05. I'm afraid someone knows my heart

5.1K 622 332
                                    

🍷🍷🍷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

Langkah sepasang kaki terhenti di depan gundukan tanah basah dengan nisan kayu yang tintanya belum pudar. Jelas saja, semuanya masih baru sebab jasad yang bersemayam damai di bawah sana mengembuskan napas terakhir di dunia beberapa jam lalu. Meninggalkan duka yang tak begitu dalam namun cukup membekas di ingatan, bersama bimbang dan ragu yang tak kunjung terpecahkan. Mendiang Donghae yang merupakan kepala rumah tangga dan single parent di usia yang terbilang masih muda, terpaksa harus meninggalkan buah hatinya yang mulai beranjak dewasa.

Lelaki remaja yang masih kenakan seragam sekolah menunduk, duduk berjongkok membaca pahatan nama di kayu yang menjadi satu-satunya kenangan terakhir dengan sang Ayah. Kenang Jeonghan—nama remaja itu, mengambil sejumput kelopak bunga setelah memanjatkan doa. Tak lupa menyiram air di atas makam Donghae yang masih basah.

Kehilangan bukan kali pertama yang Jeonghan rasakan. Dahulu kala saat menginjak bangku kelas 5 sekolah dasar, Tuhan mengizinkannya merasakan bagaimana ditinggalkan oleh Ibu yang berperan menyokong keluarga. Namun perceraian membuat mahligai rumah tangga orang tuanya berbeda, tak lagi sama apalagi dari perceraian itu melahirkan keluarga baru dan anggota sedarah baru. Jeonghan terpaksa harus berdamai dengan kenyataan, meyakini jika sampai kapan pun perpisahan selalu datang beriringan dengan sebuah pertemuan.

Sehingga kematian Donghae yang bisa dikatakan sudah terprediksi bukan hal mengejutkan bagi Jeonghan. Sel kanker yang menggerogoti tubuh Donghae sudah bersemayam sejak lama, namun seiring bertambahnya usia penyakit itu bermutasi hingga stadium tiga. Segala upaya sudah dikerahkan, pengobatan yang menghabiskan dana hingga puluhan juta setiap bulannya menjadi beban paling menakutkan. Pasalnya, Jeonghan yang hanya siswa SMP kelas 3 belum bekerja dan menghasilkan uang, namun karena pertolongan Tuhan melalui orang baik bernama Agung Siwon Mahavir, bos yang menganggap sang Ayah sebagai sahabat karib, beban itu terasa ringan.

Meninggalkan budi yang Jeonghan harus tebus karena tak bisa hidup sebebas sebelumnya. Kebaikan Siwon mengikatnya dalam hubungan yang lebih kekal dari sekadar anak rekan kerja. Melainkan berganti menjadi pengabdian atas segala kebaikan yang sudah diberikan.

"Kakak ada di sini rupanya," ucap sebuah suara setelah tepukan halus datang di bahu. Jeonghan menatap samping kirinya yang merupakan tempat si pemilik suara berdiri.

Wajah khas anak remaja yang masih dibalut seragam sekolah putih biru menunjukkan gurat-gurat ketampanan. Meski bisa dibilang masih terlalu polos, tapi anak lelaki itu memancarkan aura hangat melalui senyumannya. Refleks Jeonghan tersenyum dan semakin penasaran, melontarkan sebuah tanya.

"Siapa?"

"Loh, Ayah nggak ngasih tau ya?"

[✔] GetasWhere stories live. Discover now