Chapter 42 : Freunde

3.3K 569 197
                                    

Wàhrheit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wàhrheit

.
.

Season 3 Part 2
Chapter 42

.
.
.

Freunde




Mikasa Ackerman. Gadis yang terkenal sebagai dengan kekuatan 100 prajurit tersebut tak menepis kenyataan bahwa ia sedang gelisah.

Kedua tangannya terus menggenggam tangan seseorang yang tengah tertidur pulas di depannya. Diam-diam ia memanjatkan doa untuk keselamatan 'teman kecil yang ia kasihi'.

"Eren.." gumamnya. dia menyentuhkan tangan itu pada dahinya.

Entah kenapa akhir-akhir ini perasaan itu semakin membuncah, apalagi setelah melihat Eren yang terluka karena teman mereka sendiri. Sempat beberapa waktu lalu Mikasa menyalahkan semua keadaan ini pada (Name).

Ia tau bahwa itu sepenuhnya bukan salah (Name). Iblis yang bernama Ymir yang menguasai temannya itu lah yang harus dia bunuh. Tapi tetap saja melihat tubuh milik (Name) teman mereka.. melukai Eren membuat Mikasa merasa marah pada perempuan itu.

'Kenapa dia baru mengatakan pada mereka tentang Ymir?'

'Kenapa dia selalu menutup dirinya sendiri?'

'Dia anggap kita ini apa? Bukankah kita adalah teman?'

Mikasa menghela nafasnya dan memejamkan matanya. Pikirannya tengah kalut sekarang ini. (Name). Gadis itu membuatnya kacau. Dia tau bahwa temannya itu bukan manusia normal seperti mereka.

Berkat kejadian yang terjadi pada Rod Reiss, mereka menjadi tau secuil masa lalu teman mereka.

'Hah.. teman?' dengus Mikasa kecut. Apa mereka masih pantas disebut teman saat mereka tidak tau apa-apa mengenai (Name). Benar kata Eren, sulit sekali menggenggam tangan (Name) agar tetap bersama mereka.

Semuanya sudah diluar nalar. Dewi yang dipuja-puja rakyat dinding dan dilupakan begitu saja. Hidup lebih dari umur manusia pada umumnya dan memiliki kekuatan Titan yang tidak tertandingi. Dan orang itu adalah (Name)? Teman mereka.

Butuh waktu untuk mencerna kenyataan tersebut. Tidak hanya dirinya, Connie, Jean dan Sasha pun enggan berbicara tentang hal itu lagi. Seolah mereka menolak kenyataan tentang (Name) dan bersikap seperti biasanya. Terkesan tak peduli tapi memendamnya untuk mereka sendiri.

Ah.. Mikasa jadi teringat lagi tentang pertengkaran mereka setelah insiden (Name) yang mengamuk.

Saat itu perkataan Sasha menghantuinya sampai sekarang.

Wàhrheit [AOT X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang