Kemampuan yang tersembunyi

125K 16.9K 974
                                    


Kita tidak perlu banyak bicara untuk membuktikan bahwa kita mampu melakukan segala hal yang mereka tidak bisa.


Lora duduk di balkon kamarnya menatap kota metropolitan yang begitu ramai meskipun sudah masuk waktu istirahat.

Lora mengehela nafasnya disaat-saat seperti ini dia begitu merindukan keluarganya teruma adiknya.

Apa kabar dengan mereka? Lora sangat ingin menemui mereka, tapi sayang mereka berbeda provinsi.

Dulu Lora sangat menginginkan sosok Abang dalam hidupnya, tapi sayang dia anak sulung dengan dua adik.

Ayahnya hanya seorang petani sawit sedangkan ibunya hanya seorang pedagang sayur.

Tapi Lora beruntung karena dia bisa membanggakan kedua orang tuanya dengan sejuta prestasi yang dia dapatkan sejak masih SD.

Dulu keluarga mereka selalu di hina karena kedua orang tua kandung Lora bukan lah orang yang berpendidikan, bahkan Ayahnya tidak lulus SD dan ibunya hanya lulusan MTS.

"Kira kangen kalian," lirihnya.

Tok tok

Lora mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya pun langsung bergegas membuka pintu kamarnya.

"Iya ada apa?" tanya Lora saat membuka pintu.

"Oh elo. Kenapa?" tanya Lora cuek saat mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ra ada yang gue bicarain ke elo."

Lora mengehela nafas jengah lalu mempersilahkan orang itu masuk.

"Mau ngomong apa?" tanya Lora saat keduanya sudah berada di kamar Lora.

"Hem. Kenapa Lo berubah?" Lora memutar matanya jengah.

"Gini ya Bang Devan, setiap manusia itu akan mengalami yang namanya perubahan. Ada kalanya manusia itu lelah dengan semuanya hingga memutuskan untuk berubah, lagipun kalo gue tetep berada di fase yang sama. Apa Lo bakal jamin gue akan bahagia? Gak kan."

Devan Azzeta Anggara, kakak ketiga Alora Azzeta Audrine. Devan kembaran Darren, tidak menyukai Lora.

Tapi entah kenapa dengan perubahan sifat Lora membuatnya gelisah akhir-akhir ini, Devan menyadari ada yang hilang dari dirinya.

"Tapi kenapa tiba-tiba?" tanya Devan.

"Gak tiba-tiba kok. Gue rencanain ini semua sejak lama," jawab Lora yang sepenuhnya bohong.

"Ra, jujur gue kangen Lo yang dulu. Lo yang selalu mau deket sama gue, Lo yang selalu cari perhatian ke temen-temen gue, dan Lo yang-

"Bacot banget tau gak," potong Lora cepat.

"Gini ya Bang Devan, gue sama sekali gak perduli. Gue nyaman dengan sifat gue sekarang, dan gue akan buktiin ke keluarga besar Papi dan Mami. Kalo gadis yang dulu mereka sebut dengan gadis bodoh ini, sudah berubah!" tegas Lora.

"Ra tapi Lo tau sendiri, gimana pandangan mereka tentang Lo dan Asya. Lo gak bisa nandingin Serly, dia itu cerdas." Devan khawatir jika itu akan membuat Lora malu nantinya.

"Bodo, kita liat aja nanti. Gue denger akan ada olimpiade debat bahasa, dan gak lama setelahnya akan diadakan pesta ulang tahun perusahaan kakek. Gue akan buktikan saat itu juga, kalo gue dan Asya jauh lebih unggul dari pada Serly!"

"Lo boleh keluar!" usir Lora pada Devan.

Devan mengehela nafas panjang lalu keluar dengan berat hati.

Adiknya memang benar-benar sudah berubah, Lora bukan lagi Lora yang dulu dimana saat Devan datang kekemarnya dia akan sangat bahagia padahal niat Devan adalah memarahinya.

"Gue mau liat, emang sebaik apa sih anak itu itu." Lora menerawang jauh kejadian yang akan terjadi beberapa hari lagi.

____

Di kediaman Asya saat ini tengah sepi sunyi. Hanya ada beberapa pekerja dan Asya di rumah.

Alika-Bunda Asya, kini tengah berada di luar kota karena mengurus perusahaan disana selama beberapa hari.

Dan Arya Abangnya Asya, sudah biasa jika tidak berada di rumah. Karena pemuda itu lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya di bandingkan berada di rumah, apa lagi harus bertemu adik bodohnya.

Sedangkan Asya yang sudah biasa ditinggal sendirian seperti sekarang juga sudah tidak takut lagi.

Meskipun Asya itu penakut. Tapi jika berada di rumah dengan para pekerja dia tidak takut.

Asya saat ini tengah menonton film drama Cina, dia memang menyukai hal-hal berbau Cina.

Selain itu Asya juga sangat fasih berbahasa Cina, hanya dengan orang-orang tertentu. Seperti contohnya teman penanya yang berasal dari Cina.

Asya banyak memiliki sahabat pena dari berbagai manca negara, seperti Amerika, Jepang, Cina, Korea, Hindi, Turki, Australia, Singapure, Malaysia, India, dan masih ada beberapa lagi.

Itulah mengapa Asya begitu pandai dalam berbicara dengan berbagai bahasa, kadang Asya juga ingin ikut olimpiade debat bahasa namun Serly selalu mengancamnya agar dia tidak ikut.

Asya sih penakut akhirnya pun menurut.

Sebenarnya Asya jauh lebih cerdas dibandingkan Serly, namun gadis licik itu selalu mengancamnya jika dia berani menunjukkan bakal aslinya.

Ting

Asya melirik ponsel yang ternyata terdapat pesan dari aplikasi WhatsApp messenger.

Asya membukanya dan ternyata itu adalah salah satu sahabatnya yang berasal dari Korea.

Asya pun melihat pesan dalam bahasa Korea itu.

Yang Zao
안녕하세요
annyeonghaseyo
(Hai)

Anda
안녕하세요
annyeonghaseyo
(Hai juga)

Yang Zao
뭐하는거야
mwohaneungeoya
(Kamu sedang apa?

Anda
중국 드라마 영화를보고 있어요
jung-gug deulama yeonghwaleulbogo iss-eoyo
(Aku sedang menonton film drama Cina)

Cukup lama Asya menunggu balasan, namun sepertinya temannya yang bernama Yang Zao itu tidak bisa membalasnya lagi.

Asya senang karena dia mendapat relasi pertemanan yang cukup luas, setidaknya meskipun dia penakut bukan berarti dia tidak berani untuk bersosialisasi dengan dunia sosmed.

___

Di kelas Lora saat ini tengah kedatangan seorang guru perempuan yang membawa kertas di tangannya.

"Jadi begini, Miss datang kesini ingin memberikan satu informasi. Meskipun Miss tahu kalo kelas kalian ini tidak mungkin akan memberikan perwakilan, cuma biar adil saja."

Lora yang mendengar itu jengah, kenapa guru ini seperti sangat songong.

"Seperti setiap tahunnya, akan diadakan dua kali olimpiade debat bahasa yang bisa diikuti oleh setiap murid dengan melakukan berbagai sesi."

"Semester satu kemaren hanya ada dua orang yang berani maju. Yaitu Serly dan Ani, mereka dari kelas X MIPA 1 yang mengikuti olimpiade tersebut yang diadakan di sekolah kita melawan dua SMA."

"Dan tentunya menang," ujar guru tersebut dengan bangga.

Lora semakin tidak menyukai guru yang satu ini.

"Jadi sepertinya Miss tidak perlu repot-repot menanyakan siapa yang ingin ikut, karena mustahil kalian akan ikut berpartisipasi."

Guru itu hendak meninggalkan kelas namun suara Lora menghentikannya.

"Saya ikut."

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora