_
_
_

Aku sudah melihatnya. Dia baik-baik saja. Aku sangat bahagia. Aku tidak tahu, apakah dia melihat ku atau tidak. Yang terpenting sekarang aku lega karna bisa melihat dia dengan keadaan baik-baik saja.

Gadis itu menghela napasnya pelan, saat ia sudah menyelesaikan tulisannya. Begitulah kehidupannya sekarang, selalu menulis tetang dirinya dan juga laki-laki yang ia cintai di dalam buku diary miliknya. Karna sekarang ia tidak bisa bercerita kepada temannya. Vani sudah kembali ke Bandung, dan Weni, Weni tidak pernah mengabarinya setelah memutuskan untuk berkuliah di Korea.

Gadis itu membuka jendela kamarnya. Lalu ia mendongak ke atas dan melihat langit biru yang begitu terang. "Gue ngerasa hidup gue udah gaada artinya," lirihnya.

"Semuanya sibuk, gaada yang ngertiin gue." Alexa benci dengan hidupnya yang sekarang. Dirinya kesepian, tidak ada yang mengerti dengan perasaannya. Jika dulu ada ayahnya yang selalu memberi solusi, atau menenangkan prasaannya, dan membuatnya ia merasa tenang, sekarang malah berbalik, ayahnya sibuk di kantor dan jarang pulang, sehingga membuat Alexa kesepian.

***

Bram, Arly, Fery, Romeo dan Ghea mematung saat melihat kedatangan Arega ke rumah Areta. Arega mendengar dari orang suruhannya katanya rumah areta tidak jadi dijual. Dan Arega langsung saja pergi ke rumahnya yang dulu, untuk memastikan apakah benar atau tidak.

"Gue udah tau dari Hendrik, katanya kalian mau jual rumah bunda?" tanya Arega dingin. Sorot matanya begitu tajam dan menusuk, ia masih tak percaya jika mereka akan melakukan ini terhadapnya dan juga mendiang bundanya.

"Bukan gitu Ga," bantah Fery lalu berjalan mendekat ke arah Arega yang berada di depan pintu rumah.

Arega menepis kasar tangan Fery yang akan menyentuh pundaknya.
"Gausah banyak bacot, pergi sana. Biar gue yang beli rumah ini, kalo kalian butuh uang," usir Arega. Romeo mengepalkan tangannya kuat, ia tidak terima jika kakeknya dikasari oleh Arega.

"Arega! Gausah kasar anjing. Dia kakek kita," bentak Romeo. Arega malah tertawa, dan menatap sinis Fery. "Kakek kita? Kakek lo kali, Kakek mana yang tega nerlantarin cucunya di negri orang?! Gaada Kakek yang kayak gitu, pergi kalian dari sini. Muak gue liat muka kalian," usir Arega.

"Maksud lo apa anjing!" teriak Romeo lalu menarik kerah jas Arega. Bukannya menjawab Arega malah mendorong Romeo keluar rumah. "KELUAR!" teriak Arega murka.

"Arega, sabar nak, kita selesain baik-baik," ucap Bram menenangkan. Karna kesabaran Arega sudah habis, Arega membanting guci ke arah mereka hingga pecah, dan membuat mereka terkejut. untunya mereka langsung menghindar, karna jika mereka tak menghindar, maka mereka akan terkena pecahan beling itu. lalu Bram, Arly, Ghea dan Fery langsung keluar, karna takut Arega akan membanting semua barang-barang yang ada di dalan rumah itu. Setelah mereka keluar, Arega langsung membanting pintu rumahnya dengan keras.

Ia segera menaiki tangga menuju kamar Areta. Arega bernapas lega, karna barang-barang Areta masih ada di sana. Lalu Arega menaiki kasur yang selalu Areta tiduri ketika masih hidup, dan merebahkan tubuhnya di sana. Ia merasa nyaman ketika tidur di kamar Areta, karna kamar itu sangat harum dengan farfun Areta. Kamar itu selalu tertutup, sehingga wangi di kamar itu masih tercium sampai sekarang.

***

Keesokan harinya, Arega disibukan dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Padahal Arega hanya mengambil cuti selama dua hari, tapi berkas-berkas di mejanya begitu menumpuk. Tak lama Anzel teman sekaligus bos yang pernah menolongnya datang, dengan membawa makanan di atas nampan.

"Makan dulu Ga," titah Anzel meletakan dua mangkuk ramen dan dua gelas lemontea. Arega pun menghampiri Anzel dan duduk di sampinya. "Ramen lagi bos?" tanya Arega terdengar bosan.

"Yoi," jawabnya. Arega menggelengkan kepalanya, bosnya ini sangat suka sekali dengan ramen. Jika bosnya yang memesan makanan, pasti selalu ramen yang ia pesan. Sehingga membuat Arega bosan.

"Mau saya kenalkan sama cewek gak? Cantik dia, anaknya pak rean, patner bisnis kita," tawar Anzel. Arega berfikir terlebih dahulu. Tujuannya sekarang hanya ingin bertemu dengan gadis yang pernah ia sakiti dimasalalu.

"Pernah ketemu sama ceweknya?" tanya Arega. Anzel mengangguk. "Pernah, waktu itu dia nganterin berkas pak rean yang ketinggalan," jawab Anzel.

"Nanti saya pikirin," putus Arega, Anzel pun hanya mengangguk saja. Dan keduanya langsung menghabiskan ramen itu, karna pekerjaan masih menumpuk.

***

Tbc ...

Typo bertebaran
Pas udah baca harus senyum ya, gue maksa:)

AREGA [Selesai]Where stories live. Discover now