24. There might come a day when you feel that I'm not I was

3.2K 373 101
                                    

**I'd be very grateful if you could gives your vote and comment to this chapter. Thanks 😊

 Thanks 😊

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍷🍷🍷

“Mas Sadam?”

“Ya?”

Wonwoo berjalan menghampiri Mingyu yang sibuk mempacking pakaian. Tanpa menyisakan satu pun, bahkan barang yang sering digunakan dimasukkan ke kardus dan sudah dikirim menggunakan jasa pengantaran.

“Belum selesai? Aku bantu ya?”

“Belum selesai? Aku bantu ya?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Nggak usah, sayang. Sebentar lagi kok, barang Mas nggak begitu banyak dan nggak tau kapan ke sini lagi jadi dipack semua aja.”

“Mas yakin?” Wonwoo berbisik seraya menyentuh punggung tangan Mingyu. Seberkas senyum menjadi balasan, Mingyu usap pipi sang Omega yang tersipu.

“Akalanka Wonwoo Mahavir, Mamas nggak pernah seserius sekarang. Semua bukan demi kepentingan Mamas, tapi kamu dan Cielo juga. Lantas buat apa Mas ragu?”

“Justru karena itu ... aku nggak mau Mas Sadam terpaksa memilih opsi ini demi kami. Mas inget? Kita pindah ke sini untuk kebaikan Mas, itu artinya aku nggak masalah kalau memang harus tinggal selamanya di sini. Jangan memaksakan diri, Mas. Aku nggak mau yang dulu terulang lagi.”

Mingyu tahu Wonwoo sangat keras kepala. Sebagaimana kesan pertama yang dia ingat saat menjalani hari-hari pertama dengan sang madu ketiga. Semua menjelaskan seberapa kuat prinsip Wonwoo yang sulit diubah. Bahkan dengan alasan apapun itu, jika Mingyu tidak pandai menyentuh ranah psikologis sang suami maka upayanya selama ini akan berakhir sia-sia.

“Percaya sama Mamas, hidup dengan melarikan diri bukan jalan terbaik, Lanka. Udah cukup Mas bersembunyi di sini setahun kemarin, mau sampai kapan kita akan terus sembunyi? Mas punya masa depan, begitupun kalian. Terutama Cielo dan anak-anak kita kelak yang masih harus menempuh perjalanan panjang. Mas cuma pernah terluka, itu pun dulu yang mana sekarang jauh lebih baik. Mas juga udah bisa berdamai dengan kenyataan. Pulang ke Jakarta bukan hal menakutkan, Mas harus melawannya.”

[✔] GetasWhere stories live. Discover now