Chapter 23 : Ziel

8.2K 1.3K 627
                                    
























"Persiapkan kuda dan isi gas manuver kalian. Setelah siap kalian bisa beristirahat sebentar. Kita akan berangkat lagi setelah bantuan datang" teriak Hanji diantara para prajurit yang berlari kesana kemari sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

"Ha'i"

"Moblit!" lelaki yang dipanggil namanya itu menoleh dan menghela nafas lelah saat tau sosok siapa yang memanggilnya.

"Hanji-san.. anda sedang terluka. Kedua tangan anda melepuh dan aku dengar tubuh anda terdapat luka bakar. Sebaiknya anda istirahat terlebih dahulu" Hanji mencubit pipi Moblit merasa gemas karena omelannya. Pria itu langsung menepis tangan Hanji pelan dan mengalihkan pandangannya saat menyadari aliran darahnya perlahan naik ke wajahnya. Dia bersemu malu.

"Aku tidak bisa berdiam diri saat ada sesuatu yang salah terhadap (Name)-chan. Selain itu, ini juga salah satu tugasku sebagai petinggi pasukan pengintai Moblit" mendengar suara tegas Hanji yang jarang ia dengar membuat Moblit berpikir bahwa keputusan Hanji sudah tidak bisa digoyahkan.

"Komandan datang!"

"Hanji!"

"Erwin!" pekik Hanji membalas.

"Astaga apa yang terjadi dengan wajahmu?" dahi pria beralis tebal itu mengernyit melihat wajah teman perempuannya terdapat ruam merah seperti telah digampar panci yang mendidih.

"Sesuatu-"

"Hanji. Katakan padaku. Dimana (Name) sekarang?!" Levi menyerobot Erwin, menyela pria itu. Levi menarik kerah seragam milik Hanji dan tak sengaja meneriakinya tepat didepan wajahnya.

"Levi tenanglah" dia merasakan tepukan dibahunya, menyadari bahwa Erwin sedang menenangkannya.

"Tidak Erwin. Aku bersumpah akan membunuh para penghianat itu jika dia terluka" Levi menggeram meliriknya tajam.

"Levi.. bukan Reiner dan Bertholt yang menculik (Name), Eren dan Ymir" Hanji mengatakannya dengan terpatah patah karena cengkraman Levi yang semakin kuat.

"Huh? Jadi itukah nama kedua bajingannya"

"B-bukan itu yang dimaksud Hanji-san, kapten Levi" Moblit berusaha menengahi mereka dan meralat perkataan Hanji.

"Rivaille~ biarkan aku bernafas dulu"

"Singkirkan tangan baumu dari wajah tampanku kuso megane"

"Kalian berdua!" Erwin yang tadinya diam menjadi ikut menyentak pertengkaran mereka. Ikut jengah karena kedua makhluk itu bertengkar tanpa melihat kondisi.

Levi langsung berdecih, mengalah melepaskan cengkramannya. Sementara Hanji cengar cengir merasa menang.

"Katakan." titah Levi singkat dengan nada arogannya.

"Kalian berdua.. bukankah kalian sudah melihatnya?" Hanji tidak membalas perintah Levi dengan jawaban melainkan dia menjawabnya dengan pertanyaan.

Ingatan Levi meluncur kembali sebelum mereka berangkat menuju kemari. Saat itu mereka semua mendengar ledakan yang sangat besar sampai tanah ikut bergetar. Semua peduduk didalam dinding langsung berlari dan berteriak ketakutan. Trauma akan insiden lalu akan penyerangan yang dilakukan para titan membuat mereka ketakutan dan berhamburan keluar.

Ditambah dengan petir besar yang menyambar tempat di kejauhan, membuat Levi dan Erwin yakin ada sesuatu yang sangat buruk terjadi di pasukan terdepan. Semua prajurit langsung ikut berteriak ketakutan saat melihat sosok titan- ah tidak lebih tepatnya kerangka raksasa yang sangat besar menjulang dengan tinggi beratus-ratus meter. Lonceng dari penjuru baik dinding Sina maupun dinding Rose berbunyi memekakan telinga mereka.

Wàhrheit [AOT X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang