Takut Kehilangan

71.4K 10.1K 2.7K
                                    

"GAREELLL!!"

Lora menangis dan memeluk Garel yang tak sadarkan diri.

"Rel bangun hiks!"

Lora terus menangis dan memeluk Garel, baju putih Lora pun sudah terkena banyak darah.

"Rel, maafin gue hiks. Hiks jangan pergi gue mohon hiks. Hiks Rel bangun!!" racau Lora terus menangis.

Lora awalnya mengira bahwa apa yang dikatakan oleh Garel dulu tidak benar. Tapi sekarang, Lora percaya cinta Garel tulus. Bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Lora.

"Tolong!!! Hiks tolongin woi! Jangan diem aja!!" marah Lora.

Asya baru saja datang bersama teman-temannya yang lain, mereka tadi mendengar ada yang bilang terjadi kecelakaan.

"Ra, kenapa?" tanya Asya, Lora tak menjawab dan terus menangis.

Guru datang bersama mobil milik sekolah dan segera semua orang membantu memasukan Garel kedalam mobil.

Lora hendak menyusul namun di larang oleh guru.

"Gue pengen ikut hiks."

"Pakek mobil gue aja Ra, kalian tunggu sini. Biar gue sama Lora aja yang pergi." Mereka semua mengangguk dan Aziz segera mengambil mobilnya.

Lora dengan pakaian penuh darah masih terus menangis, Asya memeluknya.

"Tenang Ra, percaya Garel gak akan kenapa-kenapa." Asya mencoba menenangkan Lora.

"Gimana gue bisa tenang Sya hiks. Dia kecelakaan karena nyelamatin gue hiks," balas Lora histeris.

Banyak yang ikut merasa pilu melihat Lora yang begitu terpukul.

Nina dan Cece tak tega dan malah ikut menangis.

Darren dan dan teman-temannya baru saja datang dan sangat terkejut melihat kondisi Lora.

"Ra kamu kenapa?" tanya Devan cepat.

Lora menoleh dan langsung memeluk Devan, entah kenapa hal itu malah membuat yang lain terkejut.

"Bang hiks Garel bang, dia kecelakaan!!" tangis Lora semakin pecah.

Devan mengelus punggung Lora memberikan ketenangan.

Arya menatap Asya yang terlihat khawatir, ingin rasanya memberikan ketenangan pada Asya namun dia sadar Asya pasti akan menolaknya.

Semua orang sudah mulai bubar dan masih ada yang melihat keadaan Lora.

Tin tin

Lora melepaskan pelukannya dan melihat mobil Aziz, Lora tanpa mengatakan apapun langsung masuk kedalam mobil tersebut.

Aziz langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Lora mau kemana?" tanya Dimas.

"Kepo Lo," ketus Nina dengan wajah juteknya.

"Gue cuma tanya," ujarnya.

"Gak usah jadi kembaran Dora, banyak tanya!" Kali ini Asya yang jawab.

Dimas mengehela nafas sabar.

"Ayo guys, nanti kita dimarahin guru." Mereka mengangguk dan mengikuti ajakan Cece.

"Semoga Lo baik-baik aja Dek."

____

Lora berlari menuju ruang ICU disusul oleh Aziz.

Dengan penuh rasa khawatir dan panik Lora terus berlari.

Hingga tiba mereka di ruang ICU, disana ada dua guru mereka dan Ayah Garel.

"Lora, kenapa kamu disini?" tanya gurunya.

"Hiks, gi-mana keadaan Garel buk?" tanya Lora dengan suara bergetar.

"Masih di tangani dokter Ra, kamu tenang ya." Air mata Lora semakin deras.

"Sabar ya Ra," ujar Aziz mengelus punggung Lora.

"Hiks, Garel Ziz. Dia gitu karena gue hiks, semua salah gue hiks." Aziz memeluk Lora yang masih menangis.

Dua guru dan Ayah Garel pun ikut merasa Iba padanya.

Lora melepaskan pelukannya dari Aziz dan menatap pintu ICU itu.

"Rel gue mohon jangan pergi."

"Kamu ini siapanya Garel?" tanya Ayah Garel.

Lora menoleh. "Saya."

Lora menoleh pada pintu ruang ICU.

Lalu dia teringat saat Garel ingin mengajaknya menikah.

"Gue gak mau pacaran, tapi kalo nikah ayo."

"Dia pacarnya Garel Om," jawab Aziz cepat.

Semua menoleh pada Aziz.

"Jadi kamu pacarnya, pantas saja dia seperti itu." Lora menunduk.

"Garel sebelumnya gak pernah ngalakuin hal ini hanya untuk seorang perempuan," ujarnya.

Lora mengangkat kepalanya ada rasa bahagia, namun ada juga rasa sedih.

Dia bahagia karena Garel benar-benar mencintainya dengan tulus, namun dia sedih karena sadar dia bukan Lora yang sebenarnya.

Ceklek

Semua orang menoleh pada pintu yang di buka oleh dokter.

"Gimana keadaan putra saya Dok?" tanya Ayah Garel.

"Dia mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya dan kaki kirinya retak hingga membuat dia tidak bisa berjalan dalam waktu dekat ini." Kaki Lora melemas seketika.

Mata Lora kembali berkaca-kaca.

"Apa Dok? Terus sekarang dia gimana?" tanya Aziz.

"Dia masih belum sadar dan di pastikan dia koma." Lora langsung terduduk mendengar itu.

"Hiks, ini semua salah gue hiks. Harusnya gue yang disana hiks, harusnya yang terbaring disana. Bukan Garel hiks." Lora meracau dan terus menangis.

"Tenang Ra," ujar Aziz.

Dua guru itu pun pamit setelah mengatahui keadaan Garel.

"Kalau begitu kami pamit dulu ya Pak," pamit mereka pada Ayah Garel.

Dan hanya diangguki oleh Ayah Garel.

Ayah Garel melihat Lora yang begitu terpukul hanya bisa diam.

Dia pun sangat terpukul, Istirnya masih di rawat dan sekarang anaknya malah ikutan.

"Seharusnya gue gak hadir di kehidupan Garel."

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Where stories live. Discover now