Tertangkap

9.2K 503 20
                                    


Happy Reading

Balap motor akan dimulai sebentar lagi, namun Arega dan Tristan malah berkelahi. Tristan terus saja memancing amarah Arega sehingga membuat Arega ngamuk dan memukuli seluruh wajah Tristan. Tak hanya wajah, Arega juga menendang dan memukul perut Tristan beberapa kali. Tak mau kalah dengan Arega, Tristan pun, langsung memberikan beberapa pukulan kepada wajah Arega.

Para penonton, dan teman Arega tentunya panik dan langsung memisahkan keduanya. Namun keduanya terus memberontak, sampai pada akhirnya  Tristan kalah dan  terkapar tak berdaya di atas jalanan aspal, bersamaan dengan darah yang  terus mengalir dari mulut dan hidungnya.

Napas Arega naik turun, tangannya terkepal kuat, dirinya masih belum puas untuk terus memukuli wajah Tristan yang menurutnya menyebalkan.

Darah segar mengalir dari hidung Arega pipinya juga sudah babak belur, akibat tinjuan Tristan yang begitu kuat, namun pada akhirnya Tristanlah yang kalah.

Romeo, Alex dan Ruly langsung menghampiri Arega yang sedang terduduk di sisi jalan aspal. Romeo memberikan sebotol air mineral kepada Arega. Dan Arega langsung menerimanya, dan meneguknya sampai tandas tak tersisa.

"Cabut, bro ada polisi," kata Ruly panik dan langsung berlari bersama Alex menuju motornya. Romeo juga ikut panik dan membantu Arega untuk berdiri. Lalu keduanya berlari menuju motor, namun saat akan menyalakan motor, dihadapannya sudah ada dua mobil polisi yang akan menghadang jalan  keduanya.

"Ikut kami sekarang juga," titah Polisi itu, saat sudah turun dari mobilnya. Lalu Arega dan Romeo menganggukan kepalanya, dan menaiki mobil polisi itu.

***

Saat di kantor polisi, keduanya dintrogasi  dan dinasehati habis-habisan oleh Pak polisi itu. Dan Pak Polisi itu meminta keduanya untu menelpon orang tua mereka, untuk menjemput mereka pulang.

Dan tentunya keduanya langsung panik. "Pulang berdua aja gakpapa kok Pak," sahut Romeo. Di dalam hatinya sudah merapalkan doa agar Pak Polisi itu mengijinkannya.

"Tidak bisa, saya harus bicara sama orang tua kalian," ucap Pak Polisi itu, tak bisa dibantah. Arega menghembuskan napasnya kasar.

"Telpon Papa Bram," titah Arega. Romeo langsung melebarkan matanya. "Gila aja, nanti Papa marah gimana?"

"Udah telpon aja, gak usah banyak bacot! Mau pulang gak?" tanya Arega kesal.

"Okee ... gue telpon." Lalu Romeo langsung menelpon Bram. Romeo meringis saat bram sudah mengangkat telponnya.

***

Plak!

Areta menampar pipi Arega yang babak belur itu, Areta meneteskan air matanya dan menggeleng melihat putra satu-satunya itu.

"Bunda udah pernah bilang, jangan pernah balap motor lagi! Gak denger hah?!" Arly mengusap bahu Areta agar Areta sedikit lebih tenang. Dirinya juga sama, marah dan kecewa terhadap Romeo, dan sekarang Romeo sedang dimarahi habis-habisan oleh Bram, di ruangan pribadi milik Bram.

Tadi saat Areta sedang tidur dengan nyenyak, Bram menelpon dirinya dan memberi kabar, Arega dan Romeo dibawa ke kantor polisi akibat perkelahian di area balap motor. Areta langsung panik, dan bergegas untuk ke rumah Bram. Karna Bram sudah membawa Arega dan Romeo pulang.

"Maaf." hanya itu yang bisa diucapkan Arega kepada Bundanya. Areta menangis tersedu-sedu melihat anaknya dari atas sampai bawah. "Bunda udah gagal ngedidik kamu, pasti ayah kecewa sama Bunda," lirih Areta sambil memegang dadanya yang sesak.

"Bunda kayak gini itu demi kebaikan kamu Ega, Bunda gak mau punya anak nakal, kamu udah dewasa. Sekarang kamu harus mengerti dengan hidup ini, habiskan masa mudamu dengan baik." Tubuh Areta terasa lemas, saat sudah mengucapkan kalimat itu, lalu tubuh Areta ambruk ke lantai.

"Bunda!" Arega

"Areta!" teriak  Arly bersamaan. Lalu Arega turun dari sofa dan duduk di lantai  mengguncang tubuh Areta yang sudah tak berdaya. Dengan perlahan Areta menutup matanya, dan disaat itu Arega menangis, dan terus berucap kata maaf.

***

Setelah Bundanya diperiksa oleh Dokter, Arega langsung berjalan menghampiri Bundanya. "Maafin Ega Bun. Benar kata Bunda, pasti ayah kecewa sama Ega." Arega mencium kening wanita yang sudah melahirkannya itu. Hari ini Arega tidak masuk sekolah, karena ia ingin menjaga Bundanya di rumah sakit.

Sampai saat ini, Areta belum juga membuka matanya. Dan itu membuat Arega risau. Namun Dokter menenangkannya, katanya Areta baik-baik saja.

"Bun bangun, Ega masih butuh Bunda," lirih Arega. Arega sudah berjanji kepada dirinya untuk tidak ikut balap motor lagi. Arega tidak mau membuat Bundanya khawatir dan sakit.

"Ega," panggil Areta dengan suara parau. Arega tersenyum ke arah Areta dan langsung memeluk tubuh Areta yang masih lemas itu. "Bun, maafin Ega." Areta mengusap rambut putranya itu dengan penuh sayang,tanpa membalas ucapan putranya itu.

***

Hari ini Arega memutuskan untuk sekolah, karena paksaan dari Bundanya. Dan terpaksa hari ini Arega sekolah, padahal dirinya ingin menjaga Bundanya di rumah sakit.

sekarang Arega dan Zara sedang duduk di bangku panjang yang menempel pada dinding,  depan kelasnya. Hanya ada keheningan diantara keduanya.

"Ga, kenapa kemarin gak sekolah?" tanya Zara sambil menggenggam tangan Arega yang kini sedang berada di sampingnya. Arega melirik ke arah Zara dan tersenyum tipis.

"Yang penting sekarang sekolah 'kan?" Zara menghela napasnya kasar. "Iya," jawab Zara cepat.

"Ngambek," goda Arega. "Apasih, enggak ya," bantah Zara. Lalu keduanya larut dengan obrolan dan candaan.

"Alexa suka sama kamu Ga. Aku mohon jangan deket-deket sama Alexa ya," mohon Zara dengan wajah memelas. Arega mengacak rambut Zara gemas. "Kamu tenang aja, aku cuman cintanya sama kamu," ucap Arega lalu memeluk Zara erat. Murid-murid yang melewati keduanya pun, merasa iri.

To Be Continue

See yoo next part🖖

AREGA [Selesai]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt