17. I know a perfect way to let you go. Give my last hello, hope it's worth it

3.2K 393 146
                                    

🍷🍷🍷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

26 tahun yang lalu....

"Sadam sayang sama Ibu?"

Bocah lelaki yang genap berusia 4 tahun di hari esok mengangguk. Menatap wajah wanita dewasa yang baru saja menyelesaikan riasan. Malam hari, di saat orang lain merehatkan diri di kamar ternyaman, Yuri melawan waktu—bersiap menjemput rezeki dengan meninggalkan anak semata wayang.

"Kalau sayang sama Ibu, artinya Sadam malam ini....?"

"Bobo cendiyi."

Yuri tersenyum. "Nanti ada Tante JiA kok yang nemenin. Katanya Sadam suka banget makan omelet buatan tante. Besok sarapannya minta dimasakin ya. Makan siangnya baru deh sama Ibu."

"Hum. Bubu cepet puyang. Cadam nga mau cendiyi. Nga mau yepotin Teu Jiji."

"Sadam," Yuri khawatir melihat raut wajah Mingyu yang langsung menunduk. "Hei, dengerin Ibu, sayang. Tante JiA sendiri kan yang bilang kalau Sadam anak baik? Nggak repotin kok, Ibu juga suka bantu tante kalau ada sesuatu yang bisa kita bantu. Kita kan keluarga, Sadam satu-satunya harta yang Ibu punya, Tante JiA juga udah Ibu anggap kakak sendiri. Tapi kalau Ibu nggak kerja, Sadam nggak bisa sekolah dong nanti."

"Cadam nga mau cekoyah."

"Yaaah ... kok gitu bilangnya? Ibu kan jadi sedih."

"Cadam mu keyja ja biay Bubu nga peygi. Biay Cadam bica bobo cama Bubu."

Bak dihantam batu raksasa, hati Yuri sesak mendengar nada kalimat Mingyu yang bergetar. Seolah bocah itu siap menumpahkan tangisan namun sekuat mungkin ditahan. Menjadi single fighter selama 4 tahun bukan hal mudah. Jika dulu lebih banyak memikirkan diri sendiri, kali ini setiap pemasukan yang didapat dari pekerjaan sebagai wanita pemberi minuman di klub malam pasti demi memenuhi kebutuhan putra tampannya.

Orang bilang pekerjaannya adalah pekerjaan haram. Padahal Yuri tidak pernah menjual diri, tidak pernah pula menjajakan obat terlarang. Hanya terpaksa bertahan hidup di lingkungan yang jelas salah karena terhimpit masalah ekonomi. Sudah sejak kecil orang tua Yuri bercerai melupakannya dengan memilih menjalani lembar baru bersama keluarga baru.

Meninggalkan Yuri seorang diri bertahan hidup tanpa pendidikan mumpuni selain kecantikan juga kepiawaian dalam urusan rumah tangga. Beruntung bos yang memungutnya berhati baik dan tidak memanfaatkan kecantikan Yuri, malah membiarkan bekerja sebagai pengantar minuman alih-alih wanita panggilan. Sesekali jika pelanggan datang membutuhkan teman bicara, Yuri dengan senang hati menemani dan uang tip yang diterima selalu ditabung untuk biaya pendidikan putra kesayangan.

Yuri tidak pernah marah pada keadaan. Meski terlahir tidak seberuntung anak seusianya yang kini menjadi pegawai negeri, pengusaha, dan pekerjaan menjajikan lainnya, Yuri menerima setiap cobaan yang dia definisikan sebagai warna paling wajar sebagai manusia. Dia menganggap dirinya adalah warna hitam yang meski kelam sekali pun masih bagian dari warna. Mungkin ini yang Tuhan mau untuk Yuri jalani dengan hati ikhlas tanpa duka.

[✔] GetasWhere stories live. Discover now