16. Thought by now I would be dyin' but your love gives me all my air

4.1K 443 288
                                    

🍷🍷🍷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

“Loh kamu kok nangis sih, Ghan? Nggak apa-apa ih, aku baik-baik aja sekarang.”

Sungkyung tak mampu menahan rembesan air mata setelah sebulan tidak berjumpa dengan Jeonghan. Bahkan mungkin di antara penghuni mansion, hanya dia seorang yang dibiarkan bertanya-tanya sampai terkejut begitu mendengar kabar perceraian datang.

“Aku udah jahat banget sama kamu, Kenang. Selama ini aku ngira hubungan kamu dengan Mas Sadam baik-baik aja. Aku nggak pernah ada, bahkan untuk meringankan beban kecil yang kamu pendam pun aku nggak peka. Aku bener-bener berdosa, maafin aku.”

Jeonghan terenyuh melihat sosok wanita Beta yang sudah dia anggap sebagai kakak menangisi dirinya. Akhirnya setelah memutuskan pergi dari mansion utama sembari menunggu gugatan Mingyu di pengadilan, dia memberanikan diri untuk bertemu dan kembali berinteraksi dengan orang yang akan menjadi bagian dari masa lalunya. Mungkin karena Jeonghan belum sempat pamit pada Sungkyung, maka dalam kesempatan ini menjadi waktu yang tepat untuk mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya.

“Jangan salahin diri kamu, please. Ini murni masalah pernikahanku dengan Mingyu. Aku nggak ada kewajiban membagi kisah duka dengan dua madu lain, meski itu artinya aku udah mengecualikan kalian tapi aku lakukan karena aku nggak mau masalah semakin rumit. Kalian bukan penyebab pisahnya kami, jadi jangan khawatir lagi.”

“Tapi tadi kamu bilang dalam sebulan ini menjalani proses pemulihan untuk lepas dari ketergantungan obat penenang. Aku nggak pernah tau jika kamu terluka, Kenang. Selama kita kenal, kamu selalu terlihat kuat di hadapanku. Jujur aku terpukul saat ada banyak hal yang nggak aku tau tentang kamu. Aku merasa gagal sebagai bagian dari keluarga kamu.”

It’s okay, Ghania. Dengan kamu masih mau menganggap aku sebagai keluarga maupun teman udah lebih dari cukup. Aku yang harusnya minta maaf karena meski aku berusaha memendam sendiri, pada akhirnya orang terdekat harus tau kabar kurang mengenakkan ini. Tapi seperti yang aku bilang tadi, tolong jangan cemas lagi karena aku jauh lebih baik sekarang. Pelan-pelan aku bisa nikmati hidup tanpa dikejar rasa bersalah dari masa lalu dengan lari pada obat penenang. Aku memang sengaja nggak pengin kalian tau tentang sakitku. Apalagi Mingyu karena pasti akan menjadi alasan yang terus mengikatku dalam pernikahan. Aku nggak mau.”

Setidaknya selama satu jam mereka mengobrol di kafe dekat butik, ada hal yang bisa diterima oleh hati Sungkyung dan berhasil meredakan rasa cemas yang tak menentu. Jeonghan memilih untuk memendam rahasia dalam rentang waktu yang cukup lama bahkan menyerah dengan pernikahan adalah dua hal yang tak bisa diubah. Meski Sungkyung diberitahu sejak awal, belum tentu keputusan itu akan goyah. Belum tentu orang lain bisa memberi solusi agar pilihan Jeonghan berubah.

“Jika itu memang sudah bulat keputusan kamu, aku di sini cuma bisa doakan yang terbaik untuk kebahagiaan kamu. Dengan Bara dan siapapun orangnya, untuk lembar baru dalam hidup kamu, aku doakan semoga kalian bisa terus bersama menggenggam selamanya. Aku ikut bahagia kalau memang jalan ini yang bisa bikin kamu lepas dari kebiasaan buruk kamu. Sehat-sehat terus ya, Kenang. Kalau kamu butuh teman mengobrol, aku masih sering ke butik kok. Tapi mungkin kalau nanti udah lahiran dan baby belum bisa ditinggal kerja, aku bakalan sering di rumah.”

[✔] GetasWhere stories live. Discover now