sekolah

145K 19.7K 2.2K
                                    

Perombakan di setiap part
____

Pagi telah tiba keadaan Lora pun sudah benar-benar pulih.

Lora sudah bangun sejak jam 05:30 wib. Karena terbiasa bangun pagi.

Lora langsung mandi, sebenarnya Lora tidak terbiasa dengan kemewahan. Namun dia tetap harus menjalani semua ini dengan santai.

Setelah selesai mandi dan melaksanakan sholat subuh. Lora bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Lora melihat lima buah haedphone berwarna warni, ada warna biru dan putih, biru dongker dan hitam. Dan masih ada lagi.

Dari dulu Lora sangat ingin mencoba itu, namun karena orang tuanya kurang mampu akhirnya dia tidak bisa memiliki haedphone itu.

“Kayaknya, gue pakek gak bakal masalah nih.” Lora mengambil satu haedphone perpaduan warna biru dongker dan hitam.

“MasyaAllah demagenya anak Mama Anya gak ada tandingannya,” pujinya untuk dirinya sendiri.

Tok tok tok

“Nona, ayo bangun. Sudah saatnya sarapan.”

Lora membuka pintu dengan penampilan yang sudah siap dan rapi.

Lora memakai hoodie berwarna hitam, tas ransel berwarna biru dongker dan jangan lupakan rambutnya yang dikuncir kuda. Dengan headphone tanpa kabel berwarna biru dongker dan hitam yang tertengger di lehernya.

Benar-benar demagenya gak nahan.

Lora mendapatkan ini semua dari kamar Lora, dan tentunya sudah mendapat izin sepenuhnya untuk itu dari kedua orangtuanya.

“Ini Nona Lora?” tanya Anne bingung.

“Bukan, tapi Leri! Ya Lora lah! Siapa lagi!” ketus Lora.

“Maaf Nona, soalnya tidak biasanya Nona berpenampilan seperti ini.” Lora mengangkat bahunya acuh.

Lora berjalan duluan meninggalkan Anne.

“Pagi Ma, Pa,” sapa Lora pada kedua orangtuanya.

“Pagi sayang.”

“Pagi cantik.”

Semua mata menatap Lora tak percaya, begitu memikat.

Biasanya Lora akan berpenampilan seperti cabe-cabean dengan  rambut yang di gerai berantakan, baju yang kekecilan.

Tapi ini, waw. Sungguh berdemage.

“Santai aja kali ngeliatnya. Di kencingin kodok baru tau rasa,” ujar Lora. Sembari berjalan menuju kursi di sebelah Audrin dan Adnan kakak tertuanya.

“Kenapa penampilan Lo kek gitu?” tanya Dimas.

“Kenapa Lo nanya?” bukannya menjawab, Lora malah balik tanya.

“Iya benar kata Lora, kenapa kamu tanya seperti itu?” Dimas hanya mendengus tak suka.

Sedangkan Lora mengangkat bahunya tak acuh, bodo amat sama Abang-abangannya itu.

“Sayang kepala kamu masih sakit?” tanya Audrin pada Lora.

“Masih Ma, tapi udah mendingan.” Audrin mengangguk, lalu memberikan selembar roti pada Lora.

“Maaf Ma, Lora gak makan itu.” Semua menyerngit, tumben biasanya selalu pengen makan Roti tawar.

“Ah, iya. Maaf sayang, jadi kamu mau makan apa?” tanya Audrin yang cepat menyadari, bahwa itu bukanlah Lora yang sebenarnya.

“Aku makan, Buah aja Ma.” Audrin mengangguk dan memberikan buah pada Lora.

Serly menatap tak suka pada Lora.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Where stories live. Discover now