18. So come and give me tonight, and the rest of your life

2.9K 395 183
                                    

🍷🍷🍷

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

🍷🍷🍷

Jika bukan demi menghargai Siwon, barangkali perjalanan bisnis yang memakan waktu tiga hari akan ditolak Mingyu. Namun karena sang Ayah yang kembali pulih sudah mulai menjalani aktivitas, banyak mega project harus dihadiri secara langsung bertabrakan jadwalnya dengan project lain lantaran diselenggarakan di waktu bersamaan. Maka Mingyu lebih baik mengalah hitung-hitung fokus dengan dunia yang dihindari sejak dulu.

Mundurnya Jeonghan dari bahtera tumah tangga yang sudah dijaga meninggalkan ruang kosong yang membuat hati Mingyu semakin rumpang. Tentu mencari kesibukkan lain akan sangat membantunya agar segera melupakan. Meski lagi-lagi kunjungan bisnis kali ini cukup mengganjal, pasalnya selama penerbangan pikiran Mingyu dipenuhi rasa cemas. Terutama rasa enggan mengisi relung hati sebab teringat Wonwoo harus menemani Sungkyung yang sedang hamil tua di mansion utama.

Bahkan setibanya di hotel Mingyu tak langsung beristirahat. Satu jam kemudian menghadairi rapat dengan salah satu klien asal Banjarmasin yang sudah lama berkawan dengan Siwon. Opsi menggantikan sang Ayah selama 3 hari rupanya sama halnya dengan bunuh diri. Rasanya Mingyu ingin segera pulang. Berkumpul menikmati secangkir teh serta camilan akan terasa menenangkan jika ditemani dua madu tersayang.

“Sadam?! Ya Tuhan ... makin ganteng aja Om liat-liat. Gimana kabarnya? Malam ini kamu free nggak?”

“Baik, Om,” Mingyu membalas pelukan pria dewasa yang usianya mungkin sama dengan Siwon. “Om gimana kabarnya? Nanti malam Sadam nggak ke mana-mana, di hotel aja.”

“Baik dong kabar Om. Kamu emang kebiasaan ya suka diem di hotel kalau lagi ke luar kota. Pergi sama Om aja yuk? Kita berburu kuliner malem, ada soto banjar langganan Om sama Ayah kamu dari dulu. Udah lama Om nggak makan di sana, sekalian kita nyantai sambil ngobrolin banyak hal.”

Mingyu menghela napas. Baru saja melangkahkan kaki keluar dari ruang rapat dan hendak kembali ke hotel, Shindong yang juga menghadiri rapat malah mencegatnya. Alhasil Mingyu tidak bisa menolak dan pada akhirnya saat malam tiba mereka pergi mencari kedai yang dimaksud Shindong dengan berapi-api pada siang harinya.

“Wah, apa habar? Lawas kam kada ke sini.” (Wah, apa kabar? Udah lama kamu nggak mampir ke sini)

“Hahaha, baik ku. Cuman lagi sibuk haja.” (Hahaha aku baik. Cuman lagi sibuk aja.”

Sapaan bernada hangat datang dari bapak pemilik kedai yang tampak akrab dengan Shindong. Mereka mengobrol menggunakan bahasa yang tidak Mingyu pahami. Mencoba mengabaikan dengan fokus pada gawai, namun apesnya sejak tiba dan langsung mengabari Wonwoo, Mingyu lupa tidak segera mengisi daya sampai gawainya mati.

“Kamu minumnya apa, Dam?”

“Es jeruk aja, Om.”

Shindong mengangguk pada bapak tadi yang langsung pamit untuk mengeksekusi pesanan. Meninggalkan Mingyu duduk tanpa kata lantaran tidak pandai berbasa-basi. Mungkin jika bisa menikmati kunjungan bisnis, semua akan terasa biasa saja, terutama duduk bersama sahabat Ayahnya akan jauh terasa lebih leluasa. Namun sayang, bukan Mingyu namanya jika lebih menikmati kehidupan sederhana yang lebih sering dihabiskan di rumah.

[✔] GetasWo Geschichten leben. Entdecke jetzt