03. If only you knew how much I liked you

5.7K 694 407
                                    

🍷🍷🍷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

Akalanka Wonwoo sangat membenci mimpi buruk.

Baginya, jika pada suatu malam Tuhan memberi mimpi yang tidak diharapkan meski sudah mengucap doa sebelum mata terpejam, lebih baik Wonwoo memilih terjaga dan mencari distraksi lain agar terlupa dari seberapa buruk mimpinya. Terdengar mudah memang, namun faktanya akan menjadi hal sulit jika mimpi buruk itu meneror hari-harinya.

Ya, terbangun dalam kondisi berada di kamar pengantin dan menjadi pendamping ketiga Tuan Sadam Mingyu Mahavir adalah seburuk-buruknya mimpi yang ada. Batin Wonwoo kerap menolak statusnya sekarang yang merupakan bagian dari pernikahan poligami. Selalu ada penyesalan yang datang kala menyambut pagi. Bersama bisikkan di hati yang mengucilkan serta menghina diri sendiri. Masih menyalahkan seberapa bodoh Wonwoo yang sampai menikahi Mingyu karena materi.

“Pagi, Wonwoo. Wah ... kamu udah bangun dan mandi ternyata, mau pergi ya?”

Seorang pria yang merupakan suami pertama Mingyu menyapa. Tampak rapi dan ramah, namun tidak cukup meyakinkan si madu tiga yang masih menolak pernikahannya.

“Iya, Kak Kenang. Aku mau ketemu temenku sambil bahas kerjaan.”

“Kebetulan dong. Sekalian kita sarapan dulu yuk? Ghania masak banyak pagi ini, udah pasti masakin yang spesial juga buat kamu.”

Selalu begitu, semalam pun Sungkyung yang merupakan istri kedua Mingyu merayu Wonwoo dengan menjual nama Jeonghan. Mereka seperti kompak bekerjasama demi meyakinkan Wonwoo yang jelas-jelas masih ragu.

“Nggak usah, Kak. Biar aku nanti aja sarapannya sekalian makan siang, gak biasa makan pagi soalnya.”

“Ya ampun, gak baik loh skip sarapan nanti lambung kamu sakit. Atau mau dibikinin roti panggang aja? Jangan bilang kamu lagi diet?”

Wonwoo menggeleng, mencari alasan yang sekiranya bisa diterima Jeonghan. “Nggak ada diet kok, Kak. Aku emang jarang banget makan, udah terbiasa dari kecil jadi kalau dipaksa sarapan malah mual.”

Jeonghan yang semula berwajah ramah berubah serius. Tentu membuat Wonwoo gugup karena langkah kaki Omega yang lahir lebih dulu darinya itu semakin mendekat sampai menepuk bahu. Tersenyum lagi, namun kali ini Jeonghan seperti menekan setiap kalimatnya agar Wonwoo tidak melontarkan penolakan.

“Mulai sekarang kamu harus mengikuti kebiasaan keluarga Mahavir. Kita adalah keluarga, gak ada yang namanya makan mencar-mencar selagi ada waktu buat kumpul bersama. Mingyu—ah, maksudku Mas Sadam pasti sedih kalau kamu absen pagi ini. Jadi, sarapan dulu ya sebelum pergi?”

[✔] GetasWhere stories live. Discover now