Chapter 30 : Rache

6.7K 1.1K 222
                                    




























Flashback on.


"Dia yang tau segalanya. Dia yang mengerti kebenarannya. Dan dia lah yang menunjukan-"


Bam.


Pria itu reflek menutup buku yang ia baca cukup kasar. Dia terlalu banyak melamun sehingga tak sadar ada hawa makhluk lain yang bersemayam disampingnya.

"Hoho~ tidak saya sangka pendeta seperti anda suka membaca buku puitis seperti itu huh?" dia melirik dengan ekor matanya, benar saja ternyata disana sudah ada seonggok manusia yang menyeringai menggodanya.

"Sungguh sopan santun sudah langka ditemukan rupanya" sindirnya yang hanya dibalas cengiran tak bersalah.

"Yare yare.. ayolah jangan membuat keriput didahi anda menjadi parah. Saya sudah mengetuk tadi tapi sepertinya buku itu terlalu menarik perhatian anda" dia melirik buku itu sebelum disembunyikan oleh sang pemilik.

'Unbekannter Gott?' batinnya saat melihat sekilas judul di sampul buku itu.

"Aku juga belum mengijinkanmu untuk duduk Ketua Hanji" Hanji Zoe. Wanita yang menjadi lawan bicaranya hanya mengibaskan tangannya. Menganggap pendeta Nick mencibir hal yang sepele.

"Judul itu terlihat aneh. Isi bukunya juga.. maksudku apa maksudnya 'Dia yang tau segala-"

"Ekhem. Jadi apa tujuanmu kemari? Kau tidak takut kalau aku menyerahkanmu ke pemerintah? Pasukan pengintai yang katanya memiliki nyali yang besar dengan otak dungu ternyata bukan rumor belaka"

Bukannya marah akan hinaan itu, Hanji justru tertawa terbahak-bahak dan menganggukan kepalanya. Tak segan perempuan bar-bar itu memukul meja tak berdosa didepannya untuk pelampiasan.

"Apa yang kau tertawakan?!"

"Tidak. Kau memang benar. Survey corps hampir kehilangan semuanya. Rekan, kepercayaan, dukungan mungkin kami harus merangkak lebih jauh lagi untuk kembali" ucap Hanji dengan kepala menunduk. Ia mulai menghilangkan kesopanannya dan mulai berbicara apa yang tersusun di otaknya.

Dia menatap sendu, tangannya bergerak gelisah mengingat semua perjuangan teman-temannya yang gugur satu persatu meninggalkan mereka.

"Kami selalu pulang dengan membawa duka. Kepulangan kami selalu disambut dengan tatapan sedih dan marah alih-alih sorakan gembira yang terdengar" Nick melipat tangannya. Bersedekap dan memutar matanya.

"Berhenti menjual cerita menyedihkan padaku jika kau hanya ingin memin-"

"Tapi kami akan selalu menggapai apa yang kami percayai. Pasukan pengintai diciptakan untuk memberi kebebasan pada umat manusia. Menunjukan apa saja yang terjadi di dunia luar" pendeta itu sedikit memundurkan kursinya melihat tatapan tajam Hanji yang seolah dapat mengirisnya.

"Teman-teman yang tewas meninggalkan harapan mereka terhadap dunia luar dinding pada kami. Meskipun kalian memotong tangan kami, kami semua masih memiliki kaki untuk berlari menuju kebenaran. Kalian memotong kaki kami, maka merangkak bukanlah hal yang sulit" pria itu mendongak keatas ketika Hanji tiba-tiba berdir.

Wàhrheit [AOT X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang