15. If I give my hand and expect ur heart, my selfishness grows to flaw

3.8K 448 361
                                    

🍷🍷🍷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

Jeonghan's POV

Dalam pernikahan ini, aku dan Mingyu adalah dua orang dewasa yang belum tumbuh sepenuhnya.

"Kamu yakin mau turun di sekitar sini? Kalau nanti satpam liat terus ngadu ke Sadam gimana?"

Tapi barangkali, siapa yang paling sering bersikap kekanakan adalah aku karena melakukan segala jenis bentuk kecurangan demi mendapat perhatian.

"Ya nggak gimana-gimana. Kalau ada yang tau selain Wonwoo artinya kita nggak perlu jelasin lagi hubungan ini ke dia."

"Kenang?"

"Hm?"

"Kamu tau aku sayang kamu kan?"

Aku mengangguk saat Seungcheol mengelus pipiku dengan telapak tangan hangatnya.

"Kamu juga tau sebesar apa rasa sayang itu buat kamu kan?"

"Bara Seungcheol, kalau kamu masih ragu dengan rencanaku buat jujur sama Mingyu dalam waktu dekat ini ya udah, kita tunda sampai nanti kamu bener-bener siap."

"Bukan gitu, Kenang. Yang lebih aku khawatirin tentu aja kamu. Memang kamu yakin melanjutkannya? Ini bukan keputusan mudah loh. Jika kita sepakat memilih beranjak lebih jauh, kita nggak bisa mundur gitu aja. Mau nggak mau kita harus hadapi semuanya. Sampai akhir, mungkin sampai Sadam akan melempar muka kita dengan kotoran. Mencaci maki yang aku yakin pasti akan melukai hati kamu."

"Iya kah? Kalau begitu bagus. Aku nggak sabar nunggu Sadam membuang aku."

Tanganku terkepal. Begitu mudahnya sekelibat adegan terbayang dalam benakku saat Seungcheol mengutarakan kemungkinan. Sebut aku aneh, tapi analogi dilempari kotoran atau mendapat kalimat menyakitkan apapun itu betul-betul menyentil relung hatiku yang terdalam. Jika ada cara yang sekiranya membawaku pada balasan sebagai bentuk perhatian Mingyu, aku dengan semangat menggebu pasti akan mengupayakan itu. Semua yang kulakukan sekarang, entah dari menjalin hubungan terlarang dengan sahabatnya secara diam-diam. Bahkan memberikan separuh hatiku pada Seungcheol adalah kesalahan tak termaafkan.

Tapi mau bagaimana lagi? Aku sadar selama lima tahun kami menikah aku sudah berjalan dalam track buntu. Sekalinya memutuskan maju harus rela terkantuk, memilih mundur pun di depan sana sudah dinanti kenyataan buruk. Aku memilih nekat sebelum semuanya terlambat.

"Eh, ada Sadam keluar gerbang. Kepala kamu nunduk nanti kita ketauan!"

"Cium aku."

"Huh?"

"Cium aku sekarang, Bara Seungcheol!"

"Kamu gil—hmp."

Dorongan kuat dari dalam diriku menuntun untuk melakukan hal nekat yakni membungkam bibir Seungcheol dalam sebuah ciuman. Memastikan Mingyu agar menemukan mobil yang terparkir di sisi jalan, di mana pencahayaan lampu menyajikan kemesraan kami yang menikmati skenario perselingkuhan. Baik aku dan Seungcheol menyadari jika di depan sana yang hanya terpaut jarak beberapa meter, Mingyu dengan pandangan yang tak bisa kutafsirkan menatap dan jelas mengenali siapa dua sejoli yang tengah memadu kasih.

[✔] GetasWhere stories live. Discover now