Wàhrheit OVA : Lost Child [FINAL]

2.9K 477 122
                                    

"Kode pengikut?"

Deg

Tubuh (Name) terpaku menegang, jantungnya seakan berhenti saat satu pemikiran tak masuk akal mulai menghasutnya.

Satu hal yang harus ia lakukan saat ini adalah kembali ke markas dan-

"(Name).. apa yang kau pikirkan?" ia menoleh dan mendapat Eren lah yang menyadarkannya.

"Aku harus kembali ke markas!" jawab (Name) dengan nafas memburu. Seakan tak setuju dengan jawaban (Name), pria itu tetap menahannya tidak membiarkannya pergi.

"Jika kau pergi misi ini akan gagal-"

"Junior! Dia ada hubungannya, aku harus menemui anak itu sekarang" tanpa ragu ia menepis tangan Eren.

Levi yang hanya mengamatinya, membuang nafas panjangnya. "Kau yakin?" sahutnya. "Kau meragukanku?" balas (Name) meliriknya tajam.

Udara di ruangan itu seperti menipis membuat rasa sesak yang mereka rasakan. Armin menrlan saliva nya dengan paksa. Kalau (Name) sudah bertingkah seperti ini, ia yakin setelah ini akan terjadi sesuatu yang besar.

"Jika menurutmu itu benar, maka lakukanlah" jawaban yang sungguh tidak dapat mereka duga keluar dari bibir Sang Kapten. "Heichou!"

Levi membuka mulutnya lagi. "Kau tidak akan pergi sendiri. Aku memang belum bisa meninggalkan tempat ini sebelum misi selesai, jadi Mikasa yang akan pergi bersamamu"

(Name) tersenyum tipis dan mengangguk berbisik terimakasih.

Berbeda dengan reaksi (Name), beberapa dari temannya sempat melayangkan tatapan tak setuju, mereka pikir Kaptennya akan mencegah gadis itu mati-matian mengingat sifat ceroboh dan emosional (Name) yang tidak stabil.

"Jangan bercanda!" tegas Eren menghalanginya.

"(Name)! Yang benar saja!" bahkan Sasha serasa ingin mempotek gadis itu.

"Tidak mungkin anak itu ada hubungannya" sahut Connie ikut memprotes. "Benar! Meskipun dia menyebalkan tapi bocah tetaplah bocah" lanjut Jean menimpali.

Mereka berbondong-bondong menyerbu (Name), berharap teman mereka ini membatalkan niatnya. Melewati perbatasan saat ini sama saja membuka kedok mereka yang sedang menyamar ini. Dan itu akan memberi masalah baru dalam misi ini.

"Tenangkanlah dirimu (Name). Keluar ke permukaan bukanlah hal yang mudah" tak ada yang berani berbicara selain Mikasa. Tapi peringatan temannya itu tidak mampu menembus sifat keras kepala (Name).

Gadis itu berjalan menuju peti kayu yang Mikasa dan Eren bawa sewaktu menyelinap masuk melewati perbatasan, diikuti teman-temannya yang mengekor di belakang. "Ini senjata bukan?" Mikasa mengangguk singkat sebagai responnya.

"Kita bisa menggunakannya-"

Dahi Levi berkerut saat pendengarannya sudah tidak mendeteksi suara berisik dari kumpulan 'kecebong' nya. Ditambah reaksi mereka yang terpaku setelah membuka peti itu, namun rasa penasaran miliknya langsung terjawab saat salah satu dari mereka berteriak.

"JUNIOR!"








Vote dan komen kalian sangat mendukung mentalitas author pemalas ini selama proses pembuatan cerita.

.
.
.
.
.

Warning : typo dan gajelas. Yang eneg sama cerita ini plis jangan dibaca :)
Ada tombol pintu kemana saja yang namanya back buat leave dari book W. Makaseh cintah

Wàhrheit [AOT X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang