Chapter 18 : Reise

9.4K 1.4K 779
                                    


























Markas distrik Stohess

"Jangan ada yang tertinggal, kita harus berangkat kurang dari 10 menit lagi!"

Suara bising dan suasana riuh kepanikan berasal dari prajurit yang harus kesana kemari untuk melakukan persiapan menuju dinding Rose. Beberapa dari mereka sampai harus bertabrakan karena desakan atasan yang telah menyampaikan berita mengejutkan tadi.

(Name) yang masih memakai seragam coklat nya mengeratkan selimut hitam yang telah ia curi untuk membungkus tubuhnya. Gadis itu menyembunyikan dirinya diantara kerumunan orang yang tengah sibuk, membuat mereka tak menyadari akan kehadirannya.

Dia tersenyum tipis saat mereka tiba ditempat ini. (Name) senang saat ini dia sedang tidak dianggap dan hanya sendirian disini. Hanji dan juga orang yang ia sebut 'temannya mata empat' telah meninggalkannya, berlari menuju tempat yang (Name) sendiri tidak ketahui tempat macam apa.

Setidaknya wanita buas itu sudah kembali ke kandangnya.

Yah mungkin (Name) akan lebih menyukai suasana yang seperti ini dibanding dia yang menjadi atensi publik.

Terpikir dibenaknya untuk menyuruh beberapa titan supaya sering menerobos dinding agar dia dapat menikmati waktunya seperti sekarang ini.

'Ah.. tapi itu tindakan bodoh' (Name) menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia mengangkat selimut hitamnya sampai menutupi kepalanya dan selimut itu cukup besar untuk menutupi tubuh mungilnya.

Daripada memikirkan hal yang tidak berguna lebih baik ia melanjutkan aksi kaburnya saat keadaan sekarang berpihak padanya. Ia melanjutkan kembali langkahnya perlahan dan berupaya sebaik mungkin untuk tidak menarik perhatian siapapun.

'Sudah kubilang aku ini ahli melarikan diri'

Disisi lain.

"Eren disini dingin. Jangan biarkan selimutmu jatuh" suara lembut Mikasa menyadarkan lamunan dari pria bersurai brunette itu. Dia menggumam kan rasa terimakasihnya atas perhatian teman semasa kecilnya.

Sklera emerald nya bergerak liar, mencari sosok yang sangat ia cari sejak ia sadar tadi. Mikasa yang peka akan Eren nya sedang gelisah- menggenggam tangan pria itu, berniat untuk menenangkannya. Menyadari bahwa sosok yang ia cari tidak ada, membuatnya harus menghela nafas panjang dan menelan kekecewaannya.

'Apa komandan Erwin tidak mengijinkan dia untuk ikut misi ini?' begitulah isi pikiran Eren saat ini, pertanyaan itu terus memutar diotaknya.

"Apa masih sakit Eren?" bisik Mikasa mendekat padanya saat lelaki bermarga Yeager itu menggerang dan menyentuh kepalanya yang masih dibalut dengan perban putih. Suasana mulai hening diantara mereka berdua ketika orang yang di khawatirkannya hanya menjawab dengan gelengan.

"Eren Mikasa!" mendengar namanya dipanggil, Eren langsung menolehkan kepalanya dengan cepat. Senyum lebarnya mulai terbit di wajah yang tadinya murung itu.

"(NAME)!"

"Are? (Name).. -san?" senyum Eren luntur seketika ketika dia mulai menyadari bahwa itu bukan orang yang ia nanti, itu hanya.. Armin.

Eren menggelengkan kepalanya dan mendengus kesal. Armin dengan (Name) jelas memiliki suara dan perawakan yang berbeda. Ia kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa ia menjadi bodoh sekarang ini. Apa luka di kepalanya sangat menghawatirkan yang menyebabkan ia menjadi bersikap aneh?

"Kenapa dengan (Name)-san, Eren?" tanya Armin heran dengan sikap linglung temannya. Pria manis berambut pirang itu mengalihkan perhatiannya pada Mikasa yang sedang duduk bersama Eren di gerobak yang akan mereka tumpangi.

Wàhrheit [AOT X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang